Bab 16: Bentrokan Tak Terhindarkan
Aiko, Mikoto, dan Ryo berdiri tegak di tengah medan pertempuran yang luas, siap menghadapi apa pun yang datang setelah keputusan yang telah dibuat Aiko. Di hadapan mereka, sosok besar yang muncul sebagai penjaga dimensi waktu itu tampak mengintimidasi. Tubuhnya tinggi menjulang, dilapisi armor hitam yang berkilauan dengan aura gelap yang mengelilinginya. Mata merah menyala seperti api yang siap melahap segala yang ada di depannya.
"Akhirnya, kalian datang untuk menghadapi takdir," suara penjaga itu bergema, memancarkan getaran yang membuat tanah di bawah mereka bergetar. "Tapi ingat, jalan yang kalian pilih penuh dengan pengorbanan. Hanya mereka yang benar-benar siap untuk berjuang yang bisa melaluinya."
Aiko merasakan ketegangan yang semakin mendalam, namun ada sesuatu yang dalam dirinya berkata bahwa ini adalah langkah yang tepat. Dia tahu, meskipun ini adalah jalan yang penuh dengan bahaya dan kesulitan, ini adalah jalan yang membawa mereka pada kebenaran yang lebih besar.
"Aiko…" Mikoto mendekat, suaranya penuh kekhawatiran, "Kamu yakin dengan pilihanmu?"
Aiko mengangguk tegas, meskipun hatinya sedikit cemas. "Aku tidak bisa menghindarinya, Mikoto. Ini adalah bagian dari diriku yang harus aku hadapi. Aku tahu ini tidak mudah, tapi aku tidak akan mundur."
Ryo, yang sudah menyiapkan sikapnya, melangkah maju. "Kita telah sampai sejauh ini. Jika kita ingin mengubah masa depan, kita harus siap menghadapi apapun. Ini adalah ujian terakhir kita."
Penjaga itu tertawa dingin. "Kalian berbicara seperti pahlawan. Tapi dunia ini tidak sesederhana itu. Aku akan menguji apakah kalian benar-benar siap untuk menghadapi konsekuensi dari pilihan kalian."
Tiba-tiba, penjaga itu mengangkat tangan, dan seketika, energi gelap membentuk senjata besar di tangannya. Dengan gerakan cepat, dia melemparkan senjata itu ke arah mereka. Aiko, Mikoto, dan Ryo dengan sigap bergerak menghindar, namun serangan itu terlalu cepat.
"Jangan anggap ini mudah," penjaga itu berkata, suaranya begitu tajam dan menakutkan. "Setiap langkah kalian adalah langkah menuju kehancuran jika kalian tidak cukup kuat."
Aiko merasa tubuhnya bergetar karena energi yang dikeluarkan oleh penjaga itu. "Kita harus melawannya dengan segala kekuatan yang kita punya," kata Aiko, matanya menyala dengan tekad yang baru.
Ryo mengangguk dan segera memulai serangan. Dia mengeluarkan kekuatan penyihirnya, menciptakan lingkaran sihir besar yang mengelilingi penjaga. Namun, dengan sekali tepis, penjaga itu menghancurkan lingkaran sihir Ryo, melemparkan Ryo ke tanah dengan keras.
"Ini hanya awal, kalian belum mengetahui apa yang sebenarnya harus kalian hadapi," penjaga itu berkata dengan suara yang penuh dengan rasa superioritas.
Mikoto berlari ke arah penjaga, menggunakan kecepatan luar biasanya untuk menyerang dengan serangan fisik yang cepat dan mematikan. Namun, penjaga itu hanya tersenyum dan dengan mudah menghindari setiap serangan Mikoto, kemudian membalas dengan serangan yang membuat Mikoto terhempas ke belakang.
Aiko merasa ketegangan semakin meningkat. "Kita tidak bisa hanya mengandalkan serangan fisik atau sihir biasa. Kita harus menemukan cara untuk mengalahkannya bersama-sama."
Dia memejamkan matanya sejenak, merenung tentang apa yang baru saja dia pelajari tentang dirinya. Keputusan untuk memilih jalan yang lebih gelap membawa konsekuensi besar—dan itu bukan hanya tentang mengandalkan kekuatan luar. Aiko tahu bahwa untuk mengalahkan penjaga ini, dia harus menguasai kekuatan yang telah dia temukan dalam dirinya—kemampuan untuk berubah menjadi gadis penyihir dengan kekuatan yang luar biasa.
Tanpa ragu, Aiko mengangkat kedua tangannya, memfokuskan kekuatan yang telah lama dia kuasai. Cahaya berkilauan mulai mengelilingi tubuhnya, berubah menjadi busur sihir yang menyalakan energi dalam bentuk magis yang sangat kuat. Ketika dia membuka matanya, wajahnya dipenuhi dengan keberanian dan keyakinan.
"Kita bertarung bukan hanya untuk kita, tapi untuk masa depan dunia ini," Aiko berteriak. "Sekarang, saatnya kita buktikan kekuatan kita."
Dengan gerakan cepat, Aiko mengubah dirinya menjadi gadis penyihir, tubuhnya dipenuhi dengan sihir yang murni. Kekuatan besar yang telah dia temukan dalam dirinya memberi dampak besar pada medan pertempuran. Aiko merasa kekuatannya mengalir dengan deras, lebih besar dari sebelumnya.
Penjaga itu menatap dengan terkejut, namun dia tidak menunjukkan rasa takut. "Begitu, jadi ini kekuatan sebenarnya yang kamu miliki."
Aiko mengangkat tangannya, mengirimkan serangan besar yang memancarkan energi sihir dalam bentuk gelombang besar. Penjaga itu berusaha untuk menghalangi, tetapi serangan Aiko terlalu kuat dan berhasil membuatnya terhuyung mundur.
"Aku tidak akan menyerah!" Aiko berseru, tubuhnya kini semakin berputar dengan kekuatan sihir yang terus mengalir. Mikoto dan Ryo, yang telah pulih dari serangan sebelumnya, segera bergabung dengan Aiko, mereka bertarung bersama-sama.
Mikoto menggunakan kecepatan luar biasa untuk menghindari serangan-serangan penjaga dan memberikan serangan balasan yang cepat, sementara Ryo menciptakan sihir perlindungan untuk memperkuat serangan Aiko.
Dengan kombinasi kekuatan yang luar biasa, mereka akhirnya berhasil mendorong penjaga itu ke posisi yang tidak menguntungkan. Namun, penjaga itu tertawa keras, seolah tidak terpengaruh oleh apa yang terjadi.
"Ini belum selesai, kalian belum tahu apa yang sebenarnya ada di balik takdir ini. Kalian harus menghadapi pilihan yang lebih besar daripada ini."
Dengan itu, penjaga itu mulai mengeluarkan energi yang lebih kuat, menciptakan gelombang keputusasaan yang mencoba menghancurkan mereka. Aiko merasakan kekuatan gelap itu merasuki tubuhnya, mengancam untuk mengalahkan mereka. Namun, dia tahu—pilihan mereka belum selesai. Ujian terakhir mereka baru dimulai.
"Jika kita jatuh, kita akan bangkit bersama," Aiko berbisik, dan dengan tekad yang semakin kuat, dia memimpin serangan terakhir mereka, mengarahkan kekuatan penuh mereka pada penjaga yang menantang takdir.
Pertempuran ini belum selesai.