Chapter 17 - 17. Cemburu

Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (17)

Saat aku turun dari pintu mobil, Sial-nya mobilku terparkir bersebelahan dengan mobilnya Mas Amar. Yang membuat ku terkejut, aku lihat Nura turun dari pintu mobilnya Mas Amar. 

Ternyata Mas Amar masih berhubungan dengan wanita yang telah menghancurkan pernikahan ku itu. Bahkan, Aku tak habis pikir, Nura selingkuhan suamiku itu juga ikut ke pengadilan.

🍁🍁🍁

Nura dan Mas Amar sama-sama turun dari mobil.

"Hai, Via. Akhirnya ya, kamu akan segera pisah juga dengan Mas Amar." 

Sambil menyandarkan punggungnya ke mobil Mas Amar, Nura menatap ku dengan tersenyum menyeringai dan dengan kedua tangan yang menyilang di depan dada. Ia terlihat puas dengan perpisahan ku.

Aku tersenyum sinis, Kali ini akhirnya wanita busuk itu terang-terangan menunjukkan sifat aslinya. Tidak lagi berpura-pura baik padaku.

"Akhirnya juga ya, aku bisa tahu sifat asli kamu. Ternyata kamu cuma manusia busuk dan bermuka dua!" Aku menimpali.

Ia terkekeh. 

"Aku gak peduli ya, kamu mau bilang aku apapun. Yang pasti, sebentar lagi kamu gak akan lagi menjadi istrinya Mas Amar. Aku yakin, kamu pasti sedih 'kan, berpisah dengan Mas Amar ?" Kata-nya yang membuat hatiku terasa panas dan geram.

"Bukannya aku sudah pernah bilang ? Ambil saja Mas Amar. Dan apa tadi kamu bilang ? Aku sedih berpisah dengan Mas Amar ? Kamu salah, Nura! Justru aku lebih baik sendiri ketimbang bersama suami yang sudah mengkhianati aku!" Jawabku.

Ia terdiam, namun tatapannya tak lepas menatap ku dengan terlihat kesal. Keningnya sampai terlihat mengerut.

Tak lama Mas Amar berdiri di samping Nura setelah tadi menutup pintu mobilnya. Ia juga nampak tersenyum menyeringai, menatapku.

"Kamu jangan bohong, Via. Kamu pasti gak semudah itu 'kan bisa berpisah sama aku ?"

Kamu pasti juga gak nyangka 'kan, aku akan datang kesini ? Kamu pasti berpikir, aku gak akan mau pisah sama kamu. Kamu pasti berpikir, aku akan terus memohon-mohon sama kamu agar kamu kembali lagi sama aku." 

"Kamu salah, Via. Kamu pikir aku takut kehilangan kamu ? Kamu pikir aku gak bisa hidup tanpa kamu ? Di dunia ini wanita bukan cuma kamu. Aku yakin, Nura juga bisa lebih baik daripada kamu!" Ucapnya panjang lebar, tak lama dia langsung terang-terangan merangkul bahu Nura di depan mata kepalaku sendiri.

Mereka saling menatap dan tersenyum. Ya Allah, aku benar-benar tidak menyangka, ternyata seperti itu sifatnya Mas Amar. 

Hati ku rasanya sakit sekali. Sangat sakit bagaikan ditancapkan pisau yang menancap ke dalam hati. Namun, aku berusaha untuk tidak menangis dihadapan mereka. Aku harus bisa!

"Kamu dengar sendiri 'kan Via ? Mas Amar tidak takut kehilangan kamu. Dan aku akan secepatnya menggantikan posisi kamu." Wanita busuk itu kembali berucap.

Aku terkekeh.

"Baguslah Mas kalo kamu juga mau berpisah sama aku, karena memang itu yang aku inginkan! Dan semoga wanita ini memang yang terbaik buat kamu seperti apa yang kamu katakan tadi." Ucapku menimpali. Mas Amar kembali tertawa menyeringai.

"Padahal, Nura gak keberatan kalo dia jadi istri kedua. Kamu masih punya waktu untuk berpikir, Via. Kamu masih bisa membatalkan gugatan pisah kamu."

