Chereads / Penyihir yang Terlahir Kembali / Chapter 5 - Bab 5: Serangan dari Bayangan

Chapter 5 - Bab 5: Serangan dari Bayangan

Bab 5: Serangan dari Bayangan

Kegelapan yang menyelimuti Kuil Magi terasa semakin pekat saat suara gemuruh dari luar semakin dekat. Aiko, Mikoto, dan Ryo berdiri dalam kesiapan, merasakan aura yang berat dan mengancam yang semakin menguat. Aiko merasa ada sesuatu yang besar dan menakutkan sedang mendekat, dan untuk pertama kalinya, dia benar-benar merasakan bahwa dia terjebak dalam permainan yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri.

Mikoto menatap dengan tajam ke arah pintu masuk kuil yang terbuka sedikit. "Ini bukan waktu yang tepat untuk bertarung di sini," katanya, matanya penuh kewaspadaan. "Kuil ini dipenuhi dengan perangkap kuno yang bisa sangat berbahaya. Jika kita tidak hati-hati, kita bisa terjebak dalam jebakan yang tak terduga."

Ryo mengangguk setuju. "Benar, kita harus keluar dari sini sebelum mereka menemukan kita sepenuhnya. Mereka sudah tahu kita ada di sini, dan mereka tidak akan segan-segan untuk menyerang."

Aiko menggenggam erat buku yang ada di tangannya, merasa tak siap dengan situasi ini. Dia datang ke kuil ini untuk mempelajari lebih banyak tentang kekuatan yang dia miliki, bukan untuk menghadapi serangan. Namun, perasaan ketakutan itu segera digantikan dengan rasa tekad. Dia tahu bahwa dia harus menghadapinya.

"Mikoto, Ryo," Aiko mulai dengan suara yang sedikit gemetar, namun tetap berusaha untuk terdengar kuat, "Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang datang untuk menyerang kita?"

Mikoto menatap Aiko dengan serius. "Mereka adalah kelompok yang dikenal sebagai 'Anak-anak Kegelapan.' Kelompok ini terdiri dari makhluk-makhluk yang tidak hanya berbahaya, tapi juga memiliki kemampuan untuk merusak keseimbangan dunia. Mereka tidak peduli dengan yang benar atau salah—mereka hanya ingin kekuatan dan kontrol."

Ryo melangkah maju, menggenggam pedangnya lebih erat. "Kelompok ini memiliki banyak agen di luar sana. Mereka bisa berubah bentuk, menyusup ke dalam dunia manusia, dan mengumpulkan kekuatan tanpa diketahui oleh siapa pun. Dan sayangnya, mereka sudah tahu tentang kekuatanmu, Aiko."

Aiko merasakan ketegangan yang meningkat di dalam dirinya. "Mereka tahu tentang aku? Apa yang mereka inginkan dariku?"

"Mereka ingin memanfaatkan kekuatanmu untuk membuka gerbang antara dunia ini dan dunia lain, dunia yang penuh dengan kegelapan dan makhluk-makhluk mengerikan. Mereka ingin menghancurkan dunia manusia dan menguasainya," jawab Ryo dengan nada serius.

Ketika Mikoto melangkah maju, ia mengangkat tangan dan mengarahkan jari ke sebuah saluran tersembunyi di dinding kuil. Tiba-tiba, dinding itu bergerak, membuka jalan menuju ruang tersembunyi di bawah tanah. "Kita tidak punya waktu banyak. Ayo cepat."

Mereka berlari memasuki lorong sempit itu, dengan langkah cepat namun hati-hati. Aiko, meskipun masih bingung dan takut, mengikuti mereka dengan tekad yang semakin tumbuh. Dia tahu, meski belum sepenuhnya mengerti apa yang terjadi, dia tidak bisa mundur sekarang. Takdirnya sudah terikat dengan dunia yang penuh misteri dan bahaya.

