Chereads / Terdampar di Dunia Kultivasi / Chapter 4 - Bab 3: Langkah Pertama Menuju Kultivasi Sejati

Chapter 4 - Bab 3: Langkah Pertama Menuju Kultivasi Sejati

Keesokan harinya, pelatihan dimulai lebih intensif. Pak Tua Feng membawa Raven ke sebuah gua di kaki bukit yang penuh dengan stalaktit berkilauan. Udara di sana lebih padat, dan setiap tarikan napas terasa berat, seolah-olah ada kekuatan yang menekan tubuh.

"Ini adalah tempat yang cocok untuk mempercepat fondasimu," kata Pak Tua Feng sambil menunjuk ke bagian tengah gua. "Di sini, Qi mengalir lebih deras, tapi juga lebih liar. Kau harus belajar menjinakkannya."

Raven duduk bersila, mencoba merasakan energi di sekitarnya. Kali ini, ia lebih peka. Ia bisa merasakan Qi seperti arus deras di udara, siap untuk diserap.

"Langkah pertama adalah membangun fondasi yang kokoh di Dantian-mu," lanjut Pak Tua Feng. "Tanpa fondasi yang stabil, Qi-mu akan liar dan tidak terkendali, seperti saat kau bertarung kemarin."

Raven mengangguk, memejamkan mata, dan mulai memusatkan Qi ke Dantian-nya. Namun, seperti sebelumnya, Qi itu terasa liar, sulit diarahkan. Tubuhnya mulai terasa panas, seperti ada energi yang mendidih di dalam dirinya.

"Tenang," kata Pak Tua Feng. "Jangan memaksa. Biarkan Qi itu mengalir secara alami. Kau adalah pengarah, bukan penakluk."

Dengan napas dalam-dalam, Raven mencoba menenangkan pikirannya. Perlahan, ia mulai merasakan Qi itu menjadi lebih stabil. Ia berhasil mengarahkan sebagian kecil Qi ke Dantian-nya, menciptakan pusaran energi kecil di dalam tubuhnya.

"Bagus," kata Pak Tua Feng dengan senyum tipis. "Kau telah memulai fondasimu. Sekarang, kau hanya perlu memperkuatnya setiap hari."

Saat Raven terus berlatih, ia merasa ada sesuatu yang aneh di dalam gua. Qi di sekitarnya terasa lebih kuat di satu sudut tertentu. Setelah beberapa hari, rasa penasaran membawanya untuk menjelajahi bagian gua yang lebih dalam.

"Pak Tua Feng, apa ada sesuatu di sini?" tanya Raven.

Pak Tua Feng mengangguk pelan. "Ada rumor bahwa gua ini menyimpan inti Qi murni, sebuah kristal energi yang bisa mempercepat kultivasi. Tapi hanya sedikit yang berani mencarinya, karena gua ini juga dihuni oleh binatang buas tingkat tinggi."

Raven merasa tertantang. Ia tahu bahwa jika ia ingin berkembang lebih cepat, ia membutuhkan sumber daya seperti itu. Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan untuk mencari kristal tersebut.

Di dalam gua yang lebih dalam, ia menghadapi binatang buas yang jauh lebih kuat daripada Qi Serigala Perak. Namun, dengan kecerdikannya dan kombinasi teknik bertarung modern, ia berhasil mengalahkan mereka satu per satu.

Akhirnya, ia menemukan sebuah ruangan besar yang dipenuhi cahaya biru berkilauan. Di tengah ruangan itu, sebuah kristal besar bersinar terang, memancarkan energi Qi murni.

"Ini dia," gumam Raven.

Namun, saat ia mendekat, seekor binatang buas raksasa muncul dari bayangan. Binatang itu memiliki tubuh seperti singa, dengan sayap besar dan tanduk berkilauan. Aura Qi-nya begitu kuat hingga membuat Raven merasa tertekan.

Raven tahu ia tidak bisa mengalahkan makhluk ini dengan kekuatannya saat ini. Tapi ia juga tidak mau menyerah. Dengan pisau di tangannya, ia mencoba mencari celah dalam pertahanan binatang itu.

