Chereads / Penyihir yang Terlahir Kembali / Chapter 22 - Bab 22: Jejak Cahaya dan Bayangan

Chapter 22 - Bab 22: Jejak Cahaya dan Bayangan

Bab 22: Jejak Cahaya dan Bayangan

Setelah pertempuran emosional melawan bayangannya sendiri, Aiko merasa bahwa beban dalam hatinya sedikit lebih ringan. Namun, tidak ada waktu untuk beristirahat. Peta yang mereka temukan di perpustakaan itu mengarahkan mereka ke sebuah tempat yang dikenal sebagai Eclipse Sanctuary, lokasi misterius yang disebut-sebut sebagai tempat persinggungan antara dunia para dewa dan manusia.

"Apa menurutmu kita benar-benar harus pergi ke sana?" tanya Mikoto sambil menatap peta. Mereka sekarang duduk di ruang peristirahatan kecil di dekat perpustakaan kuno, mencoba merencanakan langkah selanjutnya.

Aiko menatap peta itu dengan serius. "Kalau tempat ini memang pintu gerbang, maka kita harus pergi. Kalau tidak, aku tidak akan pernah tahu kebenaran tentang kekuatanku… dan apa yang sedang kita hadapi."

Ryo, yang duduk di samping mereka, menyilangkan tangannya. "Kedengarannya berbahaya. Jika Kyros benar tentang pintu itu, kita mungkin akan menghadapi lebih dari sekadar rintangan fisik."

"Tapi kita tidak punya pilihan lain," jawab Aiko tegas. "Kita harus tahu apa yang ada di sana sebelum orang lain menemukannya."

Setelah beberapa saat diskusi, mereka memutuskan untuk bergerak segera. Waktu tidak berada di pihak mereka, dan ancaman yang menggantung di langit terasa semakin dekat.

 

Perjalanan Menuju Eclipse Sanctuary

Mereka meninggalkan perpustakaan dan menuju ke arah yang ditunjukkan peta. Lokasi yang ditandai berada di pegunungan terpencil, jauh dari kota mana pun. Jalan menuju sana dipenuhi dengan hutan lebat dan jurang yang curam, membuat perjalanan menjadi semakin sulit.

Di sepanjang perjalanan, Aiko merasakan ada sesuatu yang terus mengawasi mereka. Dia tidak bisa menjelaskan apa itu, tetapi perasaan itu semakin kuat seiring mereka mendekati tujuan.

"Perhatikan sekitarmu," kata Ryo sambil menggenggam pedangnya erat. "Hutan ini terlalu sunyi."

Mikoto mengangguk. "Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres."

Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati-hati, tetapi tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari depan. Tanah di bawah mereka bergetar, dan dari balik pepohonan, muncul sekelompok makhluk berbentuk bayangan. Mereka tampak seperti entitas yang sama dengan bayangan Aiko sebelumnya, tetapi kali ini jumlahnya jauh lebih banyak.

"Siap-siap!" teriak Ryo sambil maju ke depan untuk melindungi Aiko dan Mikoto.

Makhluk-makhluk itu menyerang dengan cepat, bergerak seperti asap yang berubah bentuk. Serangan mereka sulit diprediksi, tetapi Ryo dan Mikoto berhasil melawan mereka dengan kerja sama yang solid.

Namun, salah satu makhluk berhasil menembus pertahanan mereka dan menuju ke arah Aiko.

"Aiko, awas!" teriak Mikoto.

Aiko melompat mundur, tetapi makhluk itu terlalu cepat. Dalam sekejap, ia sudah berada tepat di depannya. Aiko mencoba menggunakan kekuatannya, tetapi energi yang dia coba panggil terasa tidak stabil.

"Kenapa ini tidak berfungsi?" pikirnya panik.

Makhluk itu menyerang, tetapi tepat sebelum serangannya mengenai Aiko, sebuah cahaya terang muncul dari tubuhnya. Cahaya itu membakar makhluk tersebut hingga lenyap dalam hitungan detik.

Mikoto dan Ryo berhenti sejenak, terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

"Apa itu tadi?" tanya Ryo.

Aiko menatap tangannya, yang masih memancarkan cahaya samar. Dia tidak tahu bagaimana dia melakukannya, tetapi rasanya seperti sesuatu yang alami, seperti bagian dari dirinya.

"Aku… tidak yakin," jawab Aiko akhirnya. "Tapi sepertinya kekuatanku semakin berkembang."

Mikoto tersenyum kecil. "Bagus, karena sepertinya kita akan membutuhkan itu lagi."

Mereka melanjutkan perjalanan setelah memastikan tidak ada lagi makhluk bayangan yang mengikuti mereka. Namun, insiden itu meninggalkan pertanyaan besar: jika kekuatan Aiko terus berkembang, apakah dia bisa mengendalikannya ketika saat yang paling penting tiba?

 

Eclipse Sanctuary

Ketika mereka akhirnya mencapai tempat yang ditandai di peta, mereka terpesona oleh apa yang mereka lihat. Di depan mereka berdiri sebuah kuil kuno yang megah, dikelilingi oleh aura misterius yang membuat udara terasa berat. Dinding kuil itu dihiasi dengan ukiran yang menggambarkan pertempuran antara para dewa dan bayangan yang menyerupai makhluk yang mereka lawan sebelumnya.

"Jadi ini Eclipse Sanctuary," gumam Aiko sambil melangkah maju.

Namun, ketika mereka mendekati pintu masuk, suara berat yang familiar terdengar dari belakang mereka.

"Kalian cepat juga sampai di sini."

Mereka berbalik dan melihat Kyros berdiri di atas batu besar, menatap mereka dengan tatapan tajam.

"Kyros!" seru Mikoto, menarik senjatanya.

Kyros mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk tidak menyerang. "Tenang. Aku tidak di sini untuk bertarung. Aku hanya ingin melihat apakah kalian cukup berani untuk memasuki tempat ini."

"Apa maksudmu?" tanya Aiko.

Kyros melompat turun dari batu, berjalan perlahan ke arah mereka. "Tempat ini bukan sembarang kuil. Ini adalah ujian. Siapa pun yang masuk akan dihadapkan pada kebenaran terbesar mereka… dan ketakutan terdalam mereka. Hanya mereka yang layak yang akan keluar hidup-hidup."

"Kami tidak takut," kata Ryo tegas.

Kyros tertawa kecil. "Semua orang takut. Tapi pertanyaannya adalah, apakah kau bisa melampaui ketakutan itu?"

Aiko melangkah maju, menatap Kyros dengan mata yang penuh tekad. "Aku siap. Apa pun yang ada di dalam sana, aku akan menghadapinya."

Kyros mengangguk perlahan, lalu membuka pintu besar kuil itu dengan satu gerakan tangannya. Dari dalam, sebuah cahaya aneh keluar, bersinar namun terasa dingin.

"Ayo," kata Aiko sambil melangkah masuk.

Mikoto dan Ryo mengikuti di belakangnya, sementara Kyros tetap berdiri di luar, memperhatikan mereka dengan ekspresi yang sulit dibaca.

"Semoga kalian berhasil," gumam Kyros. "Karena jika tidak, dunia ini tidak akan punya harapan lagi."

Dan dengan itu, pintu kuil menutup, meninggalkan Aiko, Mikoto, dan Ryo di dalam kegelapan yang penuh dengan misteri dan bahaya.