Raven menatap Yue Lin dengan waspada. Setiap kata yang diucapkannya mengandung bobot yang sulit diabaikan. Wanita ini bukan sekadar murid biasa. Aura yang dipancarkannya menunjukkan kekuatan dan kepercayaan diri, namun ada sesuatu di balik senyum tipisnya—misteri yang membuat Raven tidak langsung mempercayainya.
"Kau bilang kita punya tujuan yang sama. Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?" tanya Raven, menghunus pisau kecilnya sebagai bentuk kewaspadaan.
Yue Lin hanya tersenyum. "Tenang, aku bukan musuhmu. Aku hanya ingin menawarkan aliansi. Kau mungkin sudah tahu bahwa Sekte Naga Hitam sedang bergerak. Mereka mencari sesuatu—artefak kuno yang bahkan lebih berbahaya daripada kekuatan mereka saat ini."
"Dan kau menginginkan artefak itu untuk dirimu sendiri?" balas Raven tajam.
"Tidak sepenuhnya salah," jawab Yue Lin sambil mengangkat bahu. "Tapi niatku lebih mulia daripada sekte itu. Artefak tersebut harus diamankan, atau dunia ini akan berada dalam kekacauan yang lebih besar."
Raven diam sejenak. Kata-kata Yue Lin terdengar masuk akal, tetapi ia tidak bisa begitu saja mempercayai seseorang yang baru dikenalnya.
"Apa yang membuatmu berpikir aku akan bekerja sama denganmu?" tanyanya.
"Kau tidak punya banyak pilihan," jawab Yue Lin, menatap langsung ke matanya. "Sekte Naga Hitam telah menandaimu. Jika kau melawan mereka sendirian, itu hanya masalah waktu sebelum mereka mengalahkanmu."
Raven memikirkan pertarungan tadi. Yue Lin mungkin benar. Sekte Naga Hitam adalah ancaman besar, dan menghadapi mereka sendirian adalah bunuh diri.
"Baik," katanya akhirnya. "Aku akan mendengarkan rencanamu. Tapi ingat, aku tidak akan ragu untuk memutus aliansi ini jika aku merasa dikhianati."
Yue Lin tersenyum puas. "Itu sudah cukup untuk sekarang."
Beberapa hari kemudian, Yue Lin membawa Raven menuju sebuah lokasi yang disebut Hutan Kabut. Tempat itu terkenal sebagai area berbahaya, penuh dengan binatang buas dan jebakan alam yang mematikan. Tapi di dalamnya juga tersembunyi reruntuhan kuno yang diyakini Yue Lin menyimpan petunjuk keberadaan artefak yang mereka cari.
"Hutan ini tidak hanya berbahaya karena binatang buasnya," jelas Yue Lin saat mereka memasuki area yang dipenuhi kabut tebal. "Ada formasi Qi kuno yang dapat mempengaruhi pikiranmu. Jika kau tidak berhati-hati, kau bisa terjebak dalam ilusi selamanya."
Raven mengangguk, menyadari bahwa dunia ini memiliki ancaman yang jauh lebih kompleks daripada yang biasa ia hadapi di Bumi. Ia mengaktifkan semua indranya, mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan baru ini.
Saat mereka melangkah lebih dalam, suara gemerisik mulai terdengar. Dari dalam kabut, muncul seekor binatang buas yang menyerupai harimau, tetapi dengan sisik keras dan mata bercahaya.
"Lakukan bagianmu," kata Yue Lin sambil menghunus pedangnya yang berkilauan dengan energi Qi.
Raven mengangguk, lalu memusatkan Qi ke tubuhnya seperti yang diajarkan Pak Tua Feng. Serangan harimau itu cepat, tetapi Raven mengandalkan refleks pasukan khususnya untuk menghindar. Dengan gerakan gesit, ia menebas kaki binatang itu, membuatnya kehilangan keseimbangan.
Yue Lin memanfaatkan celah itu untuk memberikan serangan mematikan, memotong kepala binatang tersebut dengan satu tebasan.
"Kau cukup cepat belajar," kata Yue Lin.
"Aku harus," jawab Raven. "Jika tidak, aku sudah mati sejak lama."
Setelah melewati berbagai rintangan, mereka akhirnya menemukan reruntuhan kuno yang tersembunyi di balik kabut. Bangunan itu terbuat dari batu hitam yang dipenuhi ukiran aneh, memancarkan aura yang membuat bulu kuduk Raven berdiri.
"Ini dia," kata Yue Lin dengan mata berbinar. "Reruntuhan ini adalah salah satu kunci menuju artefak itu."
Mereka memasuki reruntuhan dengan hati-hati, mempelajari simbol-simbol dan memecahkan teka-teki yang menghalangi jalan mereka. Di tengah ruangan utama, mereka menemukan sebuah altar kecil yang memancarkan cahaya lembut.
Di atas altar itu, terdapat sebuah pecahan kristal berwarna merah gelap.
"Itu bukan artefaknya," kata Yue Lin, mengambil pecahan itu dengan hati-hati. "Tapi ini adalah bagian dari kuncinya. Dengan ini, kita bisa melacak keberadaan artefak utama."
