Chapter 12 - Tentang Rasya

Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (12)

POV RASYA

Sebenarnya, aku tidak mau pulang ke Indonesia. Jika saja bukan karena ayahku terkena lumpuh, aku pasti akan tetap memilih tinggal di Singapura.

Aku benci pada ayahku atas apa yang dia lakukan pada ibu saat aku masih SMA. Ibuku yang bernama Almira, sampai pergi untuk selama-lamanya atas perbuatan bejatnya.

Datang ke Indonesia juga membuat rasa sakit itu kembali terasa dalam hati ku. Rasa sakit ketika aku melihat ibuku sendiri meninggal di depan mata kepalaku sendiri atas perbuatan ayah ku sendiri. Perih dan pedih sekali rasanya.

Namun, saat ini aku berusaha memaafkan kesalahan ayahku. Meskipun itu sangat berat. Aku berusaha ikhlas atas kepergian ibu dan menganggap itu semua memang sudah takdir.

Aku berusaha baik lagi pada ayahku. Apalagi, sekarang ayahku tengah sakit. Aku tidak mau menjadi anak durhaka. Dan aku tidak mau sampai tidak ada kesempatan lagi untuk berusaha memaafkannya.

Tidak hanya itu, kembalinya aku ke Indonesia juga semakin takut membuat ku tidak bisa menghilangkan perasaan ku pada wanita yang sangat aku cintai sejak lama. Yaitu, Via.

Selama ini, susah payah aku berusaha melupakannya. Aku dan Via sahabatan sejak kecil. Awalnya karena ibuku dan ibunya Via yang sahabatan.

Bisa dibilang, perasaan ku muncul sejak masih duduk di bangku SMP. Aku pikir perasaan ku hanya lah cinta masa kecil semata. Namun, hingga saat ini, nyatanya aku masih sangat mencintai-nya.

Yang paling membuat ku terluka, saat Via mengatakan dia akan menikah. Saat itu, aku benar-benar hancur. Hatiku rasanya benar-benar remuk redam. Pedih. Pedih sekali.

[Rasya, aku mau menikah. Kamu datang ya. Aku harap kamu bisa datang di acara bahagia ku nanti.] Pesan dari Via dua tahun yang lalu. Pernikahannya dua minggu lagi kala itu.

Tubuhku rasanya mau runtuh kala itu.Hancur sudah semua harapanku untuk bisa menjadikannya pendamping hidupku. Hingga akhirnya, aku tidak bisa hadir dengan alasan hari pertama kerja menjadi dokter di Singapura.

Padahal, aku hanya takut tidak kuat saat melihatnya menikah dengan lelaki lain.

[Maaf, Via. Kayaknya aku gak bisa datang. Hari ini adalah hari pertama aku kerja menjadi dokter di Singapura. Aku benar-benar minta maaf. Semoga pernikahan mu selalu bahagia dan langgeng, ya. Sekali lagi maaf, aku gak bisa datang.]

Aku mengirimkan pesan itu tepat saat di hari pernikahan Via. Saat itu, aku sampai tak kuasa untuk menangis karena kabar itu benar-benar terasa perih bagiku.

Sungguh, saat itu aku merasa hilang harapan untuk bisa memiliki Via. Aku merasa tidak ada kesempatan lagi untuk menjadi lelaki yang menjaga dirinya.

🍁🍁🍁

Padahal, setelah aku selesai kuliah yang kedua kalinya, yaitu setelah mengambil kuliah spesialis jantung, aku sudah menyiapkan cincin untuk melamarnya menjadi istri ku.

Rencananya, aku akan pulang ke Indonesia untuk melamarnya begitu aku lulus kuliah spesialis jantung.

Aku sudah merencanakan akan kerja di Indonesia menjadi dokter dan menabung uangnya untuk menikahinya, lalu menabung untuk membeli rumah yang bisa aku dan Via tinggali jika aku dan dia sudah menikah.

Namun sayang, takdir berkata lain. Via sudah lebih dulu menjadi milik lelaki lain. Tak lama setelah itu, aku berusaha melupakan Via.

Aku juga yang salah karena terlalu lambat mengungkapkan perasaan ku. Mau bagaimana lagi, kala itu aku masih kuliah mengambil spesialis jantung.

Aku merasa belum mampu untuk menikahi wanita se-istimewa Via yang mesti didapatkan dengan cara istimewa.

Aku pikir, saat Via masih pacaran dengan managernya, aku masih punya kesempatan untuk mendapatkannya. Tak pernah aku sangka, managernya itu serius untuk menikahinya.

