Bab 15: Keputusan yang Membelah Waktu
Aiko, Mikoto, dan Ryo berjalan perlahan di dalam dimensi waktu yang seolah tak berujung. Ruang di sekitar mereka berubah terus-menerus—kadang-kadang meluncur cepat seperti sebuah kilatan cahaya, dan di lain waktu terasa melambat seolah-olah mereka terjebak dalam bekuan waktu. Setiap langkah yang mereka ambil semakin menambah ketegangan di dalam dada mereka, dan Aiko bisa merasakan beratnya keputusan yang harus segera mereka buat.
"Waktu… kita tidak tahu apa yang akan terjadi, kan?" Mikoto bertanya dengan nada khawatir, menatap sekeliling dengan cemas. Setiap sudut seakan mengubah bentuknya begitu mereka melangkah, membuatnya merasa seperti dikelilingi oleh ribuan kemungkinan yang tak dapat dijangkau.
"Ya," jawab Aiko dengan suara rendah. "Kita benar-benar tidak tahu. Tapi kita harus terus melangkah, apapun yang terjadi."
Ryo yang berjalan di samping Aiko, menatapnya dengan penuh pengertian. "Kita tidak bisa mundur sekarang. Setiap pilihan kita akan menentukan arah kita berikutnya. Kita harus siap menghadapi konsekuensinya."
Ketiganya tahu bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu. Sosok Waktu yang mereka temui sebelumnya tidak memberikan petunjuk apa pun tentang bagaimana ujian ini akan berlangsung. Mereka hanya tahu bahwa mereka harus membuat sebuah pilihan, dan pilihan itu tidak bisa diambil dengan sembarangan.
Tiba-tiba, ruangan di sekitar mereka berhenti berubah. Semua menjadi hening, dan mereka merasa seperti terjebak dalam sebuah ruang yang tertutup rapat. Di depan mereka, muncul sebuah layar besar yang tampak seperti kaca gelap. Tiba-tiba, bayangan Aiko muncul di layar itu. Namun, bukan Aiko yang mereka kenal. Sosok itu lebih gelap, lebih menyeramkan—Aiko yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.
"Aiko," suara itu terdengar begitu jelas, dan meskipun itu bukan suara Aiko yang asli, mereka tahu itu adalah sesuatu yang berhubungan dengan dirinya. "Apakah kamu siap untuk menghadapi kenyataan? Apakah kamu siap untuk memilih jalanmu sendiri?"
Aiko menatap layar itu dengan cemas, merasakan ketakutan yang mulai menggerogoti dirinya. "Apa ini? Kenapa ada bayangan seperti itu?"
Ryo berdiri lebih dekat, matanya tajam menilai situasi. "Ini bukan hanya tentang kamu, Aiko. Ini lebih besar dari itu. Ini adalah ujian dari Waktu. Ujian yang akan memaksa kita untuk memilih—mungkin sesuatu yang bahkan tidak kita mengerti."
Mikoto menatap Aiko dengan penuh perhatian. "Aiko, kamu tahu kita akan mendukungmu. Apapun yang terjadi."
Aiko menggenggam tangan Mikoto dan Ryo lebih erat. Dia bisa merasakan kekuatan mereka, dan meskipun ketakutan menyelubungi hatinya, dia tahu bahwa bersama mereka, dia bisa menghadapi apapun.
Layar di depan mereka kemudian berubah, menampilkan dua jalur yang terbentang di hadapan mereka. Di salah satu jalur, terlihat masa depan yang cerah—sebuah dunia penuh dengan harapan dan kedamaian, tempat di mana Aiko bisa hidup tanpa beban dan kesedihan. Di jalur lainnya, masa lalu yang kelam muncul, dipenuhi dengan pertempuran dan pengorbanan yang harus dilakukan. Dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan kegelapan, tetapi juga dengan kekuatan yang bisa mengubah segalanya.
"Ini adalah pilihanmu," suara itu terdengar sekali lagi, lebih mengancam. "Pilihlah jalur yang akan kamu jalani. Tapi ingat, setiap pilihan mengandung konsekuensinya. Tidak ada yang bisa kembali setelah memilih."
Aiko menatap kedua jalur itu dengan penuh kebingungan. Masing-masing jalan tampak begitu menggoda, tetapi juga menakutkan. Jalan yang satu menawarkan kedamaian, sementara jalan lainnya membawa beban yang lebih besar—tetapi juga kekuatan yang lebih besar. Keputusan ini bukan hanya tentang dirinya, tetapi juga tentang masa depan dunia yang mereka cintai.
"Kita harus memilih dengan hati," kata Mikoto dengan suara tenang, mencoba memberikan ketenangan bagi Aiko. "Jangan terjebak dalam ilusi."
Aiko mengangguk pelan. "Tapi bagaimana aku tahu jalan mana yang benar? Apa yang terjadi jika aku memilih jalan yang salah?"
Ryo menatapnya dengan tegas. "Jalan yang benar adalah yang kamu pilih dengan hati. Tidak ada pilihan yang sempurna. Yang terpenting adalah kita tidak lari dari takdir kita. Apa pun yang terjadi, kita harus menghadapi konsekuensinya bersama."
Aiko merasakan sesuatu yang dalam dalam dirinya, sebuah dorongan yang datang dari dalam hatinya. Pilihan ini bukan tentang apa yang tampaknya mudah atau indah. Ini tentang memilih untuk hidup sesuai dengan dirinya sendiri, meski jalan yang dia pilih penuh dengan ketidakpastian.
Dengan satu napas dalam, Aiko melangkah maju dan menunjuk ke jalur yang lebih gelap, yang membawa masa lalu yang penuh dengan pertempuran dan pengorbanan.
"Saya memilih jalur ini," katanya dengan suara yang tegas namun penuh emosi. "Karena saya tahu, saya tidak bisa lari dari siapa saya sebenarnya. Saya tidak bisa meninggalkan masa lalu begitu saja, karena itu adalah bagian dari diri saya."
Mikoto dan Ryo terdiam sejenak, namun mereka tidak mengatakan apa-apa. Mereka tahu bahwa Aiko telah membuat pilihan yang datang dari hati, dan mereka akan mendukungnya apa pun yang terjadi.
Seketika itu juga, dunia di sekitar mereka berubah. Waktu mulai berputar kembali, dan mereka merasa ruang itu meloloskan mereka ke dalam dimensi yang lain. Aiko merasa tubuhnya seperti ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat, dan dalam sekejap, mereka berada di tempat yang sangat berbeda.
Sekarang mereka berdiri di sebuah medan pertempuran yang luas, dengan langit yang gelap dipenuhi awan stormy. Di hadapan mereka, sosok besar yang dikenal sebagai penjaga dimensi waktu muncul, siap untuk menguji keputusan yang baru saja Aiko buat.
"Akhirnya," suara besar itu menggema, "kalian telah memilih jalan yang penuh dengan pengorbanan. Sekarang, buktikan bahwa kalian siap untuk menghadapi konsekuensinya."
Aiko menatap sosok besar itu, matanya penuh tekad. "Saya siap. Tidak ada jalan kembali, jadi saya akan maju dan menghadapi apapun yang datang."
Dengan itu, pertempuran dimulai. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi satu hal pasti—keputusan mereka akan mengubah dunia.