"Ya 'kan Nura sayang ? Kamu gak masalah 'kan jadi istri kedua ?" Lanjut Mas Amar yang menatap Nura sambil mengelus rambutnya. Wanita busuk itu mengangguk dan tersenyum.

Benar-benar gak habis pikir! Bahkan, ternyata Nura mau dijadikan istri kedua oleh Mas Amar. Aku juga ji-jik mendengar Mas Amar mengatakan kata 'Sayang' pada Nura. Biasanya dia mengatakan hal itu padaku. 

Astagfirullah... Aku benar-benar mu-ak pada kelakuan Mas Amar. Aku semakin bersyukur akan segera pisah darinya.

"Aku tetap pada keputusan aku! Aku tetap mau pisah sama kamu!" Jawabku mantap. 

Mas Amar manggut-manggut.

"Oke. Gak masalah! Aku pastikan kamu akan menyesal, Via! Kamu gak akan pernah lagi menemukan laki-laki seperti aku! Kamu pikir, setelah kamu menjadi janda, akan banyak lagi yang suka sama kamu ?! Kamu pasti akan menyesal Via! Akan menyesal!" Ancamnya. 

Aku terdiam dengan ancamannya.

'Emang siapa juga yang mau menemukan lagi lelaki tukang selingkuh seperti dia ?! Aku tidak mau!' batinku berucap. 

"Udahlah, Mas. Bagus kalo dia tetap mau pisah sama kamu. Kamu 'kan jadi cuma sama aku." Sambil senyum-senyum menatap Mas Amar, wanita busuk itu kembali berucap. 

"Iya, Sayang. Kamu bener juga." Jawab Mas Amar yang tersenyum menatap wanita busuk itu. 

Ingin rasanya aku gra-nat saja dua manusia dihadapan ku ini. Tapi biarlah, biarlah mereka jahat, asalkan aku tidak sama seperti mereka. 

Aku yakin, Tuhan maha melihat dan maha adil. Jika aku jahat, aku juga pasti akan dibalas kejahatan. Aku tidak mau itu terjadi.

Tidak mau melihat lagi adegan menji-jikan dari mereka berdua, aku segera berlalu pergi. Aku harus bertemu dengan pengacara ku yang katanya sudah lebih dulu datang. 

Tadi aku pergi kesini sendiri. Untuk bersama ibu, mungkin di sidang berikutnya. Tiba-tiba saja aku tidak tega jika mengajak ibu. 

Ibuku wanita yang sangat lembut dan perasa. Beliau pasti akan hancur menemani putrinya mengurus perpisahan. 

*****

POV AMAR

"Akhirnya dia pergi juga, Mas. Via Pasti panas lihat kamu mesra sama aku." Ucap Nura begitu Via pergi. Aku hanya mengulum senyum.

Sejak tadi, aku hanya berusaha membuatnya cemburu. Aku hanya berusaha membuktikan jika aku tidak takut kehilangannya. Padahal, hatiku masih tetap tidak rela mesti berpisah dengan Via.

Via benar-benar tegas. Ia wanita yang berprinsip. Ia bisa setegas itu untuk memilih pisah denganku. 

"Mas, yaudah kamu juga cepetan ke pengacara kamu, gih. Aku tunggu kamu disini ya. Aku 'kan gak mungkin ikut kamu masuk ke pengadilan. Yang ada, nanti kamu kalah dari Via gara-gara kamu bawa aku kesana. Status aku 'kan masih selingkuh kamu." Ucap Nura kembali. 

Aku mengangguk. 

"Yaudah, aku tinggal dulu ya." Ucapku.

Nura mengangguk. 

"Iya, gih sana. Biar kamu cepat pisah sama Via. Aku mau tunggu kamu di mobil kamu."

Mau tidak mau, aku mesti mengikuti jalannya perpisahan ini. Meskipun aku masih tidak rela, aku yakin suatu saat nanti aku pasti bisa hidup tanpa Via. Aku harus buat Via menyesali keputusannya ini. 

