Di luar reruntuhan, pemandangan dunia kultivasi menyambut mereka dengan keheningan yang menegangkan. Langit tampak cerah, tetapi ada rasa dingin yang menyelinap di antara hembusan angin. Raven merasakan energi baru yang mengalir melalui tubuhnya, seperti sungai deras yang siap meledak kapan saja.
"Apa sebenarnya yang kita dapatkan?" tanyanya pada Yue Lin.
Yue Lin memegang inti energi kecil yang kini berkilau di tangannya. "Warisan ini adalah inti Qi Kuno. Tapi kekuatannya terlalu besar untuk kita kendalikan sepenuhnya."
Raven menyadari sesuatu—meski tubuhnya terasa lebih kuat, ada sensasi ketidakstabilan di dalam Qi yang mengalir. Warisan itu seperti pedang bermata dua; memberinya kekuatan besar tetapi dengan risiko menghancurkannya jika salah digunakan.
"Jadi kita membawa bom waktu?" tanya Raven sambil memutar tombaknya di tangan.
"Bukan bom, tapi alat yang membutuhkan penguasaan penuh," jawab Yue Lin. "Jika kita gagal mengendalikannya, ini bisa menjadi akhir kita."
Saat mereka turun dari gunung reruntuhan, sebuah kelompok kecil menunggu di lembah. Mereka mengenakan jubah hitam dengan simbol api di dada, ekspresi mereka penuh ketegasan.
"Penghuni reruntuhan," salah satu dari mereka berbicara, suaranya tajam. "Kalian menemukan sesuatu, bukan?"
Raven dan Yue Lin saling pandang. Raven mengangkat tombaknya, siap menghadapi kemungkinan terburuk. "Dan kalau iya?"
"Warisan itu bukan milik kalian," jawab pria berjubah hitam itu. "Serahkan sekarang, atau kami akan mengambilnya dengan paksa."
Yue Lin melangkah maju, suaranya penuh keberanian. "Ini adalah hasil dari ujian yang kami jalani. Kami tidak akan menyerahkannya pada siapa pun."
Pria berjubah hitam itu tertawa kecil. "Semua orang yang mengklaim warisan dari reruntuhan ini berakhir mati. Tidak ada yang mampu menahannya terlalu lama."
Sebelum Raven bisa merespons, pria itu melambaikan tangannya, dan tiga orang di belakangnya menyerang dengan pedang Qi mereka yang bersinar merah.
Raven bergerak cepat, menghindari serangan sambil menyerang balik dengan tombaknya. Ledakan Qi liar memenuhi udara saat mereka bertarung, menciptakan lubang besar di tanah.
Salah satu lawan menargetkan Yue Lin, mencoba merebut inti energi darinya. Yue Lin menggunakan pedang Qi-nya untuk menangkis serangan, tetapi tekanan dari musuh membuatnya terdesak.
"Raven!" teriak Yue Lin.
Raven memutar tombaknya, mengirimkan gelombang Qi biru yang menghantam salah satu penyerang, membuatnya terhempas ke batu besar. Tapi tekanan dari dua musuh lainnya semakin meningkat.
"Warisan itu membuat mereka gila," gumam Raven sambil menahan serangan berikutnya.
Yue Lin melihat kesempatan dan melontarkan serangan terakhir dengan seluruh Qi-nya, menciptakan ledakan yang cukup besar untuk menjatuhkan musuh-musuh mereka sementara waktu.
"Kita harus pergi sekarang," katanya pada Raven, terengah-engah.
Raven mengangguk. Mereka berdua melarikan diri ke hutan di dekat lembah, meninggalkan para musuh yang terluka di belakang.
Di tengah hutan, mereka berhenti untuk mengambil napas. Yue Lin memegang inti energi itu dengan ekspresi khawatir.
"Mereka benar," katanya pelan.
"Benar tentang apa?" tanya Raven.
"Inti ini terlalu kuat untuk ditahan terlalu lama. Itu mempengaruhi pikiran kita, membuat Qi kita tidak stabil. Jika tidak menemukan cara untuk mengendalikannya, kita akan hancur."
Raven menggenggam tombaknya erat-erat. "Jadi, apa langkah kita selanjutnya?"
"Kita harus menemukan seseorang yang mengerti warisan ini," jawab Yue Lin. "Mungkin seorang ahli yang memahami teknologi kuno."
Raven mengangguk. "Baik. Tapi pertama-tama, kita perlu bertahan hidup. Kalau kabar tentang warisan ini menyebar, kita akan jadi target setiap sekte di dunia ini."
"Dan kita harus lebih kuat," kata Yue Lin sambil menatap ke arah cakrawala. "Karena ini baru permulaan."
Dengan ancaman baru yang mengintai, mereka melanjutkan perjalanan mereka, membawa warisan berbahaya itu.
Hari-hari berlalu sejak Raven dan Yue Lin meninggalkan reruntuhan. Mereka berjalan tanpa henti, menempuh rute yang jarang digunakan, menghindari kota-kota besar, dan menjaga keberadaan mereka serahasia mungkin. Namun, tekanan semakin berat. Di setiap sudut dunia ini, rumor tentang "Warisan Qi Kuno" mulai menyebar, menarik perhatian sekte-sekte besar dan pemburu hadiah yang haus kekuasaan.
