Kabut tipis melayang di udara saat Raven dan Yue Lin memasuki celah lembah. Aroma lembap dan dingin menyeruak, bercampur dengan aura misterius yang seolah berasal dari masa lalu. Di depan mereka, berdiri reruntuhan megah yang tertutup lumut dan tanaman liar. Pilar-pilar tinggi dengan ukiran rumit menjulang di antara puing-puing bangunan yang telah hancur oleh waktu.
"Ini dia," bisik Yue Lin, matanya berbinar penuh antusias. "Reruntuhan Kerajaan Qi Kuno. Tempat di mana legenda dan kekuatan berkumpul."
Raven memperhatikan sekeliling dengan hati-hati. "Jangan terlalu terpesona. Kita masih dikejar, dan aku yakin tempat ini juga penuh dengan jebakan."
Yue Lin mengangguk, tapi tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Mereka melangkah perlahan, memindai setiap sudut untuk mencari petunjuk.
Di salah satu sudut reruntuhan, Yue Lin menemukan sebuah prasasti kuno yang tertulis dalam bahasa Qi Kuno. Dengan cepat, ia mengeluarkan buku kecil dari sakunya dan mulai menerjemahkan.
"Ini... ini petunjuk tentang Inti Langit," kata Yue Lin, suaranya dipenuhi kegembiraan.
"Apa yang dikatakannya?" tanya Raven.
"'Hanya mereka yang memiliki keseimbangan antara kekuatan dan kehati-hatian yang dapat mencapai ruang inti,'" Yue Lin membaca perlahan. "Ruang inti... mungkin tempat Inti Langit disimpan. Tapi ada tambahan: 'Pintu kebenaran hanya terbuka bagi mereka yang mampu menghadapi bayangannya sendiri.'"
"Bayangannya sendiri?" Raven mengerutkan kening. "Itu terdengar seperti ujian."
"Ya, dan itu artinya kita harus menemukan 'pintu kebenaran' ini," jawab Yue Lin sambil menyimpan bukunya.
Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, suara langkah kaki yang berat bergema di belakang mereka. Raven segera berbalik, mengangkat tombaknya.
Kelompok dari Sekte Qi Langit telah menyusul mereka. Pria berjubah hitam dengan pedang aura gelap itu memimpin, senyumnya licik.
"Kalian bekerja keras menemukan tempat ini," katanya. "Tapi sayangnya, kami akan menjadi yang memetik hasilnya."
Yue Lin bergerak ke belakang Raven, mempersiapkan jimat pertahanan. "Kita tidak bisa mengalahkan mereka di sini. Terlalu sempit."
Raven mengangguk. "Kita harus memaksa mereka ke tempat yang lebih terbuka atau menemukan jalur yang bisa kita gunakan untuk melarikan diri."
Namun, sebelum mereka bisa melakukan apa pun, pria itu mengangkat tangannya, dan aura hitam menyelimuti reruntuhan. "Jangan repot-repot mencoba kabur. Tempat ini akan menjadi kuburan kalian!"
Aura hitam itu meresap ke dalam tanah dan bangunan, membangkitkan sesuatu yang tidak terduga. Dari bayang-bayang reruntuhan, muncul sosok-sosok besar berbentuk manusia, tapi dengan tubuh yang terbuat dari batu dan mata yang menyala merah.
"Golem Qi!" seru Yue Lin, terkejut. "Dia membangunkan penjaga reruntuhan!"
Pria itu tertawa. "Jika kalian selamat dari mereka, aku mungkin akan mempertimbangkan untuk membunuh kalian dengan cepat."
Golem-golem itu mulai bergerak, menyerang siapa saja yang ada di dekat mereka. Baik Raven, Yue Lin, maupun anggota Sekte Qi Langit kini berada dalam bahaya yang sama.
