Chereads / Penyihir yang Terlahir Kembali / Chapter 14 - Bab 14: Ketika Waktu Menghukum

Chapter 14 - Bab 14: Ketika Waktu Menghukum

Bab 14: Ketika Waktu Menghukum

Aiko, Mikoto, dan Ryo melanjutkan perjalanan mereka di dalam Gerbang Waktu. Setelah ujian yang hampir menghancurkan mereka secara emosional, mereka tahu bahwa setiap langkah mereka semakin membawa mereka ke ujian yang lebih berat. Meskipun kekuatan Aiko semakin kuat, ketiganya tahu bahwa ada sesuatu yang jauh lebih besar yang mengintai mereka.

Ketika mereka keluar dari ruang gelap yang baru saja mereka kalahkan, mereka mendapati diri mereka berada di sebuah ruangan yang sangat berbeda. Kali ini, suasana terasa sepi dan menekan, dengan langit di atas mereka yang gelap dan berawan. Tanah di bawah kaki mereka tampak seperti pecahan kaca, memantulkan cahaya redup yang tidak jelas asalnya. Di kejauhan, sebuah menara besar berdiri tegak, tampak lebih seperti struktur yang tidak berasal dari dunia mereka—terbuat dari bahan yang tampaknya tidak bisa dikenali oleh mata manusia biasa.

"Ini... berbeda," kata Mikoto pelan. "Tempat ini terasa seperti... dunia yang terlupakan."

Aiko mengamati sekeliling dengan hati-hati. "Gerbang ini membawa kita ke tempat yang jauh lebih asing dari yang sebelumnya. Tapi apa yang kita cari di sini? Apa yang akan kita hadapi?"

Ryo, yang tampaknya telah menenangkan dirinya setelah ujian sebelumnya, mengeluarkan sebuah buku kecil dari dalam tasnya. "Dari apa yang aku baca, tempat ini adalah bagian dari ujian terakhir. Tidak ada yang tahu pasti apa yang ada di dalam menara itu, tapi banyak yang mengatakan bahwa ini adalah tempat di mana keputusan tentang nasib manusia dan dewa-dewi diputuskan. Kita harus masuk."

Aiko menggenggam tangan Mikoto, merasakan kecemasan yang mulai muncul kembali dalam dirinya. Namun, kali ini dia merasa lebih siap untuk menghadapi apapun. "Kita sudah sejauh ini, jadi kita tidak boleh mundur."

Mereka berjalan menuju menara yang tampak begitu tinggi, hampir tak terjangkau oleh pandangan mereka. Setiap langkah terasa lebih berat, seperti gravitasi dunia ini sedikit lebih kuat, memaksa mereka untuk berusaha lebih keras. Aiko merasa ada sesuatu yang tak berwujud menyelimuti mereka, mempengaruhi suasana hati mereka. Ada rasa khawatir yang tak bisa mereka jelaskan.

Sesampainya di depan menara, pintu besar yang tampaknya terbuat dari material yang sangat keras terbuka dengan sendirinya, mengeluarkan suara gemuruh yang menggema di seluruh tempat itu. Mereka melangkah masuk, menyadari bahwa di dalamnya tidak ada cahaya sama sekali, kecuali untuk cahaya yang berasal dari tubuh mereka sendiri.

"Apa ini?" Mikoto berbisik, matanya memandang ke sekeliling dengan cemas. "Ruangan ini seperti labirin yang tidak ada ujungnya."

Ryo mengangguk. "Aku merasa ada yang mengawasi kita. Ini bukan tempat yang biasa."

Aiko merasakan ada sesuatu yang berbeda, seperti ada kekuatan tersembunyi yang mengintai setiap gerakan mereka. Mereka berjalan lebih dalam, mengikuti jalur sempit yang semakin lama semakin gelap. Mereka tidak tahu berapa lama mereka berjalan, namun seiring waktu, ketiganya mulai merasa semakin terisolasi.

