Chereads / Hukuman Terakhir / Chapter 8 - Pertaruhan terakhir

Chapter 8 - Pertaruhan terakhir

Keheningan yang menyelimutinya terasa mencekam. Kabut di hutan semakin tebal, dan meskipun langkah Elijah semakin berat, ia tahu, setiap langkahnya adalah langkah menuju kegelapan yang lebih dalam. Luka-lukanya terasa seperti api yang membakar kulitnya. Setiap napas yang ia tarik seakan menguras sisa-sisa kekuatan tubuhnya yang sudah hampir habis. Namun, ia tidak boleh berhenti. Tidak sekarang. Tidak ketika angka itu terus berkurang.

Layar holografik di tangannya kembali menyala, menampilkan angka yang menggugah kengerian di benaknya: 10.

Sepuluh orang lagi. Sepuluh orang yang bertahan hidup dalam permainan berdarah ini. Hanya sedikit yang tersisa, dan setiap orang di sini adalah ancaman yang lebih besar. Mereka adalah lawan yang jauh lebih kuat dari yang bisa ia bayangkan. Dan di antara mereka, ada makhluk yang tak bisa dijelaskan—humanoid yang telah mengubah peraturan permainan ini menjadi mimpi buruk yang tak berujung.

Elijah terengah-engah, mencoba menstabilkan tubuhnya yang hampir roboh. Darahnya yang menetes di tanah seakan mengukir jejak menuju kegelapan. Namun ia tahu, satu-satunya cara untuk bertahan adalah melawan.

Dia menekan punggungnya pada batang pohon besar, merasakan getaran dari bumi yang semakin mencekam. Suasana di sekitarnya terasa semakin gelap, seperti dunia ini semakin mengerut, meninggalkan satu-satunya jalan keluar yang penuh dengan bahaya.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di kejauhan. Langkah yang teratur dan penuh keyakinan, datang dengan kecepatan yang tak bisa diprediksi. Elijah segera menundukkan kepalanya, bersembunyi lebih dalam di balik semak-semak.

Sekelompok orang muncul di kejauhan. Lima pria, tubuh mereka tegap dan wajah mereka dingin. Mereka adalah para peserta yang masih bertahan. Elijah mengenali beberapa dari mereka pembunuh yang sangat berbahaya, yang tidak akan ragu untuk menghabisi siapa pun yang berada di jalan mereka. Mereka bergerak dengan tujuan yang jelas: bertahan hidup.

Namun, ada satu hal yang membuat Elijah semakin gelisah di antara mereka, ada sosok yang tidak bisa ia lupakan. Pria dengan bekas luka besar di wajahnya. Seseorang yang tidak bisa ia abaikan. Seseorang yang mengingatkannya pada hari-hari yang penuh darah dan keputusasaan.

Mark.

Mark adalah mantan tentara bayaran yang terkenal dengan kekejamannya. Tak ada yang tahu bagaimana dia bisa bertahan begitu lama, tapi yang pasti, dia adalah ancaman nyata bagi siapa saja yang melawannya. Di matanya, semua adalah alat untuk mencapai tujuannya bertahan hidup.

Elijah menggertakkan giginya, mencoba menahan rasa takut yang mendera. Waktu bukan lagi sekutu baginya. Setiap detik yang berlalu semakin mendekatkannya pada kematian yang tak terelakkan. Jika Mark dan kelompoknya menemukan dirinya, itu akan berakhir dengan cepat.

Namun, ada satu hal yang bisa menjadi keuntungan Elijah hutan ini adalah rumahnya sekarang. Dia tahu medan ini, tahu bagaimana menggunakannya untuk bertahan hidup. Menggunakan semak-semak, pepohonan, bahkan batu besar di sekitarnya sebagai tempat persembunyian.

Mark dan kelompoknya berhenti sejenak di dekat pohon besar, berbicara dengan suara rendah yang penuh perhitungan. Elijah tidak bisa mendengarnya dengan jelas, tapi ia tahu mereka sedang merencanakan sesuatu. Sesuatu yang pasti akan membawa pertumpahan darah.

Ketika langkah mereka mulai mendekat, Elijah menggenggam pisau kecil yang ada di ikat pinggangnya. Jarang sekali dia menggunakan senjata tajam, tapi dalam situasi seperti ini, ia tidak punya pilihan. Ia bersembunyi lebih dalam, menahan napas, menunggu momen yang tepat.

Tiba-tiba, tanah di bawahnya bergetar. Langkah kaki yang lebih berat terdengar di kejauhan, semakin mendekat. Hawa dingin seketika menguasai hutan. Suara langkah itu tidak terhenti, seolah ada sesuatu yang besar bergerak menuju tempat mereka. Mata Elijah membelalak, menyadari bahwa mereka bukan satu-satunya yang ada di sini.

Sosok besar itu muncul dari balik pepohonan. Dengan tubuh yang tinggi, kekar, dan langkah yang tidak terburu-buru, ia mengarah langsung ke kelompok Mark.

"Ada yang datang!" teriak seorang pria dari kelompok Mark, namun sudah terlambat. Sosok itu bergerak dengan kecepatan yang tidak terduga, memecahkan keheningan hutan dalam sekejap. Dalam sekejap, pria pertama itu terjatuh, darah menyembur dari tenggorokannya.

Elijah merasa ngeri, tubuhnya membeku sejenak. Sosok itu bergerak begitu cepat, dengan gerakan yang tidak manusiawi. Itu adalah humanoid, salah satu dari mereka makhluk yang sudah berevolusi menjadi lebih mematikan, lebih cepat, lebih ganas.

Mark dan dua orang lainnya langsung melompat mundur, menarik senjata mereka dan mulai menembak. Namun, tidak ada yang mempan. Peluru-peluru itu menghantam tubuh humanoid, tetapi ia hanya terhuyung sedikit, lalu melompat lagi, merobek tubuh pria kedua yang mencoba melawan.

Teriakan keras terdengar di hutan, namun perlawanan mereka sia-sia. Elijah hanya bisa mengamati dari kejauhan, merasa ngeri dan terkesima pada kekuatan humanoid itu. Tidak ada yang bisa menandingi mereka. Tidak ada satu pun.

Sisa kelompok Mark yang selamat mulai berlari, tetapi mereka tidak cukup cepat. Satu per satu mereka jatuh, terbunuh dalam sekejap. Humanoid itu melumat tubuh mereka, seolah tidak ada yang bisa menghentikan kekuatan luar biasa yang dimilikinya.

Elijah, dengan tubuh yang semakin lemah, tahu saatnya untuk bergerak. Dengan cepat, ia berlari ke arah yang berlawanan, mencoba menggunakan kabut dan pepohonan untuk melindungi dirinya. Satu-satunya pilihan adalah kabur, bertahan hidup, dan berharap bisa melawan di lain waktu.

Namun, meskipun ia berlari sejauh mungkin, rasa takut yang menggerogoti pikirannya tak bisa ia hilangkan. Tiga belas orang sudah tewas. Dan kini, hanya sepuluh yang tersisa.

Dan siapa yang bisa berkata bahwa ia akan menjadi salah satunya yang bertahan?