Chereads / Penyihir yang Terlahir Kembali / Chapter 7 - Bab 7: Jejak yang Tertinggal

Chapter 7 - Bab 7: Jejak yang Tertinggal

Bab 7: Jejak yang Tertinggal

Aiko terbaring di tanah, napasnya tersengal-sengal setelah melepaskan serangan besar yang menghancurkan bayangan besar yang menghalangi mereka. Tubuhnya terasa lelah, tetapi ada sensasi yang berbeda—sebuah rasa kepuasan dan kekuatan yang masih mengalir dalam darahnya. Di sekelilingnya, sisa-sisa bayangan yang telah hancur perlahan menghilang, meninggalkan hanya kegelapan dan keheningan.

Mikoto dan Ryo mendekat, wajah mereka menunjukkan kekhawatiran yang berubah menjadi kekaguman. Mikoto menjulurkan tangannya, membantu Aiko untuk bangkit. "Aiko, kamu luar biasa. Aku tahu kamu bisa melakukannya."

Aiko menerima tangan Mikoto dan berdiri dengan sedikit goyah. Tubuhnya masih terasa berat, dan ada rasa lelah yang membebani dirinya. Namun, hatinya dipenuhi dengan rasa percaya diri yang baru. "Aku... aku tidak yakin bagaimana aku bisa melakukan itu," kata Aiko, masih terengah-engah. "Tapi aku merasa... kekuatan itu mengalir begitu saja."

Ryo berdiri di samping mereka, memandang Aiko dengan wajah serius. "Itu karena kamu mulai menerima kekuatan dalam dirimu. Tapi ingat, itu baru permulaan. Kekuatanmu memang luar biasa, tapi akan ada lebih banyak tantangan di depan."

Aiko mengangguk, menyadari kebenaran kata-kata Ryo. Meski dia berhasil mengalahkan satu ancaman besar, dia tahu bahwa ini baru permulaan. Masih banyak yang harus dia pelajari tentang dirinya dan kekuatannya.

Mikoto menyentuh bahu Aiko dengan lembut. "Kami harus segera pergi dari sini. Jika Anak-anak Kegelapan sudah tahu tentang kekuatanmu, mereka pasti akan terus mengejar kita."

Mereka bertiga mulai berjalan dengan cepat menuju jalan keluar, melewati lorong-lorong kuil yang gelap dan penuh dengan simbol-simbol misterius. Aiko merasa seolah-olah mereka sedang melangkah jauh dari tempat yang mengikat mereka dengan rahasia-rahasia yang tersembunyi.

Saat mereka hampir mencapai pintu keluar, mereka disambut oleh suara gemuruh keras yang berasal dari dalam kuil. Tiba-tiba, tanah di bawah kaki mereka bergetar hebat, dan dinding-dinding kuil mulai retak. Suara jeritan bayangan terdengar dari jauh, mengiringi gemuruh yang semakin dekat.

"Ada sesuatu yang tidak beres," kata Mikoto dengan cemas. "Mereka telah memanggil lebih banyak pasukan."

Ryo mengangkat pedangnya, siap menghadapi serangan yang tak terduga. "Aiko, kita tidak bisa berlama-lama di sini. Cepat, kita harus keluar sekarang!"

Namun, saat mereka berlari ke arah pintu keluar, tiba-tiba bayangan hitam muncul dari dinding. Dalam sekejap, bayangan itu membentuk sosok humanoid dengan wajah yang mengerikan, dengan mata merah menyala dan tubuh yang melengkung seperti bayangan hidup.

"Aku tidak akan membiarkan kalian pergi begitu saja," suara sosok bayangan itu bergema, menggetarkan seluruh ruang. "Kekuatanmu milik kami, Aiko. Tidak ada tempat bagi kamu untuk bersembunyi."

Aiko merasa terperangkap. Meskipun kekuatan yang baru dia temukan memberi sedikit harapan, dia tahu dia belum siap menghadapi musuh yang jauh lebih kuat ini. Namun, dia tidak bisa mundur sekarang. Dia tahu, jika mereka tidak segera keluar dari kuil ini, semuanya akan berakhir.

"Aiko!" Mikoto berteriak, menariknya dari pengaruh kegelapan yang hampir menelannya. "Jangan menyerah. Kamu harus percaya pada dirimu sendiri."

