Andi dengan penuh semangat mulai mengatur posisinya. Dia memulai dengan memasukkan Rudal besar miliknya ke dalam lubang Aira, yang telah terbakar oleh gairah dan keinginan. Aira menggeliat di bawahnya, menikmati setiap sentuhan dan gerakan Andi yang dalam dan penuh hasrat.
Sementara itu, Andi tidak melupakan Nina. Dia menarik gadis itu lebih dekat, menundukkan kepalanya untuk mengerjakan mulut Nina, mencium dan menghisap bibirnya dengan penuh hasrat. Nina membiarkan dirinya tenggelam dalam sensasi yang begitu intens, napasnya terengah-engah saat Andi bermain dengan mulutnya.
Andi bergerak dengan ritme yang teratur, bergantian antara Aira dan Nina, memastikan keduanya merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aira meremas dada Andi, menggeliat mengikuti gerakannya, sementara Nina menggenggam rambut Andi, menikmati ciumannya yang penuh hasrat.
"Aahh... Mas, aku tak bisa lagi... aku ingin merasakan semuanya," bisik Aira dengan suara penuh gairah.
Andi hanya tersenyum, terus melanjutkan permainan tubuh mereka. "Tenang, aku akan memberimu semua yang kamu butuhkan."
Di pagi hari, Andi duduk di ruang tengah rumahnya, memberikan aturan baru kepada Aira dan Nina. "Kalian tidak boleh memakai pakaian apapun di dalam rumah ini," ucap Andi dengan nada tegas, sambil menatap kedua wanita itu dengan tatapan penuh hasrat. Aira dan Nina hanya menunduk, menerima aturan itu tanpa protes.
Saat Andi mulai mengajari Aira cara memasak, dia tetap tidak bisa menahan dorongan nafsunya. Tanpa ragu, Andi mendekati Aira dan menariknya dengan lembut, lalu mulai memasukkan Rudal besar miliknya ke dalam lubang Aira yang sudah terbakar oleh gairah. Aira gemetar di bawah Andi, berusaha menahan desahan yang hampir lepas dari bibirnya.
"Aah... mas, ini terlalu banyak," Aira mengerang pelan, tetapi Andi hanya melanjutkan, gerakannya semakin dalam dan kuat. Dia menikmati setiap sentuhan, mencium leher Aira dengan penuh hasrat, memastikan wanita itu tenggelam dalam kenikmatan yang tak terbayangkan.
Sementara itu, Nina hanya bisa melihat dari kejauhan, tubuhnya memanas oleh pemandangan di depannya. Andi menyadari tatapan Nina yang penuh gairah dan mendekatinya dengan lembut. "Nina, kamu ingin ikut?" tanyanya sambil tersenyum penuh arti.
Nina hanya mengangguk, wajahnya memerah, dan mengikuti Andi dengan malu-malu. Andi mulai merangkul Nina, membawa tubuhnya mendekat. "Kamu tidak perlu malu, Nina," bisiknya lembut, sebelum mulai mengeksplorasi tubuhnya dengan penuh hasrat.
Aira masih berusaha mengaduk-aduk masakannya dengan tangan gemetar, berusaha menyelesaikan tugasnya sambil berbisik, "Ah... mas, biarkan aku menyelesaikan masakanku sebentar."
Andi menatapnya dengan tajam, menahan hasrat yang semakin menggebu. "Kau tidak perlu khawatir, Aira," ucap Andi lembut, sebelum dengan liar mempercepat gerakannya. Tidak butuh waktu lama, cairan hangat milik Andi membanjiri lubang Aira yang memerah, membuat wanita itu terisak dalam kenikmatan yang luar biasa.
Setelah puas, Andi langsung menggendong Nina dengan penuh kelembutan. Nina tidak bisa menahan diri, hanya mengikuti kemana Andi membawanya. Dia dibawa ke meja makan, di mana Andi dengan penuh nafsu langsung memasukkan Rudalnya ke dalam lubang Nina yang sudah terbakar gairah.
"Ah... mas, ini terlalu banyak..." Nina menggeliat, tetapi Andi tidak peduli.
Andi terus menghujani lubang Nina yang duduk di atasnya, merasakan kenikmatan yang tak terkendali. Sementara itu, Aira sibuk mengantarkan makanan di atas meja, dengan wajah yang memerah dan tubuh yang gemetar, berusaha menahan diri dari gelora hasrat yang masih membara.
Setiap langkah Aira terasa berat, tetapi dia tahu tidak ada yang bisa menghindar dari takdir yang telah ditentukan. Matanya sesekali melirik Andi dan Nina, merasakan gemuruh di dalam hatinya, namun tak mampu melawan perasaan yang tumbuh.