Salah satu golem mengayunkan lengannya ke arah Yue Lin, yang hanya bisa terjatuh ke tanah untuk menghindari serangan itu. Raven segera melompat ke depan, menangkis serangan golem dengan tombaknya yang dipenuhi Qi.
"Kita tidak bisa melawan mereka sendirian!" teriak Yue Lin. "Golem Qi ini hanya bisa dihentikan dengan menghancurkan inti di dalam tubuh mereka!"
"Apa kau melihat inti mereka?" tanya Raven sambil menghindari serangan lain.
"Tidak, tapi pasti ada di bagian tubuh mereka yang bercahaya!"
Di sisi lain, anggota Sekte Qi Langit juga sibuk bertarung dengan golem. Salah satu dari mereka, seorang wanita dengan kipas besar, meluncurkan serangan Qi angin yang memotong salah satu golem menjadi dua. Namun, tubuh golem itu segera menyatu kembali.
"Kau benar-benar membangunkan sesuatu yang tidak seharusnya, Bos," kata salah satu anggota Sekte Qi Langit dengan nada cemas.
"Diam! Fokus pada pertarungan!" bentak pria berjubah hitam.
Di tengah kekacauan, Raven melihat sebuah lorong kecil yang mengarah ke dalam reruntuhan. "Yue Lin, ikuti aku!" serunya sambil menyeret Yue Lin menjauh dari pertempuran.
Lorong itu membawa mereka ke sebuah ruangan besar dengan lantai marmer yang bersinar. Di tengah ruangan, sebuah cermin besar berdiri, memantulkan bayangan mereka dengan jelas.
"Ini pasti 'pintu kebenaran' yang disebutkan dalam prasasti," kata Yue Lin dengan napas terengah-engah.
Namun, saat mereka mendekat, bayangan mereka di cermin mulai bergerak sendiri. Perlahan, bayangan itu keluar dari cermin, berubah menjadi sosok yang identik dengan mereka.
Raven menatap bayangannya sendiri, yang kini berdiri dengan tombak dan tatapan tajam. "Jadi ini maksudnya 'menghadapi bayangannya sendiri'..."
Bayangan Yue Lin juga bergerak, memegang pedang dengan aura Qi yang sama.
"Ujian ini tidak akan mudah," kata Yue Lin, menyiapkan dirinya.
"Tidak ada yang mudah di dunia ini," jawab Raven sambil mengarahkan tombaknya. "Mari kita lihat siapa yang lebih kuat."
Bayangan Raven bergerak lebih cepat dari yang dia duga. Dengan kecepatan seperti kilat, tombak bayangan itu meluncur ke arahnya, memaksanya mengangkat tombaknya untuk menangkis. Benturan itu menghasilkan percikan cahaya Qi, membuat Raven terdorong mundur beberapa langkah.
"Bayangan ini..." gumam Raven. "Dia seperti tahu setiap gerakanku."
Di sisi lain, Yue Lin juga menghadapi bayangannya sendiri. Serangan bayangan itu sangat presisi, membuat Yue Lin kewalahan. Pedang bayangannya bergerak dengan kecepatan dan kelincahan yang nyaris sempurna, mencerminkan teknik Yue Lin dengan akurasi yang menakutkan.
"Raven! Ini seperti bertarung dengan diriku sendiri, tapi lebih sempurna!" teriak Yue Lin.
"Kalau begitu, kita harus mengubah cara bertarung kita," jawab Raven sambil memutar otak.
Raven tahu bahwa mencoba melawan bayangannya dengan cara biasa tidak akan berhasil. Bayangan itu adalah cerminan dari semua kemampuan dan gaya bertarungnya—tapi tidak dengan kreativitasnya.
Dia mulai menggunakan teknik-teknik yang tidak biasa. Raven melemparkan tombaknya dengan sudut yang aneh, memantulkannya dari lantai untuk menyerang bayangan dari arah yang tidak terduga. Serangan itu mengenai bahu bayangan, membuatnya terhuyung.