Pertarungan itu berlangsung sengit. Raven menggunakan segala taktik yang ia tahu—serangan cepat, jebakan, bahkan memanfaatkan lingkungan gua. Tapi setiap serangan hanya meninggalkan luka kecil pada binatang itu.

Ketika ia hampir putus asa, sebuah ide muncul di benaknya. Ia ingat latihan yang diajarkan Pak Tua Feng—tentang memusatkan Qi ke senjatanya.

Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan sisa Qi di tubuhnya. Pisau di tangannya mulai bersinar samar, seperti sebelumnya saat bertarung dengan pria berjubah hitam. Kali ini, ia fokus sepenuhnya, menuangkan seluruh energinya ke dalam pisau itu.

Dengan teriakan keras, ia melompat ke arah binatang itu, menghindari serangannya, dan menusukkan pisau ke lehernya. Kali ini, serangan itu berhasil. Pisau itu menembus kulit binatang itu, menciptakan luka yang dalam.

Binatang itu mengaum keras sebelum akhirnya jatuh, tidak bergerak lagi.

Raven, meskipun kelelahan dan terluka, berhasil mencapai kristal Qi murni. Ia merasakan energi yang luar biasa kuat mengalir dari kristal itu. Tanpa ragu, ia duduk bersila di depannya dan mulai menyerap energi tersebut.

Energi itu terasa seperti arus deras yang masuk ke tubuhnya, memperkuat fondasinya secara signifikan. Pusaran di Dantian-nya tumbuh lebih besar dan lebih stabil, memberikan Raven kekuatan yang jauh melampaui sebelumnya.

Saat ia membuka matanya, ia merasa tubuhnya lebih ringan, pikirannya lebih tajam, dan kekuatannya lebih terkendali.

Pak Tua Feng, yang telah menunggunya di luar gua, tersenyum puas saat melihat Raven kembali dengan aura yang berbeda.

"Kau telah melangkah jauh," kata Pak Tua Feng. "Tapi ini baru permulaan. Dunia di luar sana jauh lebih kejam daripada yang bisa kau bayangkan."

Raven mengangguk. "Aku siap. Aku tidak akan berhenti sampai aku menemukan jawabanku di dunia ini."

Setelah berbulan-bulan berlatih di bawah bimbingan Pak Tua Feng, Raven akhirnya merasa siap untuk meninggalkan desa kecil tempat ia terdampar. Dengan kekuatan baru yang diperolehnya dan pengalaman dari berbagai pertempuran, ia memutuskan untuk menjelajahi dunia luar dan mencari jawaban tentang keberadaannya di dunia kultivasi.

Pak Tua Feng memberinya sebuah tas kecil yang terlihat biasa, namun ternyata adalah artefak penyimpanan yang mampu menampung barang dalam jumlah besar. Di dalamnya, Pak Tua Feng menyelipkan beberapa pil penyembuh, peta wilayah sekitar, dan sebuah surat.

"Surat ini adalah untuk seorang kenalanku, Tuan Wei, di Kota Naga Langit," kata Pak Tua Feng. "Dia adalah seorang pedagang berpengaruh yang memiliki koneksi ke berbagai sekte dan keluarga besar. Jika kau ingin memahami dunia ini lebih dalam, dia bisa membantumu."

Raven menerima surat itu dengan hormat. "Terima kasih atas semua yang kau ajarkan, Pak Tua Feng. Aku berjanji akan kembali suatu hari nanti, membawa lebih banyak kekuatan dan jawaban."

Raven tiba di Kota Naga Langit setelah perjalanan panjang. Kota itu adalah pusat perdagangan dan kekuatan di wilayah tersebut, dengan tembok-tembok tinggi yang dihiasi ukiran naga. Suasana kota sangat ramai, penuh dengan pedagang, kultivator, dan penjaga yang berpatroli.

