Golem mekanis itu melangkah maju dengan gerakan presisi, tubuh logamnya memancarkan kilatan biru setiap kali mereka bergerak. Mata mereka bersinar merah, mengunci target pada Raven dan Yue Lin.
"Ini pertama kalinya aku melihat sesuatu seperti ini," ujar Raven, matanya mempelajari setiap detail golem.
"Mereka memancarkan Qi, tapi... Qi ini terasa berbeda," kata Yue Lin sambil melontarkan jimat pertahanan di depannya.
Raven mengamati pola gerakan salah satu golem, lalu melompat maju dengan tombaknya, menyerang langsung ke sendi lutut mekaniknya. Tombaknya menghantam keras, namun hanya meninggalkan goresan kecil pada logamnya.
"Serangan fisik biasa tidak cukup!" serunya sambil mundur untuk menghindari serangan balasan golem.
"Golem ini mungkin memiliki inti Qi, seperti yang tadi kita lawan di reruntuhan," kata Yue Lin sambil meluncurkan jimat serangan yang meledak di udara, menciptakan gelombang energi kecil.
"Aku akan mencoba mencari inti mereka," kata Raven.
Dia memperhatikan setiap gerakan golem, mencoba menemukan pola atau kelemahan. Saat salah satu golem menyerangnya, Raven memperhatikan kilatan cahaya biru yang lebih terang di bagian dadanya.
"Intinya ada di tengah dada mereka!" teriak Raven.
"Bagaimana kita menembus lapisan logam mereka?" Yue Lin bertanya, suaranya penuh kekhawatiran.
Raven mengerutkan kening. "Kita butuh sesuatu yang lebih kuat. Qi-ku tidak cukup."
Yue Lin membuka tas kecilnya dan mengeluarkan jimat yang bersinar lebih terang dari yang lain. "Ini jimat penghancur tingkat tinggi. Tapi aku hanya punya satu."
"Kita harus menggunakannya dengan tepat," kata Raven. "Beri aku waktu untuk menjebak salah satu golem di posisi yang tepat."
Raven bergerak lincah, memancing salah satu golem untuk mengejarnya. Dengan serangkaian lompatan dan manuver cepat, dia membawa golem itu ke sudut ruangan yang sempit.
"Sekarang, Yue Lin!" teriak Raven.
Yue Lin melemparkan jimatnya. Saat jimat itu mengenai golem, ledakan besar mengguncang ruangan, menghancurkan tubuh logam golem dan mematikan cahaya biru di dadanya.
"Berhasil!" seru Yue Lin dengan penuh kemenangan.
Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Dari dinding ruangan, golem-golem baru muncul, lebih besar dan lebih kuat dari sebelumnya.
"Sepertinya ini baru awalnya," kata Raven, mengangkat tombaknya lagi.
Sebelum golem baru itu bisa menyerang, suara mekanis kembali bergema.
"Sistem pertahanan dinonaktifkan. Penyusup dikenali sebagai kandidat."
Golem-golem itu berhenti bergerak, mata merah mereka meredup.
"Apa yang terjadi?" tanya Yue Lin, kebingungan.
Di tengah ruangan, inti energi besar itu mulai memancarkan cahaya yang lebih terang. Sebuah hologram muncul, menampilkan seorang pria tua berjubah dengan rambut putih panjang dan ekspresi tenang.
"Selamat datang di Ruang Inti Qi Kuno," kata hologram itu. "Aku adalah penjaga terakhir Kerajaan Qi Kuno. Jika kalian mencapai tempat ini, berarti kalian layak untuk menerima warisan kami."
Raven dan Yue Lin saling pandang, terkejut dengan apa yang baru saja mereka dengar.
"Warisan?" tanya Raven.
Hologram itu mengangguk. "Di masa lalu, teknologi dan kultivasi berjalan beriringan. Kami menciptakan sesuatu yang disebut Inti Langit, sebuah sumber daya tak terbatas untuk memperkuat para kultivator. Namun, itu juga menjadi alasan kehancuran kami. Hanya mereka yang mampu mengatasi ujian ini yang layak untuk memegang kekuatan itu."
Yue Lin menatap inti energi besar itu dengan takjub. "Jadi... ini adalah Inti Langit?"
"Benar," jawab hologram. "Namun, untuk mengaksesnya, kalian harus menyatukan kekuatan tubuh, pikiran, dan jiwa kalian."
Raven menghela napas dalam-dalam. "Apa pun ujian berikutnya, kita akan menghadapinya."
Hologram itu tersenyum tipis. "Ujian terakhir akan segera dimulai."
Cahaya terang memenuhi ruangan, dan Raven serta Yue Lin merasa tubuh mereka ditarik ke dunia lain, tempat di mana realitas dan mimpi bercampur.
Raven membuka matanya, dan yang dilihatnya bukan lagi ruangan dengan teknologi kuno, melainkan hamparan padang pasir tak berujung di bawah langit merah darah. Angin kencang membawa debu dan pasir, menyapu wajahnya dengan kasar.
"Di mana ini?" gumamnya, sambil memegang tombaknya erat-erat.
Di kejauhan, ia melihat sosok Yue Lin yang berdiri dengan pedangnya terhunus, wajahnya dipenuhi kebingungan. Raven berlari mendekatinya, tetapi sebelum bisa mencapai Yue Lin, tanah di antara mereka retak dan pecah, menciptakan jurang yang dalam dan memisahkan mereka.
"Raven!" teriak Yue Lin dari seberang jurang.
