Chereads / Terdampar di Dunia Kultivasi / Chapter 6 - Bab 5: Malam Penuh Resiko

Chapter 6 - Bab 5: Malam Penuh Resiko

Raven dan Yue Lin akhirnya tiba di Kota Naga Langit, sebuah pusat peradaban di dunia kultivasi yang penuh dengan kemegahan dan intrik. Kota ini dikelilingi oleh tembok besar yang dipenuhi simbol-simbol kuno untuk melindungi dari serangan luar. Di dalamnya, gedung-gedung megah menjulang, dengan menara-menara yang memancarkan cahaya Qi dari batu spiritual yang tertanam di puncaknya.

Bagi Raven, ini adalah pemandangan yang luar biasa. Kota ini terasa seperti perpaduan antara arsitektur kuno dan teknologi spiritual, sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Selamat datang di Kota Naga Langit," kata Yue Lin, senyumnya samar. "Ini adalah tempat di mana segala kemungkinan terbuka... jika kau tahu bagaimana bermain dengan aturan di sini."

Raven menyadari maksud Yue Lin. Kota ini tidak hanya menawarkan peluang, tetapi juga bahaya. Persaingan antar sekte, pedagang, dan penguasa lokal menjadikannya tempat yang penuh intrik.

Yue Lin membawa Raven ke sebuah kedai teh kecil di sudut kota. Tempat itu tampak sederhana, tetapi auranya terasa damai. Mereka memilih tempat duduk di sudut, jauh dari perhatian.

"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Raven sambil meminum teh hangat yang disajikan.

"Kita harus mencari informasi lebih lanjut tentang pecahan kristal ini," jawab Yue Lin. "Dan satu-satunya tempat yang memiliki catatan lengkap tentang artefak kuno adalah Menara Qi Abadi. Tapi masuk ke sana tidak mudah."

"Kenapa tidak?"

"Menara itu diawasi oleh Sekte Qi Langit, salah satu sekte terkuat di wilayah ini. Hanya mereka yang memiliki izin atau cukup kuat untuk mengalahkan penjaga mereka yang bisa masuk."

Raven merenung. Ia tahu bahwa kekuatannya belum seberapa dibandingkan dengan kultivator lain. Tapi ia juga tidak bisa hanya menunggu dan berharap.

"Apa pilihan kita?" tanyanya akhirnya.

"Aku punya kenalan di sini, seorang pedagang informasi yang mungkin bisa membantu kita mendapatkan akses ke Menara Qi Abadi," kata Yue Lin. "Tapi dia tidak akan melakukannya secara gratis. Kita butuh sumber daya atau tawaran yang bisa menarik perhatiannya."

Yue Lin membawa Raven ke distrik perdagangan kota. Di sana, mereka bertemu dengan seseorang bernama Wen Hao, seorang pria dengan wajah licik dan mata tajam yang memancarkan kecerdasan. Wen Hao dikenal sebagai pedagang informasi terbaik di Kota Naga Langit, tetapi reputasinya sebagai orang yang serakah dan oportunis membuatnya sulit dipercaya.

"Apa yang kalian bawa untukku kali ini, Yue Lin?" tanya Wen Hao sambil menyeringai. "Aku mendengar kau telah membuat beberapa musuh besar."

"Bukan urusanmu," balas Yue Lin dingin. "Aku ingin informasi tentang Menara Qi Abadi. Bagaimana cara kita masuk tanpa menarik perhatian Sekte Qi Langit?"

Wen Hao tertawa kecil. "Itu pertanyaan yang menarik. Dan juga sangat mahal."

Yue Lin menaruh kantong kecil di meja. Ketika Wen Hao membukanya, matanya berbinar. Batu spiritual berkualitas tinggi berkilauan di dalamnya.

"Cukup untuk menjawab pertanyaanku?" tanya Yue Lin.

Wen Hao mengangguk. "Tentu saja. Tapi izinkan aku memberi nasihat tambahan. Menara Qi Abadi memiliki pintu samping yang hanya terbuka pada malam tertentu, ketika bulan mencapai puncaknya. Jika kalian ingin masuk tanpa izin resmi, itulah satu-satunya kesempatan kalian."

"Dan apa risikonya?" Raven memotong, ingin tahu lebih jauh.

"Risikonya?" Wen Hao tersenyum dingin. "Jika kalian tertangkap, Sekte Qi Langit tidak akan segan-segan membunuh kalian."

