Bab 27: Pilihan yang Tak Terelakkan
Ruang di sekitar mereka bergetar, seolah dunia itu sendiri menunggu keputusan Aiko. Ketiga remaja itu berdiri bersama, masing-masing dilingkupi perasaan yang campur aduk. Mikoto dan Ryo berdiri di sisi Aiko, memberikan dukungan tanpa kata. Meski Aiko tahu bahwa ini adalah perjalanan yang harus dia tempuh sendiri, kehadiran mereka memberi kekuatan lebih untuk menghadapi apa yang datang.
"Aiko," suara Penjaga Akhir menggema di ruang kosong, "pilihanmu menentukan nasib dunia ini. Apakah kau akan memilih cahaya, untuk melindungi dan membimbing, atau memilih kegelapan, untuk memperoleh kekuatan yang tak terbatas namun menghancurkan? Takdir dunia tergantung pada keputusan ini."
Aiko menatap Penjaga Akhir, matanya penuh dengan kebingungan dan keteguhan. Keputusan ini bukan hanya tentang dirinya, tetapi tentang dunia yang akan dihancurkan atau diselamatkan. Ia tahu betul bahwa setiap pilihan akan membawa konsekuensi yang luar biasa. Jika dia memilih cahaya, ia akan kehilangan semua yang dia kenal—kemampuannya untuk berubah menjadi dirinya yang dulu, masa depannya, bahkan kehidupan normal yang dia idamkan. Namun, jika dia memilih kegelapan, dunia ini akan jatuh ke dalam kekacauan, menghancurkan apa yang sudah diperjuangkan oleh banyak orang.
"Bagaimana aku bisa memilih?" Aiko berbisik, suaranya nyaris tak terdengar. "Aku tidak ingin dunia ini hancur, tetapi... aku juga tidak bisa kehilangan diriku sendiri."
Mikoto melangkah maju dan meletakkan tangan di bahu Aiko, memberikan sedikit ketenangan di tengah kebingungannya. "Aiko, apa pun yang kau pilih, kami akan ada di sisimu. Kamu tidak perlu memikul beban ini sendirian."
Ryo juga mendekat, memberi tatapan yang penuh makna. "Keputusan ini adalah milikmu, Aiko. Tapi ingat, terkadang memilih cahaya tidak berarti mengorbankan semua yang kita miliki. Ada jalan untuk melindungi dunia dan tetap menjadi dirimu sendiri."
Aiko merasakan rasa syukur yang mendalam atas kata-kata mereka, tetapi hatinya tetap berat. Saat dia menatap mata teman-temannya, dia menyadari sesuatu yang sangat penting. Pilihan ini bukan hanya tentang siapa dia sekarang, atau kekuatan apa yang dia miliki. Ini tentang tujuan hidupnya, tentang apa yang ingin dia capai dan lindungi.
Dia mengambil napas dalam-dalam, memejamkan matanya. Semua kenangan tentang perjalanan mereka bersama, semua tantangan yang telah mereka hadapi, semua hal yang telah mereka pelajari selama ini, kembali muncul dalam benaknya. Dia melihat Mikoto yang selalu memberi dukungan tanpa pamrih, dan Ryo yang berjuang untuk mengatasi bayang-bayang masa lalunya.
"Saya memilih untuk melindungi dunia... dengan caraku," ujar Aiko dengan suara yang lebih mantap daripada yang ia bayangkan.
Penjaga Akhir mengangguk, tampaknya tidak terkejut dengan pilihan tersebut. "Pilihanmu telah ditetapkan. Namun, ingat, kekuatan yang kau pilih tidak akan datang tanpa harga. Cahaya akan membimbingmu, tetapi kegelapan akan selalu berada di sisi, menunggu kesempatan untuk merusak. Kau akan selalu berada di persimpangan antara keduanya."
Tiba-tiba, ruang di sekitar mereka mulai berputar, dan cahaya bersinar terang. Aiko merasakan sesuatu yang berubah dalam dirinya—sebuah kekuatan yang mengalir melalui tubuhnya, jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Kekuatan itu terasa seperti ledakan energi, tapi juga seperti sebuah beban yang harus dipikul.
"Aku tahu apa yang harus aku lakukan," gumam Aiko pada dirinya sendiri. "Aku tidak akan membiarkan kegelapan menguasai dunia ini. Aku akan melindungi apa yang penting, dengan cara apapun."
Di sekeliling mereka, dunia mulai berubah. Cahayanya semakin terang, menciptakan aura penuh harapan. Aiko merasakan dirinya kembali berubah, tetapi kali ini, perubahan itu bukan hanya fisik. Kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya memberi rasa tanggung jawab yang lebih besar.
"Ini belum berakhir," kata Penjaga Akhir. "Pilihanmu telah membuka jalan, tetapi perjalananmu masih panjang. Dunia ini tidak akan berubah begitu saja. Masih ada banyak yang harus dihadapi, banyak yang harus dilawan. Kegelapan belum sepenuhnya hilang, dan dunia ini masih membutuhkan keberanianmu."
Aiko mengangguk, bertekad. "Aku siap menghadapi apa pun yang akan datang."
Mikoto dan Ryo memberi senyuman penuh keyakinan. "Kita bersama, Aiko. Tidak ada yang akan menghalangi kita."
Mereka bertiga melangkah maju, menuju dunia yang baru, dunia yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian. Tetapi Aiko tahu satu hal dengan pasti—apapun yang akan terjadi, dia tidak akan berjuang sendirian. Bersama dengan teman-temannya, dia siap untuk menghadapi masa depan yang penuh harapan, dan menghadapi kegelapan yang terus mengancam.
Dengan pilihan yang sudah dibuat, perjalanan Aiko, Mikoto, dan Ryo memasuki babak baru. Namun, mereka tidak tahu apa yang akan mereka hadapi di dunia yang penuh dengan misteri ini. Langit berubah, dan angin membawa pesan dari jauh—pesan yang menandakan bahwa perjuangan mereka belum berakhir, tetapi baru saja dimulai.