Bab 6: Kebangkitan Kekuatan dalam Diri
Aiko merasakan getaran hebat di tubuhnya, seolah-olah setiap sel dalam tubuhnya sedang dibangunkan oleh sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Bayangan-bayangan gelap yang mengelilingi mereka semakin mendekat, tetapi entah kenapa, perasaan takut yang sebelumnya menguasai dirinya mulai tergantikan dengan perasaan aneh, seperti ada kekuatan dalam dirinya yang mulai bangkit.
"Aiko!" suara Mikoto terdengar di telinga Aiko, mengingatkannya untuk fokus. "Ingat apa yang aku katakan, kamu harus bisa mengendalikan kekuatan itu. Cobalah untuk merasakannya. Jangan biarkan ketakutanmu menguasai."
Aiko menggenggam buku sihir yang diberikan Mikoto lebih erat, matanya menatap simbol-simbol yang ada di halaman-halaman yang terbuka di depannya. Setiap kata, setiap gambar dalam buku itu terasa begitu asing, namun di saat yang sama, ada semacam daya tarik yang membuatnya ingin memahaminya. Perasaan itu seperti aliran energi yang mengalir ke dalam tubuhnya, mengalir ke setiap pori-pori kulitnya.
Tiba-tiba, dia merasakan energi yang luar biasa mengalir melalui tubuhnya, seperti api yang menyala di dalam dirinya. Matanya terpejam sejenak, mencoba untuk merasakan kekuatan itu, untuk mengendalikannya. Tangan Aiko mulai bergetar, dan dalam sekejap, bola energi berwarna biru muda terbentuk di tangan kanannya.
"Ini... Ini kekuatanku?" bisik Aiko, terkejut dengan apa yang baru saja dia ciptakan. Bola energi itu berputar dengan cepat, memancarkan cahaya yang terang dan hangat. Aiko merasa seolah-olah dia bisa merasakannya mengalir melalui tubuhnya, seolah-olah bola energi itu adalah perpanjangan dari dirinya sendiri.
"Mikoto!" Aiko memanggilnya dengan suara penuh harapan. "Aku... Aku bisa merasakannya! Aku bisa mengendalikannya!"
Mikoto menatap Aiko dengan pandangan penuh harapan, dan dia mengangguk dengan senyum yang sedikit mengarah ke kebanggaan. "Bagus, Aiko. Sekarang, gunakan kekuatan itu untuk bertahan."
Ryo yang berdiri di samping mereka mengangkat pedangnya, siap menghadapi ancaman yang semakin dekat. "Aiko, serang mereka dengan kekuatanmu! Jangan ragu!"
Aiko, yang masih merasa cemas dan tidak sepenuhnya mengerti cara mengendalikan kekuatan barunya, mengarahkan bola energi itu ke arah sosok bayangan yang semakin mendekat. Bayangan itu, dengan wajah tanpa ekspresi dan mata merah menyala, mengangkat tangannya untuk menyerang. Tetapi sebelum serangan itu mencapai mereka, Aiko melepaskan bola energi biru muda yang dia bentuk dengan kekuatan dalam dirinya.
Bola energi itu terbang dengan cepat, menabrak sosok bayangan yang berdiri paling depan. Begitu bola energi mengenai tubuhnya, sebuah ledakan kecil terjadi, mengirimkan bayangan itu terlempar mundur. Sosok bayangan itu terjatuh ke tanah, terhuyung-huyung, dan untuk sesaat, tampaknya tak mampu bangkit.
"Apa itu?" teriak salah satu bayangan yang lebih besar, matanya menyala merah dengan kebencian. "Kekuatan ini... itu mustahil!"
Aiko merasa terkejut. Dia tidak pernah membayangkan bisa melakukan sesuatu seperti itu. Namun, perasaan puas itu segera digantikan dengan kecemasan. Serangan itu hanya membuat satu bayangan terjatuh, sementara yang lain masih berdiri tegak, menatap mereka dengan mata penuh kemarahan.
"Aiko, mereka tidak akan berhenti begitu saja," kata Mikoto dengan tegas. "Kamu harus lebih kuat, lebih cepat. Mereka tahu bahwa kita tahu tentang kekuatanmu, dan mereka tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja."