Saat mereka meninggalkan tempat Wen Hao, Yue Lin tampak serius. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Raven.

"Kita tidak punya banyak pilihan," jawab Yue Lin. "Ini mungkin satu-satunya cara untuk mendapatkan akses ke catatan di Menara Qi Abadi. Tapi risikonya tinggi."

Raven mengangguk. "Aku sudah terbiasa dengan risiko tinggi. Kita harus mencobanya."

Yue Lin menatap Raven dengan heran. "Kau benar-benar tidak seperti orang biasa. Keberanianmu bisa menjadi aset, atau kehancuranmu."

Raven hanya tersenyum tipis. "Aku tidak punya waktu untuk bermain aman. Jika ini satu-satunya jalan, maka aku akan melakukannya."

Malam itu, bulan menggantung penuh di langit Kota Naga Langit, memancarkan cahaya keperakan yang menyelimuti menara-menara megah. Raven dan Yue Lin berdiri di dekat pintu samping Menara Qi Abadi, seperti yang dijelaskan oleh Wen Hao. Pintu itu hampir tidak terlihat, tertutup oleh ilusi yang hanya terbuka saat bulan mencapai puncaknya.

"Pintu ini hanya terbuka selama satu jam," kata Yue Lin sambil memandang ke arah langit. "Kita harus cepat, tapi hati-hati. Sekte Qi Langit dikenal memiliki jebakan yang bahkan tidak bisa dihindari oleh kultivator tingkat tinggi."

Raven mengangguk. "Aku siap. Kau yakin kita tidak akan terdeteksi?"

"Tidak ada jaminan," jawab Yue Lin jujur. "Tapi kita harus mencobanya."

Saat cahaya bulan menyentuh pintu, ilusi di sekitarnya perlahan memudar, memperlihatkan sebuah gerbang kecil yang terbuat dari logam hitam yang berkilauan. Yue Lin dengan cekatan mengaktifkan jimat pelindung, sebuah benda berbentuk bulat dengan rune bercahaya yang mulai memancarkan aura perlindungan.

"Ini akan melindungi kita dari jebakan dasar," jelas Yue Lin. "Tapi jika kita menghadapi penjaga atau jebakan tingkat tinggi, kita harus bergantung pada keahlian kita sendiri."

Mereka masuk dengan hati-hati. Di dalam, lorong gelap menyambut mereka, dindingnya dipenuhi ukiran-ukiran kuno yang memancarkan cahaya redup. Atmosfernya terasa berat, seperti tempat itu dipenuhi dengan Qi yang berusia ribuan tahun.

"Di mana kita harus mencari?" tanya Raven, suaranya rendah.

"Catatan kuno biasanya disimpan di ruang bawah tanah," jawab Yue Lin sambil melangkah lebih dalam. "Tapi kita harus berhati-hati. Aku mendengar ada penjaga tak terlihat yang berkeliaran di sini."

Saat mereka melangkah lebih jauh, Raven tiba-tiba merasakan hawa dingin menyelinap. Insting militernya memperingatkan bahaya, dan ia segera menarik Yue Lin ke belakang. Beberapa detik kemudian, tombak Qi muncul dari lantai, hampir menusuk mereka.

"Bagaimana kau tahu?" Yue Lin menatap Raven dengan takjub.

"Insting," jawab Raven singkat. Ia meneliti lorong itu lebih hati-hati, matanya mencari pola-pola yang mungkin menunjukkan jebakan berikutnya.

"Kau memiliki kepekaan yang luar biasa," kata Yue Lin. "Kita mungkin punya peluang lebih besar denganmu di sini."

Saat mereka mencapai sebuah ruang besar, suasana tiba-tiba berubah. Cahaya di ukiran dinding memudar, digantikan oleh aura gelap yang mencekam. Dari bayangan, muncul sesosok makhluk humanoid yang terbuat dari Qi hitam. Matanya bersinar merah, dan ia memegang tombak panjang yang memancarkan aura destruktif.

"Penjaga tak terlihat," bisik Yue Lin, wajahnya tegang. "Makhluk ini tidak memiliki wujud fisik. Kita hanya bisa mengalahkannya dengan serangan Qi."

"Tapi aku tidak bisa mengendalikan Qi-ku dengan baik," gumam Raven, merasa terbebani oleh kekurangannya.

"Kau harus mencoba," desak Yue Lin. "Aku akan mengalihkan perhatiannya. Gunakan waktu itu untuk menyerang dengan Qi-mu!"