Andi tak peduli, dia hanya ingin memuaskan hasratnya, membiarkan dirinya tenggelam dalam kenikmatan yang tak terhingga. Sementara Aira terus melayani, mencoba menyibukkan diri dengan tugas-tugas rumah tangga, meskipun hatinya ingin berlari, tetapi tubuhnya tertahan oleh perasaan yang sulit dijelaskan.
Hingga teriakan keras dari Nina membuat Andi semakin bersemangat. Dia terus mempercepat gerakannya, merasakan dorongan yang lebih dalam dan penuh hasrat.
"Kita akan keluar bersama," ucap Andi dengan nada penuh kepastian, sembari menatap Aira dan Nina bergantian.
Mereka tak bisa lagi menahan diri, hasrat yang telah lama terpendam kini meledak dengan segala intensitasnya. Andi merasakan kepuasan yang tak terbayangkan, saat kedua wanita itu berada di bawah kekuasaannya.
Andi pun membanjiri lubang Nina dengan cairan hangat miliknya. Sementara Nina tergeletak di dalam pelukannya, napasnya masih terengah-engah, tanda kepuasan yang melampaui batas.
Andi mengelus lembut rambut Nina, sambil menatap Aira yang berdiri dengan ekspresi campur aduk antara malu dan hasrat yang tak terbendung.
"Kita semua saling milik," bisik Andi, mempererat cengkraman mereka dalam dunia yang penuh dengan hasrat tak terhingga.
Aira perlahan mendekati mereka, matanya berbinar penuh gairah. "Dan aku juga ingin menjadi bagian dari kalian," ucap Aira dengan suara lembut namun tegas.
Andi merangkul Aira, menggenggam wajahnya dengan lembut. "Kamu sudah menjadi milikku, Aira. Dan aku tidak akan membiarkanmu pergi," ujarnya penuh keyakinan.
Nina perlahan duduk di samping mereka, menatap Andi dengan penuh rasa cinta dan ketergantungan. "Aku juga ingin terus bersama kalian," kata Nina dengan lembut, penuh harap.
Andi tersenyum, merasakan koneksi yang semakin dalam antara mereka bertiga. "Kita akan saling menjaga, saling berbagi, dan tidak ada yang akan bisa memisahkan kita," ucap Andi, memeluk kedua wanita itu erat.
Ketika Andi sedang mandi untuk membersihkan dirinya, dia tak bisa menahan godaan untuk mengintip dari kamar ke pemandian umum. Dari sana, Andi bisa melihat Laksmi yang sedang mandi dengan tenang, tubuhnya yang indah terbungkus buih-buih air.
Dengan lembut, Andi membuka pintu rahasia yang telah dia buat, dan tanpa ragu, dia masuk, merangkul Laksmi dari belakang. Tangannya membelai tubuh Laksmi yang basah, sebelum dia dengan tegas menuntunnya untuk berlutut. Andi bisa merasakan denyut tubuh Laksmi yang masih basah dan panas di tangannya.
"Sudah lama aku menginginkan ini," bisiknya dengan nada penuh godaan, sebelum perlahan memasukkan rudal besar miliknya ke dalam lubang Laksmi yang terasa begitu familiar dan memuaskan. Laksmi menggigit bibirnya, mengerang perlahan saat Andi mulai menggoda putingnya, menyentuh payudaranya yang basah.
Laksmi mengangguk kecil, menandakan bahwa dia juga telah lama menanti saat ini. Andi mempercepat gerakan, menarik Laksmi lebih dekat, memperdalam penetrasi dengan setiap dorongan. Tubuh mereka bergesekan di bawah aliran air yang jatuh deras, menambah sensasi dan panas yang sulit terelakkan.
"Ahhh... Mas, lebih dalam, lebih dalam," Laksmi merintih, saat Andi terus mempercepat gerakannya, merasakan ketat dan lembutnya lubang Laksmi yang menyesuaikan dengan setiap gerakan.
Mereka tenggelam dalam gelombang kenikmatan yang tak tertahankan, di bawah air yang mendinginkan tubuh namun memanaskan hasrat mereka. Andi meraih pinggang Laksmi dengan erat, mempercepat dorongan, setiap gerakan membangkitkan keinginan yang lebih dalam.
"Mas... mas, aku merasa... akan segera sampai," Laksmi berteriak, memeluk tubuh Andi erat-erat, melibatkan mereka dalam puncak kepuasan yang meledak-ledak. Andi mengikutinya, mengisi lubang Laksmi dengan cairan hangat yang melengkapi klimaks mereka.
Laksmi tergeletak di pelukan Andi, tubuh mereka yang basah dan lelah, tetapi kenyamanan dan keinginan yang sama belum sepenuhnya terpuaskan. Andi membelai rambut Laksmi yang basah, merasa puas tetapi tak pernah cukup. Mereka terbaring dalam ketenangan, menikmati sensasi yang baru saja mereka ciptakan bersama.