Chereads / Streamer Secret / Chapter 20 - Bab 20

Chapter 20 - Bab 20

Semua wanita itu mandi tanpa malu, mereka terlihat biasa saja, seakan tidak peduli dengan kehadiran Andi. Andi memperhatikan tubuh mereka dengan penuh ketertarikan, seolah tak bisa melepaskan pandangannya.

"Di sini sudah biasa seperti ini, Mas," ucap seorang wanita bernama Rena, sambil tersenyum. Payudara miliknya tampak lebih besar dari yang lain, memancarkan kepercayaan diri yang membuat Andi terpesona.

Andi menelan ludahnya dengan berat, tak bisa mengalihkan pandangannya dari Rena. Tubuh Rena yang penuh percaya diri itu seakan memanggil hasrat Andi yang sudah tak terbendung.

Andi pun ikut bergabung dengan mereka, meremas payudara Rena, Dian, dan Laksmi bergantian. Dia tak bisa menahan hasratnya untuk mencicipi keindahan tubuh mereka.

"Mas, gak pengen punya istri di tempat ini ya?" goda Laksmi sambil tersenyum menggoda.

Andi hanya tersenyum kecil, pikirannya sudah melayang jauh, membayangkan hidup di desa ini bersama wanita-wanita yang tak terbatas hasratnya.

Ketika Andi mulai mengisap puting milik Laksmi, susu dengan rasa manis langsung mengalir ke dalam mulutnya.

Sementara Andi, merasakan keanehan dengan perasaan baru yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Selama ini, dia belum pernah meminum susu dari seorang wanita.

"Mas, suka ya?" tanya Laksmi dengan senyum menggoda.

Andi pun mengisapnya dengan lebih liar, sementara Laksmi hanya tertawa kecil, merasa geli dengan apa yang dilakukan Andi.

"Mas Andi, aku juga ingin seperti itu," ucap Dian dengan wajah malu-malu.

"Eh, tapi kan punya kamu nggak ada airnya," ejek Laksmi sambil tertawa.

Andi pun langsung merangkul Dian dan mencium bibirnya lembut. Dia berbisik dengan suara lembut, "Kamu bisa mendapatkannya kapan saja, Dian."

Dian menatap Andi dengan mata berbinar. "Terima kasih, Mas," ucapnya dengan lembut. "Aku benar-benar merasa nyaman di dekatmu."

Andi membelai lembut pipi Dian, "Kita akan menghadapi semuanya bersama, Dian. Aku akan selalu ada untukmu."

Dian mengangguk perlahan, seolah yakin dengan kehadiran Andi. "Aku percaya padamu, Mas."

Mereka berdiri di tepi sungai, menikmati keheningan dan kedekatan yang baru mereka temukan.

Namun tiba-tiba,Rena yang sejak tadi diam, langsung melepaskan celana Andi,Hal yang membuat ketiga wanita itu terkejut, Adalah ukuran Rudal milik Andi yang lebih besar dari milik suami mereka.

Dian, Laksmi, dan Rena terdiam sejenak, terpaku pada ukuran Andi yang jauh melampaui apa yang pernah mereka lihat sebelumnya. Perasaan penasaran dan nafsu mulai memenuhi ruang di antara mereka. Andi berdiri dengan penuh keyakinan, melihat ketiganya dengan senyuman yang misterius.

Rena, yang sejak tadi hanya menonton, kini bergerak lebih dekat dan dengan penuh keyakinan melepaskan celana Andi. Ketiga wanita itu terpana melihat ukuran Rudal milik Andi yang lebih besar dari suami mereka. Bahkan, dalam hati mereka, mereka tak bisa membayangkan ukuran yang begitu luar biasa.

Dian dan Laksmi saling berpandangan, tak mampu menyembunyikan perasaan penasaran yang membuncah. Andi menatap mereka dengan penuh keyakinan, seperti seorang pria yang mengetahui kekuatannya. "Mas, bisakah aku merasakannya juga?" tanya Rena dengan suara lembut dan penuh hasrat.

Andi tersenyum, mendekati Rena, lalu merangkulnya dengan lembut. "Kalian semua milikku sekarang," jawabnya sambil membimbing Rena lebih dekat, matanya berbinar dengan hasrat yang sama.

Tanpa ragu, Dian dan Laksmi mengikuti langkah Rena, masing-masing mendekati Andi, seolah-olah mereka tak bisa menahan dorongan di dalam hati mereka.

Tanpa ragu, Andi langsung memasukkan Rudal besar miliknya ke dalam lubang Rena. Sensasi hangat dan licin dari tubuh Rena membuat Andi semakin terangsang. Mereka melakukannya di bawah air, di tengah aliran sungai yang jernih. Suara gemercik air bercampur dengan desahan mereka, menciptakan harmoni erotis yang menggetarkan.

Rena meremas lengan Andi dengan kuat, tubuhnya bergoyang mengikuti irama Andi yang semakin mendalam. Di sekeliling mereka, Dian dan Laksmi tak bisa menahan diri untuk menonton, tubuh mereka gemetar dengan hasrat yang membara.

"Mas Andi… lebih dalam, lebih cepat," bisik Rena dengan suara penuh nafsu, sementara air sungai mengalir deras di sekitar mereka. Andi merespon dengan gerakan yang semakin kasar, membiarkan hasratnya meledak dalam sensasi yang tak terkontrol.

Dian dan Laksmi hanya bisa menonton dengan mata terbelalak, gairah mereka yang terpendam mulai meledak.

Setelah merasakan Rudal milikku, maka Rudal milik suamimu akan terasa longgar," ucap Andi dengan nada menggoda.

