Chereads / Penyamar Dari Tanah Legendaris Mistik / Chapter 6 - Serangan Pertama: Pengkhianatan

Chapter 6 - Serangan Pertama: Pengkhianatan

Langkah mereka di salju yang tebal lambat tetapi konsisten. Setiap kali angin bertiup lebih kencang, rombongan berhenti sejenak, menunggu badai kecil itu reda. Aisya dapat mendengar napas berat dari beberapa orang di kereta belakangnya. Udara dingin bukan hanya membuat tubuh membeku, tetapi juga menguras semangat. Ia berusaha menjaga ketenangannya, tetapi jauh di dalam hatinya, ada kekhawatiran yang terus menggerogoti.

Sean, yang berjalan di depan bersama Arisu, tiba-tiba mengangkat tangannya. Langkah mereka terhenti seketika. "Diam," katanya pelan namun tegas. Matanya yang tajam menatap ke arah bayangan gelap di kejauhan. Keheningan mendadak terasa berat, seperti sesuatu yang besar sedang mengintai mereka dari kegelapan.

"Apa itu?" bisik EstoMido, suaranya hampir tak terdengar di tengah suara angin. Wajahnya semakin pucat, dan ia mulai merapatkan jarak dengan Nova.

Sean tidak menjawab. Ia hanya mengangkat pedangnya perlahan, gestur itu cukup untuk membuat semua orang waspada. Dan kemudian, suara jeritan memecah keheningan. Dari sisi kanan rombongan, makhluk-makhluk menyeramkan dengan tubuh seperti bayangan dan mata merah menyala muncul dari balik semak-semak beku. Tanpa aba-aba mereka bergerak dengan kecepatan yang tidak wajar, menyerbu tanpa ampun menganga dengan mulut dipenuhi taring siap menerkam siapapun yang dihadapinya.

"Serang!" Cino berteriak, pedangnya terangkat tinggi. Ia melangkah maju tanpa ragu, menebas makhluk pertama yang mendekat dengan sekali ayunan. Darah gelap memercik di atas salju, menciptakan kontras yang mencolok.

Aisya bergerak cepat. Tangannya bersinar dengan sihir penyembuh yang ia gunakan untuk melindungi salah satu penyihir yang terjatuh. Namun, di tengah kepanikannya, ia juga menyadari bahwa musuh semakin banyak. Sean bergerak di sekitarnya seperti bayangan sendiri, setiap ayunan pedangnya menghancurkan makhluk-makhluk itu dengan presisi yang mengerikan.

Nusa denan tamengnya menghantam musuh musuh hingga terpental jauh lalu Nova yang berlindung di belakangnya menembakkan satu Cahaya biru yang bergerak dengan pesat menembus monster-monster itu berbelok, dan berbelok menghancurkan mereka, tapi tetap saja sumlahnya tidak berkesudahan.

Di belakang, EstoMido mencoba mempertahankan kendali atas kelompok penyihir Healer. "Bentuk barisan! Jangan biarkan mereka memisahkan kita!" serunya, meskipun suaranya bergetar. Ia mencoba mengatur strategi, tetapi jelas ketakutan masih menguasainya.

Saat pertempuran semakin intens, Aisya melihat sesuatu yang mencurigakan. Salah satu penyihir yang mereka bawa tampak ragu-ragu, bahkan mencoba melangkah mundur ke arah yang berlawanan. Nalurinya segera mengingatkannya akan sesuatu yang salah. Dan dugaannya terbukti benar. Pria itu mengeluarkan kristal gelap dari sakunya, yang langsung memancarkan cahaya gelap dan memanggil lebih banyak makhluk bayangan.

"Pengkhianat!" Nova berteriak. Tongkat sihirnya bersinar terang, melepaskan sihir petir yang melesat ke arah pria itu. Namun, pria itu menangkis dan melompat, berguling, dan salto, berhasil menghindari setiap serangan Nova dan melarikan diri, meninggalkan lebih banyak musuh untuk mereka hadapi. Kekacauan semakin memuncak, tetapi Aisya tahu bahwa mereka harus tetap bertahan.

Sean melangkah maju dengan gerakan yang terlatih. Pedangnya menari di udara, menghancurkan makhluk-makhluk itu satu persatu. Namun, matanya tetap mencari sesuatu—pria pengkhianat itu. "Jangan biarkan dia kabur!" serunya, suaranya menggema di tengah hiruk-pikuk pertempuran. Aisya mencoba mengikuti arah pandangannya, tetapi terlalu banyak musuh yang menghalangi jalan. Melihat hal itu Nova termakan kekesalannya telinga Elfnya yang panjang sampai berdenyut "SHOCK WAVE!!" teriaknya sambil menghentak keras tongkat sihirnya ke tanah, seketika tempat mereka semua berpijak meledak, mementalkan semua mahluk bayangan itu hingga jauh, efek gelombang kejut itu membuat angin dan salju terhempas berhamburan sampai-sampai semua orang harus bertahan dan berpegangan. "celaka!" Nova lupa itu sihir tipe area.

"semua orang baik-baik saja?!" teriak Cino dibalik kabut tebal yang tercipta

"Ya!" jawab Sean yang melompat keatas kereta kuda untuk memastikan keadaan, memperhatikan mahluk-mahluk itu kemudian dengan lompatan Panjang dan kecepatan penuh seolah belari, sebelum monster-monster itu benar-benar bangkit Sean mengayunkan pedangnya ujungnya berayun dari bawah, Tengah, atas memenggal semua kepala mereka, sangat cepat dan presisi seolah semua kepala monter itu putus hanya dalam satu Gerakan tangan dan di selesaikan dengan Sean yang mengembalikan pedang kedalam sarungnya.

setelah semua reda, dan penghianat itu berhasil lenyap dalam gelapnya hutan pinus berselimut salju. Cino menumpulkan semua orang dan memastikan semuanya aman. Nova dengan wajah bersalah meminta maaf atas kecerobohannya tapi semua orang menyadari jarak yang dibuat Nova membantu mempermudah Sean menyerang musuh dengan lebih akurat sehingga tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.

"orang itu…" ucap Chino menatap karah hutan, arah penghianat tadi kabur, "Dia mata-mata barat" semua orang tedrdiam seolah bertanya sejak kapan ia di dalam rombongan? 

Kemudian Sean menyahut "Dia ikut kita dari istana, seingatku saat kita melakukan seleksi wajahnya memang cocok dengan data-"

 "Sihir mimikri, itu membuat seseoang bisa meniru seluruh fisik orang lain, Cino benar, itu sihir dari wilayah terpencil di Barat" sahut Nova 

"sejak kapan?!" wajah Nusa tegang "tidak ada yang tau… tapi dari sini kita belajar sesuatu, kenapa dan bagaimana cara mereka bisa sampai menyusup kedalam wilayah timur dan menyabotase kita" tegas Aisya "jadi begitu…" sambungnya pelan seolah berbisik.

Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan perasaan tidaknyaman diantara mereka, merasa telanjang akan informasi rahasia dan malah membawa beban lain ke pihak Utara, hanya karena lolosnya penghianat itu.