"Jadi, kau tidak bisa meniru inovasi," gumam Raven sambil tersenyum tipis.
Yue Lin, yang melihat strategi Raven, segera mengubah taktiknya. Alih-alih bertarung langsung, dia mulai menggunakan jimat pertahanan untuk menciptakan penghalang di antara dirinya dan bayangannya. Saat bayangan mencoba menembus penghalang, Yue Lin melancarkan serangan mendadak yang membuat bayangan itu kehilangan keseimbangan.
Namun, pertempuran tidak berakhir begitu saja. Bayangan Raven dan Yue Lin kembali bangkit, meski kini tampak sedikit melemah.
"Ada sesuatu yang aneh," kata Yue Lin sambil menatap bayangannya. "Seolah-olah mereka tidak benar-benar berniat membunuh kita."
Raven menyipitkan mata. Dia memperhatikan bahwa bayangan itu tidak pernah melancarkan serangan yang mematikan, melainkan hanya mencoba memaksa mereka terus bertarung.
"Ini mungkin ujian untuk menguji tekad kita," kata Raven. "Mungkin kita tidak perlu mengalahkan mereka."
"Tapi bagaimana caranya?"
Raven menatap bayangannya dengan cermat. "Jika mereka adalah cerminan kita, maka mungkin kita harus menerima keberadaan mereka—mengakui kekurangan dan kelebihan kita sendiri."
Yue Lin tampak ragu, tapi ia mengikuti saran Raven. Ia menurunkan pedangnya, menatap bayangannya dengan tenang. "Kau adalah aku. Dan aku adalah kau."
Bayangannya berhenti menyerang, perlahan menghilang menjadi kabut yang memudar.
Raven melakukan hal yang sama. Dia menurunkan tombaknya dan menghela napas. "Aku tidak sempurna, tapi aku akan terus maju."
Bayangan Raven tersenyum samar sebelum menghilang sepenuhnya.
Saat bayangan mereka lenyap, cermin besar di tengah ruangan bersinar terang, dan suara gemuruh terdengar. Di dinding belakang ruangan, sebuah pintu besar perlahan terbuka, memancarkan cahaya biru yang lembut.
"Pintu kebenaran," bisik Yue Lin, matanya berbinar.
"Dan ini baru permulaan," jawab Raven.
Mereka melangkah menuju pintu itu, meninggalkan ruang ujian di belakang mereka. Namun, hati mereka penuh dengan antisipasi dan kekhawatiran. Apa pun yang menanti di balik pintu, mereka tahu bahwa perjalanan ini akan semakin sulit.
Saat mereka memasuki ruang di balik pintu, mereka terkejut melihat sesuatu yang sangat berbeda dari reruntuhan yang lain. Ruangan itu penuh dengan teknologi kuno yang tampaknya berasal dari peradaban yang jauh lebih maju. Layar-layar kristal bersinar dengan simbol-simbol yang tidak mereka mengerti, sementara di tengah ruangan, sebuah inti energi besar melayang, memancarkan cahaya biru yang menyilaukan.
"Ini... ini teknologi kuno," kata Raven dengan nada terkejut.
"Tapi ini dunia kultivasi," balas Yue Lin. "Bagaimana mungkin sesuatu seperti ini ada di sini?"
Sebelum mereka bisa memeriksa lebih lanjut, suara mekanis bergema di seluruh ruangan.
"Penyusup terdeteksi. Mengaktifkan sistem pertahanan."
Dari dinding-dinding ruangan, muncul perangkat mekanis berbentuk seperti golem kecil, tapi dengan tubuh logam yang memancarkan aura Qi.
"Sepertinya kita harus bertarung lagi," kata Raven sambil mengangkat tombaknya.
"Tapi kali ini, lawannya bukan hanya bayangan," jawab Yue Lin, mempersiapkan dirinya untuk pertempuran yang lain.