Chereads / Streamer Secret / Chapter 24 - Bab 24

Chapter 24 - Bab 24

Andi merasakan sesuatu yang halus dan lembut meremas rudalnya. Dia kagum dengan lubang Nina yang terasa begitu ketat, bahkan lebih dari semua wanita yang pernah dia tiduri sebelumnya. Sensasi itu membuatnya semakin berhati-hati, memastikan Nina tidak kesakitan.

Nina menggigit bibir bawahnya, menahan rasa aneh yang baru pertama kali dirasakannya. Sementara itu, Aira memandangi mereka berdua dengan senyum samar. "Mas, perlahan saja. Dia belum terbiasa," ucap Aira sambil membelai pundak Andi.

Andi mengangguk, fokusnya tidak teralihkan. "Aku tahu, Aira. Aku ingin dia merasa nyaman," jawabnya sambil sesekali mencium Nina, memberikan rasa tenang kepada gadis itu.

Setelah beberapa saat, Nina mulai terbiasa dengan sensasi tersebut. Raut wajahnya yang awalnya tegang perlahan berubah menjadi lebih rileks. "Mas... rasanya aneh, tapi aku tidak apa-apa," bisiknya dengan suara gemetar.

"Bagus, Nina. Kamu luar biasa," puji Andi, sambil terus menjaga gerakannya agar tetap lembut dan teratur. Aira, yang masih duduk di samping mereka, mulai merasa penasaran. Dengan hati-hati, dia menyentuh bahu Andi. "Mas, setelah ini... aku juga ingin mencoba," ucapnya pelan.

Andi tersenyum, menatap Aira dengan tatapan penuh arti. "Tentu saja, Aira. Tapi, biarkan aku menyelesaikan ini dulu dengan Nina. Aku ingin memastikan dia benar-benar menikmati pengalaman pertamanya," jawab Andi sambil melanjutkan dengan lembut.

Aira mengangguk, menunggu dengan sabar sambil memperhatikan Andi dan Nina.

Setelah beberapa saat, Andi mencabut rudal dari Nina dengan lembut, memastikan gadis itu tidak merasa kesakitan. "Pergilah, bersihkan tubuhmu," ucap Andi sambil membelai rambut Nina. Tubuhnya yang mungil tampak lelah, namun ada senyum tipis yang terukir di wajahnya.

"Mas, biarkan aku membantunya," ucap Aira dengan suara lembut. Dia membantu Nina berdiri, menopang tubuhnya yang masih gemetar, lalu membawanya menuju kamar mandi di sudut ruangan.

Di sana, Aira menyalakan air hangat yang dialirkan dari kincir air buatan Andi. Dia membersihkan tubuh Nina dengan penuh perhatian, mengusap kulitnya yang halus. "Bagaimana rasanya, Nina?" tanya Aira dengan nada prihatin, melihat cairan hangat bercampur warna merah mengalir di sepanjang paha Nina.

"Aku tidak tahu... tapi rasanya seperti campuran sakit dan nikmat," jawab Nina pelan, wajahnya memerah. Dia merasa malu namun juga lega telah melewati pengalaman pertamanya dengan Andi.

Aira tersenyum tipis, lalu memeluk Nina. "Kamu hebat. Jangan khawatir, mas Andi orang yang baik. Dia akan selalu menjagamu," ucapnya menenangkan.

Sementara itu, Andi duduk di atas tempat tidur, melihat kedua wanita itu dari kejauhan. Dalam hati, dia merasa puas dengan hubungan yang mulai terjalin di antara mereka. Dia tahu, malam itu hanya awal dari kebahagiaan yang lebih besar yang akan dia ciptakan bersama mereka.

Ketika Nina dan Aira kembali ke kamar, Andi sudah menunggu dengan senyuman. "Terima kasih, Aira, sudah membantu Nina," ucapnya. Aira hanya mengangguk dan duduk di sebelah Andi, sementara Nina merebahkan dirinya di sisi lain, terlihat lebih rileks setelah dibersihkan.

"Mas, sekarang giliranku, kan?" tanya Aira sambil menatap Andi penuh harap, membuat malam itu berlanjut dengan kehangatan dan keintiman baru di antara mereka.

Andi langsung menyetujui permintaan Aira itu, matanya menyiratkan hasrat yang membara. "Aku sudah sejak lama ingin mencicipi tubuhmu," ucapnya sambil mendekat, suaranya penuh godaan.

Tanpa banyak basa-basi, Andi mengangkat tubuh Aira, membaringkannya dengan posisi nyaman di atas ranjang. Dia menatap Aira dalam-dalam, tangannya menjelajahi lekuk tubuh wanita muda itu yang sempurna. "Kamu benar-benar indah," gumamnya sambil mencium lembut leher Aira.

Ketika Aira terlihat semakin pasrah dan siap, Andi langsung menerobos lubang milik Aira dengan gerakan penuh gairah. Kali ini, dia tidak menahan diri, gerakannya jauh lebih kencang dan keras dibandingkan sebelumnya. Aira, yang sudah berpengalaman, hanya mendesah keras, tubuhnya mengikuti ritme yang Andi ciptakan.