Malam itu, mereka berkemah di hutan yang gelap. Yue Lin sedang memeriksa inti energi di tangannya, sementara Raven berjaga, mendengarkan setiap suara dari kegelapan.
"Warisan ini benar-benar memancing perhatian semua orang," kata Yue Lin dengan nada khawatir. "Mungkin sebaiknya kita memisahkan diri untuk mengurangi risiko."
Raven menggeleng. "Tidak mungkin. Kita tidak tahu apa yang menunggu di depan. Bersama, kita punya kesempatan bertahan. Sendirian, kau akan jadi target mudah."
Yue Lin tersenyum kecil. "Kau mulai terdengar seperti pemimpin sekte."
"Aku hanya seorang prajurit yang tahu cara bertahan hidup," jawab Raven.
Di pagi berikutnya, perjalanan mereka terganggu oleh sekelompok orang berjubah merah dengan lambang api hitam di dada mereka. Mereka berdiri di tengah jalan setapak, memblokir jalur dengan ekspresi angkuh.
"Kalian tidak perlu memperkenalkan diri," kata Raven, menggenggam tombaknya. "Sekte Api Hitam, kan?"
Pemimpin kelompok itu, seorang pria tinggi dengan rambut hitam panjang, tersenyum licik. "Tepat sekali. Dan aku adalah Zhen Tai, tetua ketiga. Kalian membawa sesuatu yang bukan milik kalian."
Yue Lin melangkah maju. "Kami tidak mencari masalah. Tapi jika kalian memaksa, kami tidak akan mundur."
Zhen Tai tertawa kecil. "Kami tidak membutuhkan persetujuan kalian. Serahkan warisan itu, atau kami akan mengambilnya dengan cara kami sendiri."
Tanpa peringatan, Zhen Tai melancarkan serangan. Qi merah menyala dari tangannya, menciptakan gelombang panas yang menyapu jalan setapak. Raven dan Yue Lin melompat ke samping untuk menghindar, dan pertarungan segera dimulai.
Raven maju lebih dulu, memutar tombaknya untuk memblokir serangan dari salah satu murid Zhen Tai. Gerakan tombaknya cepat dan liar, memanfaatkan kekuatan barunya, meskipun ia merasa Qi-nya kadang sulit dikendalikan.
Di sisi lain, Yue Lin menghadapi dua murid lainnya. Dia menggunakan teknik pedang Qi-nya untuk menciptakan gelombang energi biru yang menghantam lawan-lawannya, tapi tekanan dari mereka membuatnya mulai kelelahan.
"Yue Lin, mundur ke belakangku!" teriak Raven.
Dengan sebuah lompatan, Raven mengayunkan tombaknya, menciptakan ledakan Qi yang memaksa para musuh menjauh. Namun, Zhen Tai tidak terpengaruh. Ia berdiri tegak, memandang Raven dengan senyum dingin.
"Kekuatanmu menarik," katanya. "Tapi kau belum cukup kuat untuk melawan seseorang sepertiku."
Zhen Tai melancarkan serangan langsung, tangannya menyala dengan api hitam. Serangan itu terlalu cepat untuk dihindari, dan Raven terlempar ke tanah, tubuhnya terasa seperti terbakar.
"Raven!" teriak Yue Lin, mencoba membantu, tetapi ia segera dihentikan oleh dua murid Zhen Tai lainnya.
Raven bangkit dengan susah payah, menggenggam tombaknya erat. "Aku tidak akan kalah di sini."
Dia memusatkan Qi-nya, merasakan energi liar dari warisan itu mengalir melalui tubuhnya. Meskipun berbahaya, dia tidak punya pilihan lain. Dengan teriakan keras, ia melancarkan serangan balasan, mengarahkan tombaknya ke Zhen Tai.
Ledakan besar terjadi saat tombak itu bertemu dengan Qi Zhen Tai, menciptakan gelombang energi yang mengguncang hutan.
Meskipun serangan Raven berhasil melukai Zhen Tai, kekuatannya masih jauh lebih kecil dibandingkan tetua Sekte Api Hitam itu. Menyadari mereka tidak bisa menang, Yue Lin menarik Raven mundur, menggunakan teknik ilusi untuk mengalihkan perhatian lawan mereka.
"Kita harus pergi sekarang!" katanya sambil menarik tangan Raven.
Mereka melarikan diri ke dalam hutan, meninggalkan Sekte Api Hitam di belakang. Raven, meskipun terluka, tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah.
"Kita tidak bisa terus seperti ini," katanya dengan napas terengah-engah. "Kita perlu menemukan sekutu, seseorang yang bisa membantu kita mengendalikan warisan ini."
Yue Lin mengangguk. "Ada satu tempat yang mungkin bisa membantu—Lembah Jiwa Tersembunyi. Para tetua di sana dikenal sebagai ahli Qi Kuno."
Dengan tujuan baru di depan mereka, Raven dan Yue Lin melanjutkan perjalanan mereka, meskipun ancaman dari Sekte Api Hitam dan sekte lainnya terus membayangi.
Dan perjalanan mereka menuju Lembah Jiwa Tersembunyi baru saja dimulai.