Chereads / Penyihir yang Terlahir Kembali / Chapter 12 - Bab 12: Gerbang Waktu

Chapter 12 - Bab 12: Gerbang Waktu

Bab 12: Gerbang Waktu

Aiko, Mikoto, dan Ryo terus berjalan lebih dalam ke dalam Lembah Terlarang. Kabut tebal semakin pekat, dan udara di sekitar mereka semakin dingin, membuat tubuh mereka merasakan ketegangan yang semakin kuat. Setiap langkah yang mereka ambil terasa semakin berat, seperti ada tekanan tak terlihat yang menekan mereka dari segala arah. Namun, semangat mereka tetap kuat, bertekad untuk menemukan artefak yang mereka cari, meski bahaya terus mengintai.

Setelah melewati ujian ilusi yang menguji ketakutan dan trauma terdalam masing-masing, ketiganya merasa lebih terhubung dan lebih siap untuk menghadapi tantangan selanjutnya. Namun, mereka tahu bahwa ujian mereka belum selesai. Rintangan yang lebih berbahaya dan lebih misterius masih menunggu mereka di depan.

"Jangan lengah," kata Ryo, menyadari betapa berbahayanya tempat ini. "Penjaga Lembah tadi mengatakan bahwa ujian sejati baru saja dimulai. Kita harus berhati-hati."

Aiko mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi dengan kebingungan tentang ujian yang baru saja mereka hadapi. Namun, dia merasa bahwa kekuatan dalam dirinya, yang mulai tumbuh dan berkembang, akan mampu mengatasi rintangan-rintangan yang lebih besar. "Aku akan mengandalkan kekuatan ini. Aku harus terus maju."

Mikoto, yang sebelumnya terlihat ragu, kini tampak lebih tenang. "Kita sudah melewati ujian itu bersama. Kita pasti bisa melewati apa pun yang ada di depan."

Saat mereka melanjutkan perjalanan, mereka akhirnya tiba di sebuah tempat yang berbeda dari sebelumnya. Mereka berada di sebuah dataran yang luas, dengan struktur batu besar yang berdiri tegak di tengahnya. Pemandangan ini sangat kontras dengan kabut yang ada di sekeliling mereka, seolah-olah dunia ini terbelah menjadi dua.

Di tengah dataran itu, terdapat sebuah gerbang besar yang terbuat dari batu hitam, dipenuhi dengan simbol-simbol kuno yang bersinar dalam cahaya redup. Gerbang itu tampak mengundang mereka, namun juga penuh dengan aura yang menakutkan. Aiko bisa merasakan sesuatu yang sangat kuat mengalir melalui gerbang itu, seperti sebuah aliran energi yang mengendalikan ruang dan waktu.

"Ini... apa ini?" tanya Mikoto, matanya penuh keheranan saat melihat gerbang itu.

"Gerbang Waktu," jawab Ryo dengan suara serius. "Ini adalah gerbang yang hanya muncul di tempat-tempat tertentu, dan hanya mereka yang benar-benar siap yang bisa melewatinya. Gerbang ini memiliki kekuatan untuk mengubah waktu dan ruang, bahkan bisa membawa orang ke masa lalu atau masa depan."

Aiko terdiam, memikirkan kata-kata Ryo. "Apa maksudnya? Apakah kita harus melewati gerbang itu?"

Ryo mengangguk. "Ya. Gerbang ini adalah bagian dari ujian terakhir. Kita harus masuk dan menghadapi ujian yang ada di dalamnya. Tapi hati-hati. Tidak ada yang tahu apa yang ada di dalam. Ini bisa saja membawa kita ke masa lalu kita, atau mungkin masa depan yang sangat berbeda."

Aiko merasakan kegelisahan menggelayuti hatinya. Ia tidak tahu apa yang akan mereka hadapi setelah memasuki gerbang itu. Namun, tidak ada pilihan lain. Mereka telah sampai sejauh ini, dan mereka harus melanjutkan perjalanan mereka.

Tanpa berkata-kata, Aiko melangkah maju, mendekati gerbang batu yang besar. Mikoto dan Ryo mengikuti di belakangnya, siap menghadapi apapun yang datang. Aiko meletakkan tangannya pada gerbang itu, dan segera, cahaya dari simbol-simbol kuno mulai bersinar terang, mengelilingi mereka.

