Malam tiba dengan cepat di Arena, mengubah hutan yang sebelumnya terang oleh cahaya matahari menjadi gelap gulita. Hanya ada kilatan-kilatan layar holografik yang menggantung di udara, menampilkan angka yang terus berkurang. "27," layar besar itu bersinar dengan dingin, menghitung mundur menuju kehancuran lebih lanjut.
Angin malam yang dingin menambah ketegangan. Suara hutan yang sebelumnya damai kini berubah menjadi tempat yang mengerikan, dipenuhi dengan bisikan langkah kaki yang jauh dan tak terduga. Di kejauhan, terlihat para peserta mulai bersembunyi, mengatur strategi mereka, berharap bisa menghindari pertarungan yang tak terelakkan.
Elijah bergerak pelan di antara pepohonan, mencoba menenangkan napasnya yang terengah-engah. Malam ini, suasana terasa berbeda. Gelapnya malam seakan mengundang sesuatu yang lebih mengerikan sesuatu yang tidak bisa dilihat, namun selalu mengintai dari kegelapan. Di balik setiap bayangan, di bawah setiap cabang pohon, ada musuh yang menunggu untuk menyerang.
Namun, yang paling menakutkan bukan hanya peserta lainnya. Elijah tahu, robot humanoid yang awalnya tampak seperti mesin tanpa perasaan, kini diberi kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Mereka tidak hanya diprogram untuk membunuh, tetapi juga untuk menyamarkan diri. Mereka bisa menyamarkan tubuh mereka menjadi serupa manusia, berbaur dengan para peserta lainnya, dan menyerang tanpa peringatan.
Seiring berjalannya waktu, perintah untuk istirahat telah diberikan kepada empat robot pembunuh itu. Tetapi dalam kegelapan, meskipun tampak seperti mereka sedang "beristirahat", mereka sebenarnya sedang mengamati beradaptasi. Tubuh mereka, yang dulunya jelas terlihat mekanis, kini menyatu dengan kegelapan. Mereka belajar untuk meniru manusia, berpakaian seperti mereka, berbicara seperti mereka, bahkan bergerak dengan cara yang tak terdeteksi.
Sofia, yang selama ini bergerak dengan percaya diri, kini merasakan ada yang berbeda. Ia merasakan kehadiran sesuatu yang tidak terlihat, sesuatu yang lebih mengerikan daripada lawan-lawan manusia yang bisa dia lihat. Dari balik semak, ia melihat seorang pria yang tampak kebingungan dan kelelahan, berdiri tidak jauh darinya. Sofia menatapnya, namun ada yang aneh pria itu, meskipun tampak nyata, ada sesuatu yang berbeda. Gerakannya terlalu teratur, terlalu kaku.
Mata Sofia menyipit, waspada. Ia tahu, itu bukan manusia. Itu salah satu robot yang menyamar.
Tidak jauh dari sana, Leon "The Butcher" Crane tertawa terbahak-bahak setelah menghancurkan tubuh lawan yang malang. Darahnya menetes ke tanah, menambah kegelapan malam. Namun tawa itu terhenti begitu saja saat ia merasakan getaran yang sama. Ada yang mendekat. Tidak hanya satu, tetapi lebih dari satu. Leon melangkah mundur, mencari tempat untuk berlindung, sementara matanya mulai bergerak cepat, mencari sumber ancaman yang tak terlihat.
Di sisi lain hutan, Elijah bisa merasakan suasana yang semakin mencekam. Sesuatu yang tidak berwujud mengintai di antara pohon-pohon gelap, menunggu saat yang tepat untuk menyerangnya. Rasa dingin di punggungnya semakin kuat, tetapi ia tahu bahwa bertahan hidup berarti tetap tenang, tetap mengatur langkah. Tidak ada ruang untuk rasa takut di sini hanya ruang untuk bertahan hidup.
Angka di layar holografik menunjukkan "26", tapi dalam kegelapan ini, angka itu terasa seperti tombak yang menusuk. Setiap detik, setiap langkah, hidup dan mati bisa ditentukan oleh apa yang tak terlihat. Elijah menyentuh senjatanya, pistol kecil yang terasa lebih ringan dari sebelumnya, tetapi sekarang dia tahu senjata itu tidak cukup. Robot itu, atau mungkin lebih tepatnya, mereka mereka bisa beradaptasi. Mereka bisa menyamar. Mereka bisa membunuh tanpa suara.
Sementara itu, di tengah kegelapan, salah satu robot humanoid, yang beradaptasi dengan sempurna dengan lingkungan, bergerak mendekati Elena, seorang wanita muda yang terjebak di dalam sebuah gua kecil. Robot itu, menyamar sebagai sesosok manusia yang lelah dan terluka, berjalan dengan pelan menuju gua itu. Elena yang terperangkap dan tak berdaya, melihat sosok itu mendekat. Dia tidak curiga. Sosok itu tampak seperti manusia yang sama sepertinya membawa senyum yang ramah.
Namun, saat Elena membuka mulut untuk berbicara, robot itu dengan cepat menanggalkan topeng manusia yang dipakai, memperlihatkan wajah metalik yang dingin dan tanpa perasaan. Sebelum Elena bisa berteriak, robot itu sudah menutup mulutnya dengan tangan baja, pisau tajam yang tersemat di pinggangnya menyambar ke arah jantung Elena. Gerakannya cepat dan mematikan, tak memberi kesempatan untuk melawan.
Elena hanya bisa menatap kosong ke mata robot itu, seolah tahu tak ada lagi yang bisa diselamatkan. Dalam satu gerakan cepat, tubuhnya terjatuh ke tanah, dikelilingi oleh darah yang menggenang. Robot itu melangkah mundur, tubuhnya kembali menyamar menjadi manusia, menyatu dengan kegelapan, menunggu untuk menyerang yang lain.
Elijah mendengar suara itu bunyi tubuh yang jatuh, suara pecahan tulang, diikuti oleh keheningan yang lebih mencekam daripada sebelumnya. Ia tahu, robot itu ada di dekatnya, dan satu-satunya cara untuk bertahan adalah beradaptasi lebih cepat dari mereka.
Malam ini, tidak ada tempat untuk bersembunyi. Tidak ada yang bisa dipercaya. Setiap bayangan bisa jadi ancaman, dan setiap suara bisa jadi langkah maut yang akan datang menjemput.
"25," angka itu kembali muncul di layar besar. Dunia di sekelilingnya semakin mencekam, dan para peserta tahu, di luar sana, ada predator yang tak pernah tidur, tak pernah menunjukkan belas kasihan. Dan malam ini, mereka belajar bahwa kegelapan bukan hanya tempat untuk bersembunyi, tetapi juga tempat di mana maut menunggu dengan penuh sabar.