Untuk melupakannya, Aku ganti nomor handphone ku. Aku juga sengaja tidak aktif di semua sosial media yang bersangkutan dengannya untuk tidak mengetahui kabar Via. Aku hanya aktif di sosial media yang tanpa diketahui Via.

Sebelum Via menikah, Via sering berkabar denganku. Dan setelah dia menikah, Aku tidak mau mengetahui kabarnya lagi meskipun rasanya itu sangat menyakiti diriku sendiri.

Soal aku yang bilang pada Via handphone-ku hilang, itu tidak benar.

Jika aku jujur dengan mengatakan aku ingin melupakannya, nanti apa yang akan terjadi pada hubungan persahabatan ku dengan Via ? Hubungan persahabatan aku dan Via pasti akan retak jika sampai Via tahu jika aku mencintainya.

Saat mengetahui Via sudah menikah itu, aku urungkan niat ku untuk kembali ke Indonesia yang untuk melamarnya itu.

Demi melupakan Via dan jauh dari ayahku yang ku benci itu, aku memilih tinggal dan bekerja menjadi dokter di Singapura.

Bahkan, di Singapura, aku sampai berusaha mencari wanita lain yang bisa membuat ku jatuh cinta padanya dan bisa membuat ku melupakan Via.

Namun, usahaku sia-sia. Aku tetap tidak bisa melupakan Via. Via terus ada di pikiran dan hatiku meskipun aku sudah pernah berusaha bersama wanita lain.

Semakin aku berusaha melupakannya, aku semakin terus mengingatnya. Aku benar-benar marah dan merasa diriku tidak waras karena delapan tahun sulit melupakan dirinya.

🍁🍁🍁

Aku bekerja dua tahun di Singapura. Hingga akhirnya, aku mendapat kabar dari keluarga ayahku jika ayahku jatuh di kamar mandi dan akhirnya lumpuh.

Ibu sudah meninggal karena ayahku ada main dengan wanita pelacur, dan aku adalah anak satu-satunya. Keluarga intinya hanya tinggal aku.

Dengan terpaksa, aku pun pulang ke Indonesia. Meskipun, rasa benci itu tetap ada mesti sudah bertahun-tahun lamanya.

Aku hanya sekali-kalinya melihat kondisi ayahku secara langsung, yaitu saat pertama kali pulang ke Indonesia. Lagian, Ayahku sudah ada perawat yang merawatnya.

Setelahnya, aku mencari apartemen. Dan untuk mengetahui kabar ayahku, aku minta bantuan pada perawat ayahku yang bernama Riani itu untuk terus memberi tahu kabar ayahku. Bagaimana pun, aku berusaha peduli.

Aku masih benci padanya. Setiap kali aku melihat wajahnya, aku selalu ingat apa yang telah dia lakukan pada ibu. Itu sebabnya aku memilih tinggal di apartemen.

Dulu, Jika bukan karena butuh uang untuk kuliah kedokteran di Singapura, aku juga tidak akan mau berkomunikasi lagi dengannya Setelah apa yang dia lakukan pada ibuku. Aku sudah tidak mau menganggap dia sebagai ayahku.

🍁🍁🍁

Sengaja aku tidak mengabari Via saat aku pulang ke Indonesia. Aku tak mau melihat wajahnya lagi, lalu perasaan cinta yang masih ada hingga saat ini, semakin sulit untuk dihilangkan.

Namun, tak pernah aku sangka. Takdir mempertemukan kami dengan cara yang tak terduga. Aku malah bertemu dengannya di apartemen. Saat itu aku benar-benar kaget bertemu dengannya.

Tapi, sepertinya dia tengah ada masalah dengan seorang laki-laki yang wajahnya tak asing bagiku. Lelaki yang saat di apartemen mengejarnya.

Aku pernah melihatnya di sosmed sebelum aku memutuskan untuk tidak aktif di sosmed. Ia adalah suaminya Via. Meskipun aku belum pernah bertemu langsung, tapi aku masih ingat jika dia adalah lelaki yang menikahi Via.

Hatiku terasa teriris begitu melihat Via menangis. Kenapa juga aku mesti bertemu dia dalam keadaan dia tengah terlihat terluka ?

Aku juga tak menyangka, aku bertemu lagi dengannya di rumah sakit tempat kerja baru ku. Dan benar saja, perasaan ku terhadapnya masih ada. Dan entah sampai kapan Via terus sulit untuk ku lupakan sepenuhnya dalam hatiku.

*****

Bersambung...