Namun, sebelum mereka sempat keluar, suara langkah berat bergema di ruangan itu. Dari bayangan, muncul seorang pria berjubah hitam dengan mata penuh kebencian.
"Kalian pikir bisa mencuri itu dari Sekte Naga Hitam?" katanya dengan suara dingin.
Raven dan Yue Lin bersiap untuk bertarung. Pria itu jelas bukan lawan yang mudah, tapi mereka tidak punya pilihan selain melawannya.
Pertarungan berlangsung sengit. Pria berjubah hitam itu menggunakan teknik Qi yang jauh lebih maju, mengendalikan bayangan untuk menyerang dari berbagai arah. Yue Lin bertarung dengan pedangnya, sementara Raven mencoba memanfaatkan setiap kesempatan untuk menyerang dari sudut yang tidak terduga.
Meskipun mereka bekerja sama dengan baik, pria itu terlalu kuat. Dalam satu serangan besar, ia berhasil membuat Yue Lin terlempar ke dinding, meninggalkannya terluka.
Raven tahu ini adalah momen kritis. Dengan seluruh energinya, ia memusatkan Qi ke pisau kecilnya, menciptakan cahaya biru yang semakin terang.
"Aku tidak tahu apa yang menantimu setelah ini," pikir Raven. "Tapi aku tidak akan mati di sini."
Dengan teriakan keras, ia melompat ke arah pria itu dan menyerang dengan seluruh kekuatannya.
Serangan Raven menghantam pria berjubah hitam dengan kekuatan yang bahkan mengejutkan dirinya sendiri. Pisau kecilnya, yang kini bersinar biru terang, menembus pertahanan Qi lawannya, menciptakan ledakan yang memaksa pria itu mundur beberapa langkah.
Namun, serangan itu juga melemahkan Raven. la jatuh berlutut, merasakan tubuhnya gemetar akibat energi Qi yang sulit dikendalikan.
Pria berjubah hitam memandang luka di dadanya dengan ekspresi marah. "Apa yang kau lakukan tadi?"
Raven tidak menjawab. la tidak tahu teknik apa yang baru saja ia gunakan, tetapi satu hal jelas-itu bukan sesuatu yang biasa. Qi dalam tubuhnya tampak bergerak liar, seolah-olah ada kekuatan yang lebih besar sedang terbangun.
Yue Lin, meskipun terluka, bangkit dengan pedang di tangannya. "Dia memberimu celah. Sekarang giliran kita untuk menyerang bersama."
Mereka berdua menyerang pria itu secara bersamaan. Yue Lin, dengan teknik pedangnya yang presisi, memotong serangan bayangan pria itu, sementara Raven memanfaatkan refleks dan kecepatan militerinya untuk menyerang dari sisi yang tidak terduga.
Akhirnya, setelah pertarungan yang panjang, pria itu terpaksa mundur, meninggalkan reruntuhan sambil mengancam. "Ini belum selesai! Sekte Naga Hitam tidak akan membiarkan kalian hidup!"
Setelah pria itu pergi, Yue Lin memandang Raven dengan serius. "Apa tadi yang kau lakukan? Serangan itu... Qi-mu terasa berbeda."
Raven menggeleng, masih mencoba memahami apa yang terjadi. "Aku tidak tahu. Itu terjadi begitu saja."
Yue Lin mengamati Raven dengan penuh minat. "Tubuh kosongmu... mungkin lebih dari sekadar kemampuan menyerap Qi dengan cepat. Ada kemungkinan tubuhmu memiliki hubungan dengan kekuatan kuno yang sudah lama hilang dari dunia ini."
"Hubungan dengan kekuatan kuno?" Raven mengulang kata-kata itu, mencoba mencernanya.
"Ya," Yue Lin menjawab sambil memegang pecahan kristal merah gelap. "Artefak ini mungkin bereaksi terhadap tubuhmu. Kita harus mencari tahu lebih banyak. Tapi untuk sekarang, kita harus keluar dari sini sebelum orang-orang Sekte Naga Hitam kembali."
Dengan pecahan kristal merah gelap di tangan, Raven dan Yue Lin meninggalkan Hutan Kabut, membawa serta beban baru-dan juga harapan.
Yue Lin memberi tahu Raven bahwa ada tempat yang disebut Menara Qi Abadi, sebuah lokasi yang dikatakan menyimpan catatan tentang kekuatan kuno dunia ini. Namun, mencapai tempat itu akan membutuhkan perjalanan panjang dan menghadapi musuh yang lebih kuat.
Di sepanjang perjalanan keluar dari hutan, Raven memikirkan apa yang telah terjadi. Dunia ini terus menguji batasnya, tapi ia juga merasa tumbuh lebih kuat setiap harinya.
la menggenggam pisau kecilnya, yang kini terlihat berbeda. Cahaya biru samar masih bersinar, seolah-olah menyimpan kekuatan yang belum sepenuhnya terungkap.
"Saya akan menemukan jawaban," pikir Raven, matanya penuh tekad. "Dan saya akan bertahan, apa pun yang terjadi."
Di kejauhan, bayangan Kota Naga Langit mulai terlihat kembali. Petualangan Raven baru saja dimulai, dan dunia ini tampaknya memiliki lebih banyak rahasia untuk diungkap.