MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - POV Nura ( Part 10)
POV NURA
Dengan kesal, aku segera kembali memakai semua pakaianku yang berantakan diatas tempat tidur apartemen miliknya Mas Amar.
Mas Amar tega sekali, ia meninggalkan aku sendirian di apartemen-nya. Apalagi, sekarang sudah sangat malam. Aku tidak mungkin untuk pulang sekarang. Terpaksa, aku memilih untuk berdiam dulu di apartemen ini hingga pagi.
Aku mencoba menelponnya, namun dengan sepihak Mas Amar mematikan panggilannya.
'Benar-benar menyebalkan!'
Wajahku dan rambut ku juga basah gara-gara ulah Via. Ternyata dia galak juga. Aku pikir dia wanita yang manis dan lembut seperti yang aku kenal selama ini.
Aku beranjak dari tempat tidur karena ingin mengambil handuk untuk mengeringkan rambutku.
"Aw..sss....." Si-al. Kaki ku menginjak pecahan gelas yang Via lemparkan waktu malam tadi. Aku berjongkok sambil melihat luka di telapak kakiku. Ada sedikit darah yang keluar, namun rasanya sangat perih hingga terasa berdenyut.
"Akh! Dasar! Via Sialan! Awssss... Kakiku sakit banget lagi!" cerca ku setelah berdiri sambil berjalan pincang karena sakit. Lagi-lagi aku meringis saat luka itu terasa perih dan terus berdenyut.
Aku mencoba membuka pintu-pintu laci untuk mencari kotak P3K. Siapa tau ada obat merah.
Setelah membuka beberapa pintu, akhirnya aku menemukannya di bagian pintu laci bawah.
Sambil membawa kotak P3K itu, aku kembali berjalan menuju tempat tidur yang bagian ujung tempat tidur.
Aku tidak mau kembali menginjak lagi ke lantai yang banyak pecahan kacanya itu. Luka satu ini saja sudah terasa perih.
Obat merah sudah aku teteskan. Hingga yang terakhir aku menempelkan hansaplash.
Setelah mengobati luka ini, aku duduk terdiam teringat kembali kejadian malam ini. Senyumku tak terasa tersungging di bibir ku. Akhirnya, pernikahan Via dan Mas Amar hancur juga. Sudah lama aku menginginkan hal ini terjadi.
*****
Aku iri pada Via. Dunia terasa tidak adil. Kehidupan Via seperti dipenuhi dengan kebahagiaan dan keberuntungan. Via lahir dari keluarga berada, dia juga memiliki orang tua yang utuh dan keluarga yang tentram.
Ayah dan ibunya Via begitu romantis. Via hidup dalam keadaan keluarga yang harmonis. Ditambah lagi, disaat dia menikah dengan Mas Amar. Aku semakin iri padanya.
Mas Amar seorang manager yang tidak hanya mapan dan tampan. Tapi, ia juga begitu sayang pada Via. Aku tahu itu. Buktinya, awalnya Mas Amar susah untuk tergoda olehku.
Namun, namanya juga lelaki. Salah satu godaan terberatnya adalah wanita. Itulah sebabnya, aku berusaha keras mendekati nya dengan ingin menjadi sekretaris di kantornya.
"Vi, aku mohon. Kamu coba bicara sama suami kamu. Aku butuh banget kerjaan. Aku minta tolong sama kamu agar aku bisa kerja disana. Katanya tengah ada lowongan 'kan ?" ucapku kala itu pada Via.
Aku tau Via wanita yang berhati baik. Ia mudah sekali merasa iba pada orang lain. Hingga akhirnya, aku berhasil bekerja menjadi sekretaris Mas Amar.
Motifku tidak lain hanyalah untuk membuktikan, bahwa yang namanya lelaki setia itu tidak ada.
Aku ingin apa yang dirasakan oleh ibuku dirasakan juga oleh wanita yang selalu merasa memiliki suami yang setia.
Aku ingin buktikan pada mereka, bahwa semua lelaki itu sama seperti ayahku yang mengkhianati ibu karena seorang wanita pelacur.
Dan Via adalah wanita yang selalu membuat aku ingin menghancurkan pernikahannya. Ia selalu saja membuat ku merasa terganggu dan tidak bahagia. Entah kenapa aku mesti dipertemukan dengan Via.
Kehidupan Via berbeda dengan kehidupan ku. Aku lahir dari keluarga yang sederhana. Keluarga ku juga tidak harmonis.