Namun, suara Yue Lin segera tergantikan oleh raungan makhluk-makhluk mengerikan. Dari dalam pasir, muncul ratusan makhluk menyerupai serigala dengan tubuh seperti logam, mata mereka bersinar merah seperti golem sebelumnya.
"Ini tidak nyata, kan?" pikir Raven, mencoba menenangkan dirinya.
Namun, saat salah satu makhluk menyerang, tombaknya hampir terlepas dari tangannya karena kuatnya dampak serangan itu.
"Nyata atau tidak, aku harus bertahan," pikir Raven sambil bersiap menghadapi gerombolan serigala itu.
Di tengah pertempuran, hologram penjaga muncul di langit merah.
"Ujian pertama: Keberanian. Hanya mereka yang memiliki tekad kuat untuk menghadapi ketakutan terdalam mereka yang dapat melanjutkan."
Raven menyipitkan mata. Makhluk-makhluk ini tidak hanya menyerang tubuhnya, tapi juga pikirannya. Setiap serangan mereka membuat pikirannya dipenuhi keraguan dan rasa takut—takut akan kegagalan, takut kehilangan kendali, takut tak pernah bisa kembali ke dunianya.
Namun, Raven tahu bahwa ketakutan adalah musuh terbesar. Ia mengingat pelatihannya sebagai pasukan khusus, bagaimana ia diajarkan untuk menghadapi ketakutan dengan logika dan disiplin.
"Ini hanya ujian," gumamnya sambil memusatkan Qi-nya ke tombak. Cahaya biru terang muncul, melapisi senjatanya.
Dengan satu ayunan, ia berhasil menghancurkan lima makhluk sekaligus. "Aku bukan pria yang mudah menyerah!"
Sementara itu, di sisi lain jurang, Yue Lin juga menghadapi makhluk serupa. Meski terlihat kesulitan, dia menggunakan teknik pedangnya dengan cermat, memanfaatkan Qi-nya untuk menciptakan gelombang energi yang menghancurkan beberapa makhluk sekaligus.
Setelah makhluk-makhluk itu lenyap, padang pasir berubah menjadi hutan lebat. Di hadapan Raven muncul bayangan-bayangan dari masa lalunya—rekan-rekannya dari pasukan khusus yang telah gugur dalam misi.
"Raven, kenapa kau meninggalkan kami?" tanya salah satu dari mereka, suaranya penuh kepedihan.
Raven terdiam. Itu adalah kenangan yang selalu menghantuinya, kenangan di mana ia merasa gagal melindungi rekan-rekannya.
"Ini bukan salahku," gumamnya. Namun, bayangan itu terus mendesaknya, membuatnya merasa bersalah.
Hologram penjaga kembali muncul. "Ujian kedua: Ketulusan. Untuk maju, kau harus berdamai dengan masa lalu dan menerima kenyataan."
Raven menutup matanya, mengambil napas dalam-dalam.
"Aku tidak bisa mengubah masa lalu," katanya akhirnya. "Tapi aku bisa memastikan pengorbanan mereka tidak sia-sia."
Bayangan itu perlahan memudar, meninggalkan Raven dengan perasaan lega.
Raven dan Yue Lin akhirnya dipertemukan kembali di sebuah dataran tinggi yang dikelilingi oleh langit biru dan awan putih. Di tengah dataran itu, inti energi besar dari ruangan sebelumnya melayang, memancarkan cahaya yang menyilaukan.
Hologram penjaga muncul sekali lagi. "Ujian terakhir: Harmoni. Hanya dengan menyatukan kekuatan kalian, inti ini akan terbuka."
Raven menatap Yue Lin. "Bagaimana kita melakukannya?"
"Qi kita harus selaras," jawab Yue Lin. "Kita perlu fokus pada tujuan yang sama."
Mereka duduk bersila, memusatkan Qi mereka. Namun, mencoba menyelaraskan energi mereka terbukti jauh lebih sulit daripada yang mereka kira. Setiap kali mereka mencoba, perbedaan sifat Qi mereka menciptakan konflik—Qi milik Raven terasa liar dan tidak stabil, sedangkan Qi Yue Lin teratur namun lemah.
"Kita harus memahami kekuatan satu sama lain," kata Raven. "Kau mengendalikan, aku menyerang. Kita gabungkan itu."
Yue Lin mengangguk. Mereka mencoba lagi, kali ini dengan saling melengkapi. Perlahan, energi mereka mulai bersatu, membentuk aliran Qi yang stabil. Inti energi di depan mereka mulai bergetar, seolah merespons harmoni tersebut.
Saat inti itu akhirnya terbuka, ledakan cahaya memenuhi seluruh tempat, dan mereka merasa tubuh mereka dipenuhi kekuatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Ketika cahaya itu mereda, Raven dan Yue Lin menemukan diri mereka kembali di ruangan teknologi kuno. Namun, ada sesuatu yang berbeda—mereka merasa lebih kuat, lebih sadar akan potensi mereka.
Hologram penjaga muncul untuk terakhir kalinya. "Kalian telah lulus ujian. Warisan Kerajaan Qi Kuno sekarang adalah milik kalian. Gunakanlah dengan bijak."
Raven menatap Yue Lin, lalu ke arah inti energi yang sekarang melayang di antara mereka. "Ini baru permulaan, kan?"
"Ya," jawab Yue Lin sambil tersenyum tipis. "Dan jalan ke depan akan lebih berat."
Dengan warisan baru di tangan, mereka melangkah keluar dari reruntuhan, siap menghadapi dunia yang lebih luas dan tantangan yang lebih besar.