Bab 13: Kegelapan yang Tersembunyi
Aiko, Mikoto, dan Ryo melanjutkan perjalanan mereka di dalam Gerbang Waktu. Setiap langkah yang mereka ambil terasa semakin menantang, seolah ruang dan waktu bergerak sesuai dengan kehendak gerbang itu. Setelah mereka berhasil mengatasi ujian pertama, ilusi dari masa lalu yang menghantui Aiko, mereka tahu bahwa ujian yang lebih berat masih menunggu mereka di depan.
Mereka terhenti ketika lorong cahaya di hadapan mereka mulai berubah, memperlihatkan sebuah ruang yang sangat luas dan gelap. Udara terasa berat, seakan ada sesuatu yang mengintai di balik kegelapan yang menyelimuti mereka. Di tengah ruang itu, tampak sebuah altar besar yang terbuat dari batu hitam, dengan simbol-simbol kuno yang sama dengan yang ada di gerbang sebelumnya.
"Ini… berbeda," kata Mikoto dengan suara pelan, matanya menyapu sekeliling. "Tempat ini… terasa seperti bagian yang sangat dalam dari gerbang ini."
Aiko mengangguk, matanya tajam mengamati altar itu. "Kita harus hati-hati. Ada sesuatu yang tak beres di sini."
Ryo, yang lebih berhati-hati, mengangguk. "Ini bukan tempat yang biasa. Rasanya ada kekuatan yang sangat kuat di sini. Kekuatan yang bisa mengubah segalanya."
Mereka berjalan mendekati altar itu, dan tiba-tiba, sebuah suara bergema di seluruh ruang gelap itu. Suara itu terdengar seperti bisikan dari kedalaman yang jauh, penuh dengan keputusasaan dan kemarahan.
"Selamat datang di ujian terakhir," suara itu berkata, dan meskipun tidak ada sosok yang terlihat, suara itu terasa mengelilingi mereka, memenuhi udara.
"Apa yang kalian cari di sini? Apakah kalian benar-benar siap untuk menghadapi kebenaran? Kebenaran yang tersembunyi di dalam diri kalian sendiri?"
Aiko menggenggam tangan Mikoto dengan erat. "Ini bukan ilusi lagi. Ini lebih nyata daripada apa pun yang pernah kita hadapi."
Tiba-tiba, altar di tengah ruangan mulai bergetar, dan dari tengahnya, sebuah bayangan muncul. Bayangan itu perlahan membentuk sosok yang tampak familiar. Itu adalah sosok Aiko, namun dalam bentuk yang sangat berbeda. Wajahnya tampak lebih gelap, lebih kejam, dengan mata yang bersinar merah seperti api.
"Aku adalah dirimu yang tak pernah kamu lihat," suara bayangan itu terdengar berat dan mengancam. "Aku adalah sisi dirimu yang kau sembunyikan. Yang selalu kau abaikan. Sisi gelapmu."
Aiko mundur beberapa langkah, terkejut melihat sosok itu. "Tidak... itu tidak bisa menjadi aku. Aku tidak pernah ingin menjadi seperti itu."
Bayangan Aiko tersenyum jahat, wajahnya penuh kebencian. "Kamu bisa berlari sejauh mungkin, tapi aku selalu ada di dalam dirimu. Setiap ketakutan, setiap kesalahan, semuanya berasal dariku. Kamu tidak bisa lari dariku. Aku adalah bagian dari dirimu yang tak terpisahkan."
Mikoto dan Ryo bersiap untuk menyerang, tapi Aiko menahan mereka dengan tangan terangkat. "Biarkan aku menghadapinya sendiri."
Aiko berdiri tegak, menatap bayangan dirinya dengan tekad. "Aku tahu siapa diriku. Aku tidak akan membiarkan sisi gelapku menguasai aku."