Aiko menatap sosok bayangan itu dengan rasa takut yang mulai memudar. Di dalam dirinya, kekuatan itu bergetar lagi, dan dia tahu bahwa jika dia ingin bertahan hidup dan melindungi orang-orang di sekitarnya, dia harus melawan. Dia mengumpulkan energi yang ada di dalam tubuhnya, mencoba untuk fokus pada kekuatan yang sekarang menjadi bagian dari dirinya.

"Kami tidak akan membiarkan kalian menang!" teriak Aiko dengan suara tegas. Energi biru muda kembali berkumpul di tangan kanannya, kali ini lebih besar, lebih kuat, dan lebih terang. Tanpa ragu, dia melepaskan bola energi itu ke arah bayangan besar yang menghadang mereka.

Namun, sosok bayangan itu tersenyum jahat. "Kekuatanmu tidak akan bisa menghentikan kami. Kamu masih terlalu lemah."

Dengan gerakan cepat, sosok bayangan itu mengulurkan tangannya dan menangkis bola energi yang diluncurkan Aiko. Bola itu meledak dengan cahaya yang menyilaukan, namun bayangan besar itu tampak tidak terpengaruh sama sekali.

"Tidak..." Aiko merasakan kekuatannya mulai memudar. Tubuhnya terasa lelah, dan dia mulai merasa kewalahan. "Apa yang harus aku lakukan?"

Ryo maju, bersiap untuk melawan. "Aiko, kamu harus lebih fokus! Gunakan seluruh kekuatanmu, jangan ragu!"

Namun, bayangan itu semakin mendekat. Dengan gerakan cepat, sosok itu mencengkeram tubuh Aiko dengan tangan besar yang penuh dengan energi gelap. Aiko merasakan hawa dingin yang mencekam, dan seolah-olah tubuhnya dipenuhi dengan kegelapan yang menggerogoti jiwanya.

"Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu sekarang," kata bayangan itu, suaranya penuh dengan kebencian.

Namun, sebelum bayangan itu bisa menghancurkan Aiko sepenuhnya, sebuah ledakan besar mengguncang kuil, membuat sosok bayangan itu terlempar mundur. Dari kejauhan, terdengar suara gemuruh yang menggema, seolah ada kekuatan besar yang menghalangi jalan bayangan itu.

"Ada yang datang!" teriak Mikoto. "Kita harus segera pergi!"

Dalam kebingungannya, Aiko menoleh dan melihat bayangan besar itu terguling, terhempas oleh kekuatan yang datang entah dari mana. Di ujung lorong, muncul sosok misterius yang penuh dengan cahaya dan energi magis yang kuat. Aiko tidak bisa melihat jelas wajahnya, tetapi ia bisa merasakan aura yang menenangkan, seolah sosok ini adalah sekutu.

Sosok itu melangkah maju, dengan tenang menghadap bayangan besar yang masih mencoba bangkit. "Kalian terlalu jauh melangkah," suara itu terdengar lembut, namun penuh kekuatan.

Sosok misterius itu mengangkat tangannya, dan seketika bayangan-bayangan yang menghalangi mereka mulai hancur, menghilang seperti debu tertiup angin.

"Aiko, Mikoto, Ryo... kalian beruntung. Tapi waktu kalian tidak banyak lagi," kata sosok itu dengan suara yang dalam, penuh misteri. "Mereka akan terus mengejar. Kekuatanmu semakin kuat, tetapi kamu harus belajar untuk mengendalikannya lebih cepat."

Aiko merasa bingung dan terkejut, namun dia juga merasa ada sesuatu yang familiar dalam suara sosok itu. "Siapa... siapa kamu?" tanyanya.

Sosok itu tersenyum samar. "Seseorang yang lebih mengenal kekuatanmu daripada yang kamu kira. Tapi untuk sekarang, mari kita pergi dari sini. Ada banyak yang perlu kita bicarakan."

Dengan satu gerakan tangan, sosok itu membuka jalan menuju pintu keluar kuil yang masih gelap dan penuh dengan ancaman. Aiko, Mikoto, dan Ryo mengikuti sosok itu dengan hati penuh pertanyaan. Dunia mereka baru saja berubah, dan Aiko tahu, perjalanan ini baru saja dimulai.