Rena hanya mengangguk lemah, bibirnya membiru penuh gairah. Tubuhnya bergetar, masih merasakan sensasi yang belum sepenuhnya reda. "Aku… aku ingin merasakannya lagi," bisiknya dengan suara gemetar.

Andi tersenyum penuh percaya diri, lalu memeluk Rena erat-erat, seolah tak ingin melepaskannya. "Kamu akan merasakannya lagi, dan kali ini akan jauh lebih dalam," bisiknya lembut di telinga Rena.

Namun saat suasana mulai semakin intens, Andi mendengar suara langkah kaki di kejauhan. Refleks, Andi langsung menghentikan aktivitasnya, menarik diri dengan cepat. Semua wanita di sekelilingnya terkejut, tatapan mereka penuh dengan rasa penasaran dan kekhawatiran.

Andi menegakkan posisi, mencoba menenangkan napasnya yang masih terengah-engah. "Ada siapa di sana?" bisiknya pelan, matanya tajam mencari sumber suara tersebut.

Keheningan tiba-tiba menyelimuti mereka. Namun, langkah kaki itu semakin dekat, seolah-olah seseorang tengah mendekati lokasi mereka. Andi dan wanita-wanita itu saling bertukar pandang, penuh ketegangan.

Untuk menghindari sesuatu yang tak diinginkan, Andi segera bergegas pergi dari sana. Hari itu akhirnya berakhir dengan perasaan campur aduk di benaknya. Meski ada dorongan kuat untuk melanjutkan, Andi tahu situasi semakin berbahaya jika mereka tertangkap.

Malam itu, Dian mengetuk pintu kamar Andi seperti biasanya, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda. Begitu pintu dibuka, Andi langsung menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Tanpa banyak bicara, ia melahap bibir Dian dengan penuh gairah, tangannya dengan cepat menyingkirkan pakaian yang dikenakan wanita itu.

"Apakah siang tadi kamu masih belum cukup?" tanya Dian sambil tersenyum kecil, meski napasnya sudah memburu.

Andi hanya membalas dengan tatapan penuh nafsu. "Siang tadi hanya pemanasan. Sekarang aku ingin lebih," bisiknya sambil mengangkat tubuh Dian ke atas ranjang.

Malam itu terasa begitu panjang, seolah waktu berhenti untuk mereka berdua. Dian menyerahkan dirinya sepenuhnya, sementara Andi terus memanjakan tubuh wanita itu tanpa henti, memastikan bahwa setiap detik yang berlalu dipenuhi dengan keintiman yang tak terlupakan.

Mereka berbicara seperti biasa,namun kali ini ada Rudal Andi yang tertanam di dalam lubangnya.

"Mas,kamu sangat menyukai payudara milik Laksmi ya." Tanya Dian.

Sambil memeluk erat tubuh Dian yang kini berada di atasnya, Andi tersenyum kecil mendengar pertanyaan wanita itu. "Mungkin. Tapi, milikmu tetap yang paling istimewa buatku," jawabnya sambil meremas lembut payudara Dian, membuat wanita itu mengerang pelan.

Dian tertawa kecil, meski wajahnya memerah. "Ah, kamu ini pandai sekali merayu. Tapi aku lihat tadi siang, kamu sangat menikmati saat bersama Laksmi."

Andi mengangkat sedikit tubuhnya, mempertemukan mata mereka. "Kalau aku menikmatinya, itu hanya karena suasananya. Tapi kamu, Dian... kamu berbeda. Kamu yang aku tunggu-tunggu setiap malam."

Mendengar itu, Dian tersenyum lembut. Namun, tubuhnya kembali bergerak perlahan, menyesuaikan diri dengan ritme Andi yang mulai meningkatkan intensitasnya. "Tapi aku penasaran, apakah kamu akan seistimewa ini kalau ada wanita lain yang mencoba merebut perhatianmu?" tanyanya sambil menantang.

Andi terkekeh, tangannya memeluk erat pinggang Dian. "Mungkin kamu harus mencobanya sendiri, lalu lihat apa aku tetap memilihmu."

"Jika begitu aku ingin kamu menghamili ku,agar aku punya air susu." Ucap Dian.

"Hemmm... Bukankah dia tidak punya anak, mengapa dia bisa mengeluarkan susu." tanya Andi.

'Oh,dia keguguran beberapa bulan yang lalu."

Andi terdiam sejenak, memandang Dian dengan tatapan penuh arti. Kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya terasa begitu mendalam. "Jadi... Laksmi pernah hamil, tapi kehilangan bayinya?"

Dian mengangguk pelan, matanya terlihat berkaca-kaca. "Iya, mas. Itu sebabnya dia masih bisa mengeluarkan susu. Di desa ini, kami tidak punya akses ke dokter atau rumah sakit. Jadi, jika ada masalah selama kehamilan, semuanya bergantung pada takdir."

Andi meraih tangan Dian, menggenggamnya erat. "Aku turut sedih mendengarnya. Tapi kamu tahu, kalau kamu benar-benar ingin punya anak dariku... itu bukan sesuatu yang bisa kuabaikan begitu saja."

Dian tersenyum kecil, tapi tatapannya penuh dengan tekad. "Aku serius, mas. Kalau aku mengandung anakmu, aku akan sangat bahagia. Mungkin ini gila, tapi aku tidak peduli."

Andi membelai wajahnya dengan lembut, bibirnya mendarat di dahi Dian. "Kalau begitu, aku akan memberikan apa yang kamu inginkan, Dian. Tapi kamu harus janji, kita akan menjaga ini sebagai rahasia."

Dian mengangguk, lalu kembali mencium Andi dengan penuh gairah. Malam itu, mereka saling melepaskan hasrat, dengan janji yang mengikat mereka semakin erat.