Pagi berikutnya, dengan bekal peta kecil di genggamannya, Sellena pergi meninggalkan apartemennya, lalu menuju Puncak Cahaya. Udara pagi itu terasa sangat segar, tapi pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi pada malam Nolan meninggal? Dan mengapa Nolan mengarahkan langkahnya ke bukit itu?
Perjalanan ke bukit memakan waktu yang sangat lama, hampir dua jam. Puncak Cahaya adalah tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama, ketika ingin menjauh sesaat dari hiruk pikuk kota. Sebuah bukit kecil dengan pemandangan yang sangat indah dan suara burung yang begitu menenangkan. Dulu, tempat itu adalah saksi bisu obrolan mereka tentang impian dan masa depan. Tapi kali ini, rasanya berbeda. Ada suasana gelap yang tak bisa Sellena abaikan.
Sesampainya di sana, ia menemukan tempat itu masih sama seperti sebelumnya, namun terasa lebih sunyi dari biasanya. Pohon-pohon besar menjulang di sisi bukit, dan sebuah bangku kayu tua tetap berdiri di bawahnya. Angin dingin meniup daun-daun kering yang berserakan, hingga membuat suasana terasa hampir mistis.
Sellena memandangi peta itu lagi. Di ujung peta, ada tanda "X" di sekitar lereng sebelah utara bukit. Dengan hati-hati, ia berjalan ke sana, mengikuti jalur sempit yang hampir tak terlihat. Ketika ia mencapai titik yang dimaksud, ia menemukan sesuatu yang membuatnya tertegun.
Di bawah sebatang pohon besar itu, terdapat sebuah kotak kecil yang terkubur sebagian di tanah. Dengan tangan gemetar, ia menggali sedikit tanah di sekitarnya dan mengangkat kotak itu. Kotak kayu itu terlihat tua, dengan ukiran yang ia kenali. Itu adalah kotak yang pernah Nolan buat sendiri sebagai hadiah untuknya, tapi ia pikir bahwa barang itu sudah lama hilang.
Ketika Sellena membuka kotak itu, ia menemukan beberapa barang: selembar foto, sebuah surat, dan cincin emas yang berkilau samar di bawah sinar matahari. Foto itu adalah foto mereka berdua di Puncak Cahaya, diambil hanya beberapa minggu sebelum kecelakaan Nolan. Sellena menggenggam cincin itu dengan erat, dan meneteskan air mata, sebelum membuka surat yang ada di dalamnya, Sellena jatuh tak berdaya ke tanah, badan nya begitu lemah dan tidak ada kekuatan lagi.
Tulisan tangan Nolan yang khas langsung membuat matanya berair. Surat itu berisi kata-kata terakhir yang seakan Nolan tahu ia tak akan sempat mengatakannya langsung.
"Sellena, jika kamu membaca surat ini, aku harap kamu bisa memaafkanku. Ada sesuatu yang selama ini kusembunyikan darimu, sesuatu yang mungkin akan melukaimu begitu dalam. Malam, kecelakaan itu… bukanlah kecelakaan biasa. Seseorang menginginkanku mati. Dan jika kamu ingin tahu siapa, cari namaku di dalam bayangan kota ini. Tetapi jangan pernah lakukan ini sendirian. Kamu harus berhati-hati."
Sellena tercekat membaca isi surat itu. Seluruh tubuhnya gemetar, dan rasa takut mulai menguasainya. Apa maksud dari ini semua? Bagaimana mungkin ada yang sengaja mengincar nyawa Nolan? Dan apa yang dimaksud dengan "bayangan kota ini"?
Suara angin tiba-tiba berubah kencang, seperti menggema di telinganya. Ia merasa ada sesuatu yang mengawasi dari balik pepohonan. Sellena segera menyimpan kembali barang-barang itu ke dalam kotak, ia merasa tidak aman berada di sana.
Sebelum ia pergi, angin dingin berhembus kencang lagi, membuat dedaunan beterbangan di sekitarnya. Suara samar terdengar lagi, tapi bisikan yang kali ini sangat jelas.
"Jangan berhenti, Sellena... temukan mereka, aku yakin kamu bisa sayang."
Suara itu membuat jantungnya hampir berhenti. Tanpa menunggu lebih lama, Sellena berlari menuruni bukit, membawa kotak itu bersamanya. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia tahu ini bukan akhir, tapi ini adalah awal dari misteri yang lebih dalam.