Bab 31: Ujian Masa Lalu yang Menghantui
Setelah berhasil melewati ujian kekuatan yang menguji Aiko untuk mengendalikan kemampuan luar biasa dalam dirinya, perjalanan mereka semakin terasa berat. Udara di sekitar mereka kini tampak lebih gelap, dan hutan yang sebelumnya hanya menambah kesan misterius kini terasa semakin menekan. Aiko, Mikoto, dan Ryo melangkah dengan hati-hati, mengetahui bahwa ujian ketiga—ujian yang akan mengungkap masa lalu mereka—berada di depan mata.
Mereka tiba di sebuah lembah yang sunyi, dikelilingi oleh pohon-pohon raksasa yang tampaknya sudah ada sejak zaman dahulu. Di tengah lembah itu, sebuah gerbang besar terbuat dari batu hitam berdiri tegak, dengan simbol-simbol kuno yang berkilauan di permukaannya. Gerbang itu tampak seperti sebuah pintu yang mengarah ke dunia lain, dan Aiko bisa merasakan sebuah kekuatan yang sangat besar mengalir dari dalamnya.
"Ini dia," kata Aiko, suaranya sedikit bergetar. "Ujian ketiga. Ujian dari masa lalu."
Mikoto dan Ryo hanya bisa mengangguk. Mereka tahu bahwa setiap ujian yang mereka hadapi semakin membahayakan, dan ujian kali ini bisa jadi yang paling menantang. Mikoto memegang lengan Aiko dengan lembut, memberi dukungan tanpa kata-kata. Mereka telah melalui banyak hal bersama, dan mereka tahu mereka harus tetap kuat.
Saat Aiko mendekati gerbang itu, sebuah suara bergema dari dalamnya, suara yang terasa familiar namun menggetarkan jiwa mereka.
"Selamat datang, pencari," suara itu berkata dengan tenang namun penuh misteri. "Ujian ketiga adalah ujian dari masa lalu. Di sini, kalian akan menghadapi kebenaran tentang diri kalian yang mungkin tak ingin kalian ketahui. Hanya mereka yang bisa menerima masa lalu mereka yang akan melangkah lebih jauh."
Aiko merasa tubuhnya kaku. Masa lalu? Apa yang sebenarnya dimaksud dengan ujian ini? Apakah itu berarti dia harus menghadapi segala sesuatu yang telah dia lupakan atau coba hindari? Ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Apakah dia benar-benar siap untuk itu?
Dengan ragu, Aiko mengulurkan tangannya dan menyentuh gerbang itu. Begitu ujung jarinya menyentuh batu hitam yang dingin, gerbang itu terbuka dengan suara gemuruh. Mereka bertiga melangkah maju, memasuki kegelapan yang menyelimuti mereka.
Seketika, mereka berada di tempat yang sangat berbeda. Mereka kini berdiri di sebuah ruangan besar yang terlihat seperti ruang penyimpanan kuno. Di sekeliling mereka, terdapat tumpukan benda-benda yang tampaknya berasal dari masa lalu yang sangat jauh. Ada buku-buku tebal, gulungan-gulungan kuno, dan benda-benda magis yang berkilau redup. Suasana di tempat itu begitu mencekam, dan Aiko bisa merasakan ada sesuatu yang salah.
Tiba-tiba, di tengah ruangan, sebuah portal muncul, bersinar dengan cahaya yang sangat terang. Di dalam portal itu, Aiko melihat sebuah gambaran dari masa lalunya—gambaran yang membuat hatinya berdebar kencang. Dia melihat dirinya sendiri, namun dalam bentuk yang sangat berbeda, seorang gadis muda yang tampaknya terperangkap dalam kebingungannya. Ada juga sosok seseorang yang sangat dia kenal, seseorang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya—seorang pria yang tampaknya sangat akrab, namun juga penuh dengan misteri.
"Siapa... siapa dia?" tanya Aiko, suaranya hampir tak terdengar.
Portal itu memperlihatkan adegan yang berulang, adegan-adegan yang sepertinya sudah lama terlupakan oleh Aiko. Sosok pria itu tampaknya adalah seseorang yang pernah dekat dengan Aiko—seseorang yang tampaknya hilang dari ingatannya, namun begitu penting bagi masa lalunya.
Aiko merasakan matanya mulai berkaca-kaca. Ingatan itu semakin jelas, dan hati Aiko mulai terhimpit oleh perasaan yang tak bisa ia jelaskan. Kenapa dia tidak bisa mengingat pria ini? Apa hubungannya dia dengan takdir Aiko?
Saat Aiko mulai mendekat, sosok pria itu mulai berbicara, suaranya penuh dengan penyesalan.
"Aiko, kamu harus ingat. Aku adalah bagian dari masa lalumu yang terlupakan. Kamu memilih untuk melupakan semua ini demi melindungi dirimu sendiri. Tapi kini saatnya untuk menghadapinya. Ingat, kamu tidak akan bisa melanjutkan perjalanan ini tanpa menerima siapa dirimu sebenarnya."
Aiko merasa dinding emosional yang dia bangun selama ini mulai runtuh. Kenapa dia harus melupakan hal ini? Apa yang terjadi di masa lalunya hingga dia harus memblokir ingatan tersebut?
"Saya tidak tahu harus bagaimana..." Aiko berkata dengan suara pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.
Portal itu mengubah gambaran menjadi lebih jelas, memperlihatkan momen-momen penting dalam hidup Aiko yang telah terkubur dalam ingatannya. Aiko melihat dirinya yang dulu—seorang anak perempuan yang memiliki kehidupan biasa, hingga suatu peristiwa besar terjadi yang merubah segalanya. Ada perasaan yang mendalam, perasaan yang membuat Aiko merasa terperangkap dalam kenangan yang kini datang kembali.
Mikoto dan Ryo mendekat, namun mereka tahu bahwa ini adalah ujian untuk Aiko. Mereka hanya bisa memberikan dukungan dari sisi Aiko.
"Apakah kamu bisa menghadapinya?" tanya Mikoto dengan lembut. "Kamu tidak perlu melakukannya sendirian."
Ryo juga menambahkan, "Kamu telah melalui banyak hal, Aiko. Apa pun yang terjadi, kita akan selalu ada untukmu."
Aiko menatap portal itu, menahan isak tangis yang hampir keluar. Kenangan masa lalu yang selama ini dia coba hindari, kini kembali menghantuinya. Dia tahu bahwa hanya dengan menghadapi kenyataan ini, dia bisa melangkah lebih jauh.
Namun, untuk pertama kalinya sejak perjalanannya dimulai, Aiko merasakan sebuah keputusan besar yang harus dia buat—apakah dia akan menerima masa lalunya yang penuh dengan kenangan kelam, ataukah dia akan terus melarikan diri dari kenyataan itu?