"Mas... terus... jangan berhenti..." Aira memohon sambil meremas sprei dengan kuat. Suaranya bercampur antara kenikmatan dan rasa penuh yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Andi menampar bokong Aira beberapa kali, membuat wanita itu semakin menggeliat liar. "Kamu benar-benar berbeda, Aira," ucap Andi sambil terus bergerak dalam intensitas yang meningkat.

Sementara itu, Nina yang sudah selesai membersihkan tubuhnya memperhatikan mereka dari sudut kamar. Awalnya malu, namun perlahan dia merasa tertarik melihat bagaimana Andi memperlakukan Aira. Tanpa sadar, Nina mendekat, duduk di samping mereka sambil mengamati.

Andi menyadari keberadaan Nina, namun dia hanya tersenyum tipis, memberi isyarat agar gadis itu tidak malu. "Kamu bisa belajar dari sini, Nina," ucapnya sambil melanjutkan aksinya dengan Aira, membuat malam itu dipenuhi suara desahan yang tak berujung.

Andi menarik Nina dengan lembut, menempatkannya di dekatnya, lalu mulai mencium bibir gadis itu dengan penuh hasrat. Sementara itu, Rudalnya tetap menghujani lubang Aira tanpa henti, membuat wanita itu terus mendesah keras di bawahnya.

"Kurasa ayahmu akan sangat iri jika melihat aku menikmati kalian berdua," ucap Andi dengan nada menggoda sambil menatap Nina. Gadis itu terlihat malu-malu, namun perlahan dia mulai membalas ciuman Andi, tangannya meremas pelan pundaknya.

Aira yang berada di bawah Andi hanya tersenyum tipis sambil menikmati setiap gerakan yang Andi berikan. "Mas... aku tidak peduli... yang penting aku bahagia di sini," desahnya, tubuhnya bergeliat semakin liar.

Andi mengalihkan perhatiannya kembali ke Nina, tangan kirinya mulai menjelajahi tubuh gadis itu, meraba setiap lekuknya dengan lembut. "Kamu akan menjadi milikku sepenuhnya, Nina," bisik Andi, membuat gadis itu hanya mengangguk dengan pipi memerah.

Sementara Rudalnya masih tenggelam di dalam tubuh Aira, Andi menyelaraskan gerakan tangannya dengan ciuman yang semakin panas dengan Nina.

Setelah Aira mencapai klimaksnya, tubuhnya menggeliat hebat, dan tanpa sadar ia mengeluarkan cairan yang mengalir deras di antara desahan yang tertahan. Andi tersenyum puas melihatnya, tetapi ia belum selesai.

"Masih ada yang harus aku nikmati," ucapnya sambil mencabut Rudalnya dari Aira yang kini terbaring lemas. Dia langsung mengalihkan perhatian pada Nina, yang masih duduk di sampingnya dengan tubuh gemetar.

Andi mendekati Nina, memposisikan tubuhnya di bawahnya. Kali ini, tanpa keraguan, ia memasukkan Rudalnya kembali ke dalam lubang Nina yang mulai terbiasa dengan ukurannya. Gadis itu hanya meringis kecil, namun tidak separah sebelumnya. "Ahh... mas... ini terasa lebih nyaman," desah Nina, kedua tangannya meremas lengan Andi.

Andi menggerakkan tubuhnya dengan perlahan, membiarkan Nina menikmati setiap dorongan yang ia berikan. Wajah gadis itu berubah merah padam, matanya setengah terpejam, menikmati momen itu dengan seluruh tubuhnya.

Sementara itu, Aira yang mulai pulih duduk di samping mereka, menyaksikan pemandangan itu dengan mata berbinar. "Mas... kamu benar-benar tahu cara membuat wanita bahagia," godanya sambil menyentuh pundak Andi.

Andi hanya tertawa kecil. "Aku pastikan kalian berdua akan selalu merasa istimewa."

Andi terus menggempur Nina dengan gerakan liar dan penuh gairah, membuat gadis itu menggeliat dan mendesah tanpa henti. "Mas... terlalu banyak... ahh, aku tidak bisa menahannya lagi!" Nina memohon dengan suara bergetar.

Saat Andi mencapai puncaknya, dia menahan tubuhnya, membenamkan Rudalnya dalam-dalam. Cairan hangatnya membanjiri lubang Nina, yang tidak mampu menampung semuanya. Cairan itu perlahan merembes keluar, mengalir di sepanjang paha gadis itu, meninggalkan jejak basah di bawahnya.

Nina terbaring lemas, napasnya terengah-engah, tubuhnya basah oleh keringat. Andi tersenyum puas, mengusap rambut Nina yang kusut. "Kamu luar biasa, Nina. Aku belum pernah merasakan sesuatu yang seperti ini sebelumnya," ucapnya dengan nada lembut.

Di sisi lain, Aira memperhatikan pemandangan itu dengan wajah penuh keinginan. "Mas, aku ingin lebih... aku ingin merasa seperti Nina," katanya dengan suara manja.

Andi hanya tertawa kecil sambil menarik Aira ke pangkuannya. "Tenang saja, giliranmu akan segera tiba. Aku akan memastikan kalian berdua mendapatkan yang terbaik dariku."