*****

Via baru saja keluar dari pintu pengadilan agama. Bukti-bukti yang selama ini dia simpan, sudah dia tunjukan pada pengurus perpisahannya, dan sangat kuat untuk membuat Amar terbukti selingkuh.

 Bukti itu semakin membuat hakim mudah mengabulkan pengajuan gugat pisahnya. 

Sambil berjalan menuju mobilnya, ia merogoh tas yang menggantung di bawah bahu tangannya. Ia mengambil kunci mobil. 

Saat Via sampai pada tempat parkir mobilnya, ia menohok begitu ada Rasya dengan mengenakan kemeja berwarna merah ati tengah duduk di kursi sambil main handphone di meja yang tidak jauh dari tempat parkir mobilnya.

"Rasya, kok kamu ada disini ?" tanya Via heran begitu dia sampai di hadapan Rasya. 

Lelaki itu menghentikan main handphonenya, ia menatap pada wanita dihadapannya. Sudah sekitar 15 menit dia menunggu.

"Ibu kamu yang minta aku kesini." jawab Rasya. 

"Ibu ?" tanya Via kembali, ia masih bingung. "Ibu aku nyuruh kamu kesini ?"

Rasya berdiri sambil memasukkan handphone ke dalam saku celananya. 

"Iya. Tadi katanya kamu sendiri kesini. Dan cuma ditemani sama pengacara 'kan ? Tadi ibu khawatir, takut kamu gak sanggup buat ngejalanin proses perceraian ini. Makannya aku diminta kesini." tutur Rasya menjelaskan. 

Meskipun, sebenarnya ia juga memang ingin menemani Via. Kebetulan, Ibu Nazwa memintanya untuk datang kesini.

Via manggut-manggut. 

"Udah selesai 'kan ?" Tanya Rasya sambil melihat pada Via. Ia memastikan jika Via baik-baik saja.

"Udah 'kok." Jawab Via disertai anggukan.

"Mau langsung pulang ?" 

"Iya. Aku langsung pulang aja. Kamu sendiri mau ke rumah sakit lagi ?"

"Enggak. Kemarin aku kerja shift malam. Jadi, siang ini sudah jam pulang."

Lagi-lagi Via mengangguk. 

"Yaudah deh, kita pulang yuk, Sya. Makasih loh kamu sampai sudah kesini." Ucap Via sambil tersenyum. 

Rasya hanya mengangguk. Senyum Via selalu saja mampu membuatnya terpana dan menenangkan.

*****

🍁POV VIA🍁

"Oh, jadi ini alasan kamu menggugat pisah aku ?!" Dengan nada dingin, tiba-tiba saja Mas Amar datang dan berucap demikian.

"Kamu Rasya 'kan ?! Jadi gara-gara kamu Via minta pisah sama aku ?!" Ucap Mas Amar kembali, yang menatap tajam pada Rasya. 

"Maaf. Saya tidak mengerti maksud kamu." Jawab Rasya yang datar namun terlihat tenang. Ia pasti kebingungan karena di sangkut pautkan.

"Mas, Rasya gak ada sangkut pautnya ya sama keputusan aku untuk minta pisah sama kamu! Aku menggugat pisah kamu, karena kamu sudah mengkhianati pernikahan kita! Bukan karena Rasya!" Aku berucap meluruskan. 

"Aku tau itu, Via! Tapi aku yakin, lelaki ini pasti menginginkan kamu pisah sama aku." Nada suara Mas Amar meninggi. Ia terdengar begitu marah. 

Tak lama Mas Amar dengan cepat mencengkeram kerah kemeja Rasya dengan raut wajah yang marah. Aku benar-benar panik.

"Jawab aku ?! Benar kan apa yang aku katakan ?! kamu senang 'kan Via pisah sama aku ?!"

"Mas! lepasin tangan kamu dari Rasya!" Ucapku sambil menarik tangannya yang masih mencengkeram kuat. Aku sampai tidak bisa menarik tangannya.