Ketika mereka sampai di sebuah ruangan yang lebih besar, sebuah suara keras tiba-tiba bergema di seluruh tempat itu. Suara itu terasa sangat berat dan berwibawa, seolah berasal dari kekuatan yang sangat besar.

"Selamat datang, para penguji," suara itu terdengar. "Kalian telah berhasil melewati ujian sebelumnya, tetapi ujian terakhir ini adalah ujian yang tidak akan pernah kalian lupakan."

Aiko menegakkan punggungnya, bersiap. "Siapa kamu? Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"

Di hadapan mereka, sebuah sosok mulai muncul dari kegelapan, perlahan-lahan terbentuk. Itu adalah sosok yang tidak asing, namun sama sekali berbeda—seorang pria tinggi dengan wajah yang tampak seperti seorang dewa, matanya memancarkan cahaya merah yang tajam.

"Akulah Waktu," suara itu menggema, "dan kalian telah datang ke sini untuk menghadapi hukuman yang telah kalian pilih."

Mikoto dan Ryo menatap Aiko dengan kebingungan. Aiko sendiri merasa hatinya berdegup kencang. "Waktu? Apa yang kamu maksud?"

Sosok itu mengangkat tangannya, dan seketika, waktu di sekitar mereka terasa melambat. Aiko merasa tubuhnya seperti terjebak dalam kekosongan, pergerakannya terasa terhambat. Seolah-olah dia berada di dalam ruang yang diatur oleh kekuatan yang lebih besar daripada apapun yang pernah dia alami.

"Kalian telah memasuki dunia di mana waktu bukan lagi sesuatu yang dapat dikendalikan. Di sini, kalian tidak akan lagi berhadapan dengan ilusi atau masa lalu yang dapat kalian ubah. Kalian akan dihadapkan pada kenyataan yang sesungguhnya—keputusan yang harus kalian buat dalam waktu yang terbatas," suara Waktu itu terdengar mengancam.

Aiko, Mikoto, dan Ryo merasa tekanan semakin kuat. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi satu hal yang pasti—mereka harus siap untuk membuat keputusan yang akan menentukan masa depan mereka. Sesuatu di dalam hati Aiko berkata bahwa ujian ini lebih besar dari sekadar pertempuran fisik atau kekuatan magis. Ini adalah ujian yang lebih dalam, yang akan menguji kekuatan hati mereka.

"Waktu yang kalian miliki semakin terbatas," suara itu kembali terdengar. "Jika kalian tidak dapat membuat pilihan yang benar, kalian akan terjebak dalam dunia ini selamanya."

Aiko, yang merasa terpojok, menggenggam erat tangan Mikoto dan Ryo. "Kita harus memilih dengan hati. Apa pun yang terjadi, kita tidak akan menyerah."

Sosok Waktu menghilang begitu saja, meninggalkan mereka di ruangan yang semakin sunyi. Namun, Aiko bisa merasakan ada sesuatu yang mendekat. Seperti ada kekuatan yang akan menguji setiap aspek dari diri mereka. Waktu memang bukan sesuatu yang dapat dimanipulasi sesuka hati. Mereka harus membuat pilihan—dan pilihan itu akan menentukan nasib mereka.

Aiko menatap Mikoto dan Ryo. "Kita harus bersama-sama dalam menghadapi ini. Tidak ada jalan mundur."

Dengan itu, mereka melangkah maju, memasuki dimensi waktu yang penuh dengan ketidakpastian. Mereka tahu bahwa ujian ini akan menjadi yang paling berat, dan tidak ada jaminan bahwa mereka akan berhasil. Tetapi mereka sudah menempuh perjalanan jauh, dan mereka tidak akan menyerah begitu saja.

Akan ada banyak tantangan, dan waktu yang semakin terbatas. Namun, Aiko dan teman-temannya telah memutuskan untuk berjuang, tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk masa depan yang lebih baik.

Dengan penuh tekad, mereka memasuki jalan yang telah ditentukan oleh Waktu—sebuah jalan yang akan mengubah hidup mereka selamanya.