Suara langkah kaki berat terdengar semakin dekat, dan Aiko bisa merasakan hawa dingin yang menandakan bahwa musuh mereka semakin mendekat. Mikoto mempercepat langkahnya, memimpin mereka melalui labirin bawah tanah yang tampaknya tak berujung.

Setelah beberapa menit berlari, mereka sampai di sebuah ruangan besar yang penuh dengan patung-patung kuno dan simbol-simbol misterius yang dipahat di dinding. Di tengah ruangan, ada sebuah altar batu besar, dengan beberapa batu permata berwarna merah yang tampak menyala aneh.

"Ayo, Aiko. Ini tempat yang aman untuk sementara waktu," kata Mikoto. "Kita bisa bertahan di sini dan mempersiapkan diri."

Ryo mengangkat pedangnya dengan waspada, siap untuk menghadapi siapa pun yang mencoba menyerbu mereka. "Mereka mungkin sudah ada di sini, menunggu kita. Jangan lengah."

Aiko melihat sekeliling dengan cemas, berusaha memahami apa yang terjadi. Di dalam dirinya, perasaan takut dan kebingungannya bersatu dengan rasa ingin tahu yang mendalam. Siapa sebenarnya yang menginginkan kekuatannya, dan mengapa dia begitu penting? Semua pertanyaan ini terus menghantuinya.

Tiba-tiba, udara di sekitar mereka terasa lebih berat. Suara langkah kaki yang berat dan teratur terdengar dari koridor di luar ruangan. Semakin dekat, semakin jelas bahwa ada lebih dari satu musuh yang datang. Aiko merasa ketegangan yang tak terelakkan, dan jantungnya berdebar kencang.

"Ayo, bersiaplah!" teriak Mikoto, matanya membelalak penuh kewaspadaan. "Kita tidak punya banyak waktu."

Dalam sekejap, bayangan-bayangan hitam mulai muncul di antara patung-patung kuno, mengelilingi mereka dengan kecepatan yang luar biasa. Aiko bisa merasakan aura gelap yang sangat kuat, dan dalam sekejap, sosok-sosok bayangan itu mulai mengambil bentuk manusia, namun tubuh mereka tampak terdistorsi, penuh dengan aura kejahatan yang mencekam.

"Mereka datang..." bisik Mikoto dengan suara yang penuh tekad. "Aiko, jika kamu ingin bertahan, kamu harus segera belajar untuk mengendalikan kekuatanmu. Sekarang juga!"

Aiko menggenggam buku yang diberikan Mikoto, menatap halaman-halaman yang penuh dengan simbol sihir kuno. Namun, sebelum dia bisa mempelajari lebih banyak, salah satu sosok bayangan melangkah maju, menyeringai ke arah mereka dengan senyum jahat.

"Akhirnya, kita menemukannya," suara sosok itu bergema di udara, memancarkan kejahatan yang tak terbantahkan. "Kekuatanmu akan menjadi milik kami, Aiko. Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu sekarang."

Aiko merasakan rasa takut yang mengalir dalam tubuhnya. Tetapi di saat yang sama, ada sesuatu yang menguatkan dirinya. Di dalam dirinya, dia merasakan kekuatan yang mulai bangkit, seperti api yang mulai menyala di dalam dirinya. Untuk pertama kalinya, dia merasakan koneksi dengan kekuatan yang ada dalam tubuhnya, meskipun belum sepenuhnya dapat mengendalikannya.

Mikoto menatap Aiko dengan harapan di matanya. "Aiko, ini saatnya. Kamu harus mengendalikan dirimu dan kekuatanmu. Jangan biarkan mereka menang."

Aiko menarik napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan rasa takutnya. Dengan tekad yang baru, dia fokus pada kekuatan yang ada dalam dirinya, berharap bisa menggunakannya untuk bertahan hidup dan melawan bayangan-bayangan itu.

Sosok bayangan itu melangkah maju, namun Aiko bersiap untuk menghadapi mereka, dengan hati yang penuh tekad. Pertempuran besar akan dimulai, dan Aiko tahu, tak ada jalan mundur lagi.