Aku lihat Rasya hanya terdiam dengan raut wajah dingin. Sedangkan, Wanita busuk itu nampak tersenyum melihat apa yang tengah terjadi. 

Aku benar-benar panik takut Mas Amar dan Rasya berantem.

"Lepaskan, tangan kamu! Saya tidak ingin ribut di tempat umum seperti ini!" Ucap Rasya dingin. 

Tak lama ia melepaskan pergelangan tangan Mas Amar dengan kasar. Sifat dinginnya itu benar-benar terlihat menyeramkan dan membuat ku bergidik ngeri.

Mas Amar melihat-lihat ke sekitar. Pada banyak orang yang melewat. Sepertinya, ia ketakutan jika ribut di tempat umum.

"Aku akan panggil security kalo kamu sampai berbuat onar disini, Mas!" Ancam-ku memanfaatkan keadaan yang ramai.

Ia terdiam dengan raut wajah marah. 

"Aku yakin, kamu ada rasa 'kan sama Via ?! Makannya kamu selalu perhatian sama istri aku!" Mas Amar kembali berucap dan menatap Rasya dengan tajam.

Rasya terdiam seperti gugup, seolah perkataan Mas Amar membuatnya kalah telak.

"Jangan asal bicara ya kamu, Mas! Rasya ini sahabat aku dari kecil! Wajar kalo dia perhatian sama aku!" Jawabku dengan tatapan tajam padanya.

"Cih! Sahabat! Persahabatan antara lelaki dan perempuan, gak mungkin jika sampai dia gak punya perasaan sama kamu, Via!" Desis Mas Amar.

Ucapannya Mas Amar benar-benar membuat ku ki-kuk. Aku merasa aneh jika sampai benar Rasya menyukaiku.

"Emangnya kenapa, kalo Rasya suka sama aku, Mas ?! Menurut aku Rasya lebih baik 'kok daripada kamu! Aku juga sudah kenal Rasya lebih lama jauh sebelum kenal sama kamu! Aku gak masalah kalo Rasya suka sama aku!" Jawabku. 

Jujur saja, Aku sangat gak enak hati sama Rasya karena berucap seperti itu. Lelaki yang hampir sempurna seperti Rasya mana mau dengan wanita biasa seperti ku. 

Rasya pasti berpikir jika aku wanita yang kepede-an. Akh, sudahlah. Mau bagaimana lagi, Aku terpepet keadaan. Sepertinya Mas Amar juga cemburu pada Rasya. Biarkan saja dia tambah kepanasan.

Aku lihat, Mas Amar terdiam menohok setelah aku mengatakan hal barusan. 

Nura juga terdiam sejak tadi dengan raut wajah yang tidak enak dilihat. Ia terlihat sangat membenciku. Tatapannya terlihat sangat marah padaku. Tapi aku memilih bodoamat!

"Kamu itu masih istri aku, Via! Dan aku masih suami kamu! Kita belum resmi berpisah! Sebagai suami, aku melarang kamu untuk dekat dengan lelaki manapun!" Ucap Mas Amar ta-jam.

Aku terkekeh. Ia tidak berkaca dengan dirinya sendiri.

"Kamu juga masih suami aku, Mas! Kita belum resmi berpisah! Tapi kamu juga masih berhubungan dengan wanita ular ini 'kan ?! Jadi gak usah larang-larang aku untuk dekat dengan lelaki manapun!" Jawabku menimpali. Lagi-lagi Mas Amar menohok.

Aku segera menarik tangan Rasya.

"Sya. Ayo kita pergi!" Ucapku pada Rasya, Meninggalkan Mas Amar dan Nura. 

*****

Bersambung... 

🍁🍁🍁

Terimakasih untuk semua yang sudah support, bahkan sampai buka unclock 🤗😘💗 maaf juga karena baru update lagi, kemarin sempat kelelahan 🙏

Semoga para readers segala rezekinya dilancarkan, semoga tambah berlimpah, semoga selalu diberikan kesehatan, dan juga semoga selalu diberikan kebahagiaan. Aamiin ya rabbal Alamin👐😌

Salam sayang untuk semuanyaa💗💗💗