Saat aku kecil hingga SMP, Aku sering melihat ayahku melakukan kekerasan pada ibu. Aku sering kali melihat Ayahku menampar, bahkan menendang ibuku--wanita yang paling aku sayangi itu. Aku sering kali melihat ibu menangis.
Ayahku tak hanya suka melakukan KDRT, tapi juga suka main judi, mabuk-mabukan juga suka selingkuh.
Untungnya, setelah aku menginjak SMA, ibu bercerai dengan Ayah, lelaki jahat itu.
Sejak saat itu, ibu menjadi tulang punggung untuk menghidupi ku. Meskipun, awalnya juga seperti itu. Ayahku sangat jarang menafkahi ibu, yang ada dia yang sering meminta uang pada ibu.
Dulu, saat SMP, ibu berjualan kue keliling. Namun, setelah aku SMA, ibu mengatakan jika dia bekerja menjadi ART di sebuah rumah yang mengharuskan ibuku tinggal disana.
Demi bisa mendapatkan uang untuk makan, untuk biaya hidup kami, dan menyekolahkan ku. Ibu hanya pulang seminggu sekali.
Untungnya juga, saat ibu sering tidak bisa pulang ke rumah, aku sudah mengenal Via semenjak SMA. Ia wanita yang baik. Aku juga sering dibolehkan menginap dirumahnya hingga aku tidak merasa kesepian.
Namun, semakin lama, Via seakan terasa menjadi sainganku. Dunia semakin terasa tidak adil untukku.
Via dipenuhi kebahagiaan dalam hidupnya. Aku jadi tidak suka lihat Via bahagia. Kenapa Via selalu bahagia sedangkan aku tidak ?
Kehadiran Via dalam hidup ku seolah sengaja memberitahu aku, bahwa hidup aku tak seberuntung dia. Apa yang Via dapatkan, selalu saja membuat hatiku sakit. Karena aku tak bisa seberuntung dia.
Hingga masa kuliah, kami selalu bareng. Bahkan, satu kelas. Aku sering merasa tertarik dengan apapun yang Via suka. Sampai dengan mimpinya Via pun, aku selalu merasa ikut tertarik. Salah satunya saat Via ingin membuka Laundry, aku pun merasa tertarik untuk membuka Laundry.
Apapun yang Via bisa dapatkan, aku merasa tertarik dan aku merasa yakin bisa mendapatkannya juga.
Hingga akhirnya, kami sama-sama bekerja. Aku dan Via sama-sama menjadi sekretaris. Namun, kami bekerja di perusahaan yang berbeda.
Via bekerja di PT Laskar Angkasa yang managernya merupakan Mas Amar. Sedangkan, Aku bekerja di PT Gemintang.
Saat-saat itu, Via sering bercerita jika dia disukai oleh managernya. Hatiku rasanya semakin panas. Aku semakin cemburu dengan hidupnya.
Akhirnya, Setelah Via menikah dengan Mas Amar dan berhenti menjadi sekretaris, aku merasa mendapat kesempatan.
Aku sengaja mengundurkan diri dari perusahaan tempat kerjaku yang dulu untuk bisa mendapatkan Mas Amar.
Selama bekerja, aku sengaja memakai pakaian yang selalu ketat dan minim. Kadang, aku selalu berusaha merapikan dasinya yang sebenarnya sudah rapih.
Berkali-kali aku melihat Mas Amar menelan saliva-nya ketika melihat ku. Aku tahu, Mas Amar sudah tertarik denganku.Aku sengaja membuat Mas Amar tergoda. Lagi-lagi, aku berhasil.
Mas Amar tergoda olehku. Bahkan, ia adalah lelaki yang membuat ku tidak gadis lagi. Aku rela menyerahkan diriku asalkan aku bisa membuat Mas Amar mengkhianati Via.
Aku tidak pernah percaya ada lelaki yang baik dan setia di dunia ini. Semua lelaki itu sama saja brengseknya seperti ayahku. Aku ingin membuktikan, bahwa semua lelaki itu sama. Mudah tergoda dan tidak ada yang setia.
Aku ingin Via merasakan, bagaimana rasanya hidup dengan lelaki yang tidak setia seperti ayahku. Aku ingin Via merasakan, bagaimana rasanya hidup dalam rumah tangga yang hancur.
Wanita diluaran sana juga sudah menggoda ayahku dan membuat keluarga ku hancur.
Itu sebabnya, aku juga menghancurkan rumah tangga orang lain. Agar mereka merasakan, bagaimana rasanya keluarga-nya hancur.
*****
Bersambung...