"Selamat datang di Gerbang Waktu," suara misterius terdengar dari dalam gerbang, resonansi suaranya seperti datang dari seluruh penjuru. "Kalian yang telah memilih untuk melewati, siapkah kalian menghadapi ujian sejati? Di sini, kalian akan bertemu dengan masa lalu, masa depan, dan kenyataan yang terkadang lebih gelap daripada yang bisa kalian bayangkan."

Gerbang itu terbuka dengan sendirinya, memperlihatkan sebuah lorong cahaya yang mengarah ke kegelapan yang dalam. Dengan langkah mantap, mereka melangkah memasuki lorong itu, dan dunia sekitarnya berubah seketika.

Di dalam lorong, waktu seolah berhenti. Semua yang ada di sekitar mereka tampak kabur, dan hanya mereka yang tampak jelas. Aiko merasakan tubuhnya bergetar, seperti ada kekuatan besar yang menarik mereka ke dalam aliran waktu yang tak terkendali. Dia bisa merasakan perubahan itu—seperti sedang dipindahkan ke dimensi lain.

Seketika, mereka terhenti di sebuah tempat yang sangat berbeda. Mereka berdiri di depan sebuah rumah kecil yang tampak familiar. Aiko tercengang saat melihat rumah itu. Itu adalah rumah masa kecilnya. "Ini... rumahku," katanya dengan suara terbata-bata.

Mikoto dan Ryo melihat sekeliling dengan kebingungan. "Apa yang terjadi?" tanya Mikoto.

Aiko merasa jantungnya berdebar keras. "Ini... kenangan lama. Ini adalah masa kecilku."

Di depan rumah itu, tampak sosok seorang gadis kecil dengan rambut panjang yang mengenakan gaun sederhana. Aiko mengenalnya dengan sangat baik. Itu adalah dirinya, beberapa tahun yang lalu. Gadis kecil itu sedang bermain di halaman depan rumah, tampak bahagia dan tanpa beban.

Aiko mendekat, hampir tak percaya. "Aku... aku ingat ini. Ini adalah kenangan yang paling aku coba lupakan."

Tiba-tiba, kenangan itu berubah. Rumah itu mulai bergetar, dan sosok gadis kecil yang ada di depan mereka berbalik, matanya tampak kosong dan kosong. "Kamu tidak bisa melarikan diri dari masa lalu," suara itu terdengar seperti gema dari dalam dirinya sendiri. "Kamu tidak bisa melupakan apa yang telah terjadi."

Aiko terkejut, mundur selangkah. "Tidak... ini tidak nyata."

Tapi suara itu terus berlanjut, semakin keras, semakin menekan perasaannya. "Kamu takut pada dirimu sendiri. Kamu takut akan kegelapan yang ada di dalam hatimu."

Kenangan itu mulai mengabur, dan tiba-tiba Aiko merasakan sesuatu yang sangat berat di dadanya. Rasa takut, rasa bersalah yang telah dia simpan begitu lama, mulai muncul kembali. Wajah ibunya yang hilang, serta kejadian yang menyebabkan dia terjebak dalam takdirnya, semuanya datang seperti badai.

Mikoto, yang melihat Aiko semakin tertekan, berlari mendekat dan menyentuh bahunya. "Aiko, jangan biarkan dirimu terperangkap! Ini bukan kenyataan! Kita ada di dalam ujian. Ingat apa yang kita hadapi bersama!"

Aiko mengangkat wajahnya, menatap Mikoto dan Ryo, dan seketika, kesadarannya kembali. "Benar," gumamnya pelan. "Ini hanya ilusi. Aku tidak akan terperangkap oleh rasa takut ini."

Dengan tekad baru, Aiko mengangkat tangannya, mengirimkan cahaya biru yang kuat untuk menghancurkan kenangan yang gelap itu. Seketika, rumah itu dan bayangan masa lalu menghilang, dan mereka kembali berdiri di lorong waktu.

Namun, ujian belum berakhir. Mereka tahu ini hanya bagian pertama dari perjalanan panjang yang harus mereka hadapi. Gerbang Waktu masih menunjukkan banyak teka-teki dan bahaya, dan mereka harus siap menghadapi masa depan yang penuh dengan misteri dan ancaman yang lebih besar.

"Ini baru permulaan," kata Aiko dengan penuh keyakinan. "Kita harus terus maju. Kita tidak boleh berhenti di sini."