Dentingan angka yang terus berkurang pada layar holografik seolah menyiratkan akhir yang semakin dekat. Tujuh orang yang tersisa, namun dari jumlah itu, hanya enam yang masih bisa dianggap manusia. Tiga di antaranya adalah manusia biasa, sementara dua lainnya humanoid yang telah beradaptasi dengan sempurna bersembunyi di balik kerumunan yang semakin tegang.
Elijah merasa tubuhnya semakin lemah. Luka-luka yang dideritanya masih terasa perih, darah yang mengalir perlahan-lahan dari tubuhnya, namun rasa sakit itu kini berbaur dengan ketegangan yang tak tertahankan. Mereka hanya memiliki satu tujuan: bertahan hidup dan kini, bertahan berarti melawan sesuatu yang lebih besar dari manusia.
"Enam," suara dingin layar itu kembali terucap. Angka yang semakin sedikit menambah beban mental yang tak bisa lagi disangkal.
Mereka yang tersisa mulai menyadari bahwa waktu mereka semakin sempit, dan pertaruhan mereka semakin besar. Elijah tahu ini bukan tentang siapa yang bertahan paling lama ini adalah permainan terakhir. Dan saat itu tiba, hanya satu yang akan keluar hidup-hidup.
Tapi, ada yang lebih mengerikan. William. Sosok yang sebelumnya ia hadapi dalam bentuk humanoid, kini seolah bangkit kembali dari kegelapan. Tubuhnya yang hancur oleh pertempuran sebelumnya kini sudah kembali utuh, bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Tidak ada jejak luka pada wajahnya, hanya mata kosong yang memperhatikan setiap gerakan Elijah.
"Sekarang aku mengerti," bisik William, suaranya berubah lebih dalam, seolah datang dari tempat yang jauh. "Kau masih bertahan, meskipun... meskipun kamu sudah tahu siapa aku sebenarnya."
Elijah melangkah mundur, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Ia bisa merasakan kehadiran William yang mendekat, meskipun suaranya tidak lagi bisa ditangkap oleh telinga biasa. "Kau... bukan manusia," suara Elijah serak, bibirnya bergetar.
William tertawa pelan, langkahnya semakin mendekat. "Aku bukan manusia, memang. Tapi lihatlah bukan hanya aku yang bisa bertahan hidup begitu lama."
Di belakang William, dua humanoid lainnya muncul dari bayangan hutan. Mereka bergerak seperti bayangan, tanpa suara, seperti predator yang siap menghabisi mangsanya. Elijah tahu mereka bukan seperti makhluk biasa. Mereka diciptakan untuk menghancurkan diciptakan untuk menjadi lebih dari manusia.
Ada enam orang yang tersisa, namun hanya empat yang akan bertahan hidup malam ini. Elijah tahu bahwa waktunya hampir habis. Wajah-wajah yang sebelumnya ia lihat kini hanya menjadi kenangan samar. Di depan matanya, hanya ada satu hal yang harus ia lakukan bertahan hidup, meskipun harus mengorbankan segalanya.
Tetapi, William tidak terburu-buru. Dia tahu bahwa Elijah akan mencari jalan keluar, dan dia ingin melihat seberapa jauh manusia itu bisa bertahan sebelum akhirnya jatuh. "Ayo, Elijah. Aku ingin melihatmu berjuang sedikit lebih lama. Aku ingin melihat seberapa jauh ketahananmu. Itu " dia menunjuk ke arah dua humanoid lainnya yang mengintai dari kejauhan, "akan jadi hiburan terbaik."
Elijah merasa tubuhnya semakin lemah. Lari. Itu satu-satunya pilihan. Tapi, bukan itu saja. Ia harus bertahan hidup dengan apa yang ada di sekitarnya. Tidak ada tempat untuk bersembunyi di hutan ini, namun ada satu hal yang belum ia coba lingkungan itu sendiri.
Tangan Elijah gemetar saat ia meraih sebatang kayu besar. Itu bukan senjata yang sempurna, namun ini satu-satunya harapan yang ia miliki. Dengan darah yang mengalir dari tubuhnya, ia mulai berlari, memanfaatkan pohon-pohon besar dan bebatuan sebagai pelindung, berharap bahwa satu langkah berikutnya tidak akan mengakhiri hidupnya.
Di belakangnya, langkah William semakin dekat, namun Elijah tetap berlari. Jantungnya berdegup kencang. Langkah-langkah humanoid itu semakin terdekat, dan ada perasaan yang tak bisa ia buang dari pikirannya ia harus membuat mereka terperangkap.
Dengan satu gerakan cepat, Elijah melompat ke atas batu besar yang hampir tersembunyi oleh semak belukar, dan dengan teriakan yang menggema di hutan, ia mengayunkan batang kayu itu dengan sekuat tenaga. Serangan itu meleset, namun cukup untuk mengguncang keseimbangan humanoid terdekat. Itu adalah kesempatan langka yang tak akan ia sia-siakan.
Dengan keringat yang membasahi tubuhnya, Elijah melanjutkan lari, membiarkan semua yang ada di belakangnya untuk mengejar, sementara pikirannya berpacu mencari cara untuk melarikan diri. Tidak ada waktu untuk berpikir lagi. Dalam situasi ini, ia hanya bisa berusaha, berusaha untuk bertahan hidup lebih lama, lebih keras, dan lebih kuat.
Namun di kejauhan, ia mendengar suara langkah kaki yang semakin menjauh. William berhenti. "Aku rasa... kamu akan mati sebelum aku sempat membunuhmu, Elijah. Tapi itu, hanya akan membuat permainan ini lebih menarik," katanya, suaranya penuh ironi.
William menoleh ke belakang. Ada dua humanoid yang masih mengintai. Mereka tahu apa yang sedang terjadi. Mereka tahu bahwa mereka akan menghadapi lebih banyak permainan, lebih banyak kematian, lebih banyak darah.
Tapi Elijah, meskipun terkepung dan lemah, hanya memiliki satu hal yang tak bisa diambil darinya keinginan untuk hidup.