Namun, di balik kemegahannya, Raven juga melihat ketidakadilan. Orang-orang miskin berjuang untuk bertahan hidup, sementara kaum elit menikmati kemewahan tanpa batas.

Ia mengikuti petunjuk pada peta yang diberikan Pak Tua Feng dan akhirnya menemukan kediaman Tuan Wei. Rumah itu besar, dengan gerbang berlapis emas dan penjaga yang tampak kuat.

Seorang pelayan membawa surat Pak Tua Feng kepada Tuan Wei, yang segera mempersilakan Raven masuk.

Tuan Wei adalah pria paruh baya dengan janggut tipis dan pakaian mewah. Ia memeriksa surat itu dengan saksama sebelum mengalihkan pandangannya ke Raven.

"Pak Tua Feng selalu punya cara untuk menemukan orang-orang yang menarik," kata Tuan Wei sambil tersenyum. "Jadi, kau ingin memahami dunia ini lebih baik, ya?"

Raven mengangguk. "Aku harus tahu mengapa aku ada di sini, dan bagaimana caranya bertahan hidup di dunia ini."

Tuan Wei tertawa kecil. "Kau langsung to the point, itu bagus. Dunia ini adalah tempat di mana kekuatan dan koneksi adalah segalanya. Tanpa keduanya, kau hanyalah mangsa bagi yang lebih kuat."

Ia lalu memberikan Raven sebuah dokumen tentang berbagai sekte dan kekuatan besar di wilayah itu.

1. Sekte Naga Hitam: Sebuah sekte jahat yang terkenal dengan kekejamannya. Mereka memiliki pengaruh besar dan memanfaatkan kekuatan teknologi kuno serta Qi.

2. Klan Langit Perak: Salah satu keluarga besar yang memegang kekuatan politik dan ekonomi.

3. Sekte Bintang Abadi: Sekte besar yang fokus pada ilmu pedang dan formasi Qi.

4. Aliansi Dunia Bawah: Sebuah kelompok rahasia yang terdiri dari pembunuh bayaran dan informan.

"Kau harus memilih dengan bijak siapa yang akan kau dukung atau lawan," kata Tuan Wei. "Dan satu saran dariku: jangan pernah mempercayai siapa pun sepenuhnya."

Saat Raven meninggalkan rumah Tuan Wei, ia merasa diperhatikan. Sepanjang jalan, ia melihat bayangan bergerak di sudut-sudut gelap. Tidak lama kemudian, sekelompok pria dengan pakaian hitam menghadangnya di gang sempit.

"Jadi, kau yang telah membunuh salah satu dari kami di desa terpencil itu," kata salah satu dari mereka. Wajahnya tertutup, tapi suaranya dingin dan penuh kebencian.

Raven mengenali simbol pada pakaian mereka. Itu adalah lambang Sekte Naga Hitam.

"Seharusnya aku tahu mereka tidak akan tinggal diam," pikir Raven.

Tanpa basa-basi, para pria itu menyerangnya. Tapi Raven, yang kini lebih terlatih, tidak gentar. Dengan teknik bertarung modern yang ia kombinasikan dengan kemampuan Qi, ia mampu melawan mereka dengan efektif.

Namun, jumlah mereka terlalu banyak, dan Raven mulai terdesak. Saat itulah sebuah suara keras bergema di gang itu.

"Cukup!"

Seorang wanita muda dengan pakaian mewah muncul, membawa pedang bercahaya. Dengan satu tebasan, ia mengusir para anggota Sekte Naga Hitam. Mereka melarikan diri dengan tergesa-gesa.

Raven menatap wanita itu dengan bingung. "Siapa kau?"

Wanita itu tersenyum tipis. "Namaku adalah Yue Lin, murid inti dari Sekte Bintang Abadi. Aku telah memperhatikanmu, dan aku pikir kita punya tujuan yang sama."

Raven mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

"Aku tahu kau berasal dari luar dunia ini," kata Yue Lin. "Dan aku bisa membantumu memahami rahasia yang kau cari. Tapi itu akan membutuhkan kerja sama."