Bayangan itu tertawa dingin. "Kamu pikir bisa mengalahkanku? Kamu hanya bisa lari dari dirimu sendiri. Ketika kegelapan datang, kamu akan kalah. Kau tidak cukup kuat."
Aiko merasakan kekuatan dalam dirinya yang mulai bergejolak, kekuatan yang ia pelajari selama perjalanannya—kekuatan yang berasal dari keteguhannya untuk melawan segala ketakutan dan rasa bersalah. "Aku bukan siapa-siapa tanpa masa lalu dan masa depan. Aku akan menerima diriku, baik sisi gelap maupun terang. Itu adalah kekuatanku."
Sambil mengucapkan kata-kata itu, Aiko mengumpulkan energi dalam dirinya, merasakan aliran sihir yang mengalir melalui tubuhnya. Cahaya biru yang kuat mulai menyelimuti tubuhnya, menangkis bayangan gelap yang semakin kuat.
Bayangan itu menyerang dengan kecepatan luar biasa, mencoba menyelimuti Aiko dengan kegelapan. Namun, Aiko dengan cepat membentuk pelindung dari energi cahaya yang mengelilinginya. Setiap serangan bayangan itu dipantulkan kembali, dan Aiko merasakan kekuatannya semakin meningkat.
"Aku tidak akan membiarkan kegelapan menguasai aku," serunya dengan suara penuh keyakinan.
Di sisi lain, Mikoto dan Ryo melihat dengan penuh perhatian, menyadari bahwa ini adalah pertempuran penting bagi Aiko. Mereka tidak bisa ikut campur, karena ini adalah ujian pribadi Aiko—untuk menerima dirinya sepenuhnya, baik sisi terang maupun gelap.
Bayangan itu mulai mengeluh, merasakan kekuatan Aiko yang semakin besar. "Kamu… bagaimana bisa kamu begitu kuat?"
"Aku tidak takut pada diriku sendiri lagi," jawab Aiko dengan tegas. "Aku menerima semua bagian dari diriku. Dan aku tahu aku lebih dari cukup untuk menghadapi apapun yang datang."
Aiko mengarahkan tangannya ke bayangan itu, dan dengan satu serangan kuat, dia melepaskan energi cahaya yang sangat besar, yang langsung menghancurkan bayangan itu menjadi serpihan cahaya yang hilang ke dalam kegelapan.
Setelah bayangan itu menghilang, ruang gelap itu mulai pudar, dan altar yang sebelumnya berdetak dengan energi gelap kini tampak hening. Aiko berdiri dengan napas berat, tubuhnya tergetar, tetapi rasa lega mulai mengisi hatinya. Dia baru saja mengalahkan sisi gelapnya sendiri—dan dia tahu bahwa sekarang dia lebih kuat.
Mikoto dan Ryo mendekat, melihat Aiko dengan ekspresi penuh keprihatinan. "Kau baik-baik saja?" tanya Mikoto.
Aiko mengangguk pelan, tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja. Aku hanya... perlu sedikit waktu untuk menyadari siapa diriku sebenarnya."
Ryo mengulurkan tangannya. "Kita sudah melewati ujian ini bersama. Ayo, kita lanjutkan perjalanan kita."
Aiko meraih tangan Ryo, dan bersama Mikoto, mereka melanjutkan perjalanan mereka lebih dalam ke dalam gerbang. Namun, mereka tahu bahwa perjalanan ini masih jauh dari selesai. Kegelapan yang tersembunyi di dalam diri mereka baru saja mereka hadapi, tetapi ada ancaman lain yang menanti mereka di depan. Mereka harus siap untuk menghadapi masa depan yang penuh dengan misteri, kejahatan, dan kekuatan yang lebih besar.
"Apa pun yang menanti kita, kita akan menghadapinya bersama," kata Aiko dengan penuh tekad.
Dengan itu, mereka melangkah maju, meninggalkan ruang gelap di belakang mereka, dan menuju tantangan yang lebih besar di depan.