Chereads / Hukuman Terakhir / Chapter 11 - Akhir yang Tak Terelakkan (Final)

Chapter 11 - Akhir yang Tak Terelakkan (Final)

Saat tubuh Elijah semakin lemah, di tengah keputusasaannya, dalam kegelapan hutan yang semakin pekat, pikirannya mulai kembali ke masa lalu ke masa yang jauh lebih hangat dan penuh harapan. Di saat-saat terakhirnya, ia teringat pada momen-momen indah yang pernah ia miliki. Momen yang takkan pernah kembali, namun selalu terpatri dalam ingatan.

Elijah berdiri di depan altar, tatapannya penuh dengan kebahagiaan yang tak terbendung. Di hadapannya, Anabel, sang wanita yang selama ini ia cintai, tersenyum lebar. Momen itu begitu sempurna, seperti mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan. Dengan suara gemetar namun penuh keyakinan, Elijah mengucapkan kata-kata yang tak akan pernah ia lupakan, kata-kata yang mengikat dirinya dengan Rihana selamanya.

"Aku bersedia."

Saat itu, seluruh dunia terasa begitu indah. Semua masalah dan kesulitan hidup seolah lenyap dalam sekejap, tertutup oleh kebahagiaan yang tak terlukiskan. Mereka berdua, dua jiwa yang saling mencintai. memulai perjalanan hidup baru bersama.

Kemudian, perasaan hangat itu berganti dengan keajaiban yang jauh lebih besar. Elijah masih ingat jelas saat anak pertama mereka lahir ke dunia. Tangisan pertama si kecil yang penuh harapan mengisi ruang rumah sakit. Rihana, yang tampak lebih cantik dari sebelumnya, memeluk bayi mereka dengan penuh kasih sayang. Elijah berdiri di sampingnya, menatap bayinya yang baru lahir, merasakan bahwa hidup mereka kini lengkap.

"Selamat datang di dunia ini, anak kami," kata Elijah, suara itu penuh dengan keharuan.

Anak mereka, yang bernama Caleb, tampak begitu sempurna, dengan wajah yang mungil dan tangan kecil yang menggenggam erat jari Rihana. Saat itu, dunia mereka terasa penuh dengan kemungkinan, penuh dengan harapan akan masa depan.

Namun, kenangan itu tak bertahan lama. Hanya beberapa tahun setelah itu, kebahagiaan mereka diuji dengan datangnya kesulitan yang lebih besar anak mereka, Caleb, jatuh sakit. Penyakit yang tak bisa dijelaskan, yang semakin hari semakin melemahkan tubuh kecilnya. Elijah dan Anabel berjuang bersama, tanpa lelah, mencoba segala cara untuk menyembuhkan anak mereka, namun setiap usaha terasa sia-sia.

Elijah masih ingat jelas bagaimana rasa sakit di hatinya semakin dalam setiap kali melihat anaknya terbaring lemah di tempat tidur, tidak bisa bergerak, dengan mata yang kosong. Ia ingat bagaimana setiap hari ia berdoa, berharap keajaiban datang. "Kenapa ini harus terjadi pada anak kami?" pikirnya, sering kali terjaga di malam hari, memandangi anaknya yang terbaring sakit.

Dan ketika akhirnya Caleb berbicara, meski hanya satu kata "Papa" itu adalah momen yang tak akan pernah ia lupakan. Itu adalah suara yang membawa begitu banyak rasa sakit dan kebahagiaan. Anak mereka, yang begitu lemah, masih bisa merasakan kedekatan dan cinta mereka.

Namun, kebahagiaan itu hanya bertahan sementara. Penyakit itu akhirnya membawa Caleb pergi. Kehilangan itu menghancurkan segalanya. Elijah merasa seolah-olah dunia telah runtuh di sekitarnya. Rihana pun tak bisa menahan kesedihannya, dan mereka berdua terpuruk dalam kesedihan yang mendalam.

"Aku tidak tahu apakah aku bisa melanjutkan hidup tanpa dia," kata Rihana suatu malam, dengan air mata yang tak pernah berhenti mengalir. "Dia adalah segalanya."

Saat kenangan itu berputar dalam pikirannya, tubuh Elijah semakin lemah. Di saat-saat terakhirnya, ia merasakan betapa jauh perjalanan hidupnya telah membawanya, dari kebahagiaan yang begitu besar hingga kesedihan yang menghancurkan. Namun, meskipun tubuhnya hancur, kenangan tentang Rihana dan Caleb tetap hidup di dalam dirinya, memberikan kekuatan yang tak terlihat.

Sebelum matanya sepenuhnya tertutup, Elijah sempat mengingat kembali kata-kata yang pernah diucapkan oleh Anabel ketika mereka pertama kali menikah: "Aku akan selalu mencintaimu, Elijah. Selamanya." Kalimat itu seolah menjadi napas terakhirnya, memberikan ketenangan sebelum semuanya berakhir.

Elijah terjatuh, dan pandangannya mulai kabur. Ia tahu bahwa perjuangannya telah berakhir. Namun, sebelum matanya tertutup selamanya, ia mendengar suara dari kejauhan. Suara yang tidak mungkin ia dengar suara lain, bukan William. Suara itu datang dari hutan yang gelap, suara seperti... seribu langkah kaki.

Sebuah pertanyaan muncul di benaknya, "Apa yang sebenarnya mereka inginkan?"

Dan saat itu, tubuh Elijah menghilang dalam kegelapan hutan yang pekat, meninggalkan kenangan-kenangan yang takkan pernah padam.