Ryo menambahkan dengan suara serius, "Serangan itu hanya menunda mereka. Kita harus segera pergi sebelum mereka memanggil lebih banyak pasukan."
Aiko menatap mereka, merasa cemas namun juga terinspirasi oleh kata-kata Mikoto dan Ryo. Dia tahu mereka benar. Ini bukan saatnya untuk ragu. Jika dia ingin bertahan, dia harus berjuang lebih keras.
Dengan tekad yang lebih kuat, Aiko kembali memusatkan perhatian pada bola energi yang masih ada di tangannya. Kali ini, dia bisa merasakan kekuatan yang lebih dalam, aliran energi yang lebih kuat. Namun, dia tahu ini tidak cukup. Dia harus menggali lebih dalam lagi.
"Aiko," kata Mikoto, memberi arahan dengan suara lembut namun penuh kepercayaan. "Kamu bisa melakukannya. Fokuskan pikiranmu pada keinginanmu untuk melindungi. Jangan takut. Percaya pada kekuatan yang ada di dalam dirimu."
Aiko menutup matanya, berusaha menenangkan pikirannya. Dia mencoba membayangkan diri sebagai seorang penyihir yang kuat, seseorang yang mampu mengendalikan elemen-elemen dunia ini. Energi dalam dirinya mulai mengalir lebih lancar, dan dengan satu gerakan tangan, dia melepaskan bola energi yang lebih besar, lebih kuat, dan lebih terang.
Bola energi itu meluncur ke arah kelompok bayangan yang menyerang mereka. Begitu bola itu mengenai mereka, ledakan yang lebih besar mengguncang ruangan bawah tanah, membuat bayangan-bayangan itu terlempar ke belakang. Beberapa di antaranya bahkan tidak dapat bertahan, hancur menjadi serpihan-serpihan gelap yang menghilang begitu saja.
Namun, meski beberapa bayangan hancur, sosok yang lebih besar dan lebih kuat tetap berdiri di depan mereka. Kali ini, sosok itu tidak terlihat takut. Sebaliknya, sosok itu tersenyum penuh kebencian, mata merahnya menyala lebih terang.
"Kamu pikir kamu bisa menghentikan kami dengan kekuatan kecil itu?" suara itu bergema dengan tawa yang menakutkan. "Kamu bahkan belum menyentuh inti dari kekuatanmu."
Aiko merasa terkejut dan cemas. Kekuatan yang baru saja dia temukan masih terasa belum cukup untuk menghadapi ancaman ini. Bayangan besar itu maju lagi, melangkah dengan kekuatan yang menakutkan. Aiko tahu dia harus menggali lebih dalam, tetapi dia juga tahu bahwa ini akan menguji batas kemampuannya.
"Aiko!" teriak Mikoto, "Kamu bisa melakukannya! Cobalah untuk mengendalikan kekuatanmu lebih jauh lagi. Ingat apa yang sudah kamu pelajari."
Aiko menatap bayangan itu dengan penuh tekad. "Aku tidak akan mundur!" teriaknya dalam hati.
Dengan satu keputusan yang bulat, Aiko membuka matanya dan mengalirkan seluruh energi yang ada dalam tubuhnya ke dalam satu serangan besar. Kali ini, dia memfokuskan seluruh keinginannya untuk mengalahkan bayangan itu, dengan keyakinan penuh bahwa dia bisa mengendalikan kekuatan dalam dirinya.
Bola energi yang tercipta kali ini lebih besar, lebih berwarna, dan lebih kuat. Dengan satu gerakan, dia melepaskan kekuatan itu ke arah bayangan besar yang menghalangi mereka. Dan saat bola energi itu mengenai bayangan, ledakan besar meletus, menghancurkan kegelapan dan menciptakan cahaya yang menyilaukan.
Aiko terjatuh ke tanah karena kelelahan, namun dia tahu, untuk pertama kalinya, dia benar-benar merasakan kekuatan yang ada dalam dirinya. Ini adalah awal dari perjalanan panjang yang akan membawanya lebih jauh ke dalam dunia yang penuh dengan bahaya dan misteri.