Chereads / Bloodstained Oath / Chapter 21 - Perebutan Fort Grynnar

Chapter 21 - Perebutan Fort Grynnar

Langit pagi yang kelabu melapisi medan perang yang akan dimulai. Pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Azrin dan disusun dengan taktik oleh Caelum sudah bersiap dengan penuh tekad dan harapan. Dua hari telah berlalu sejak Caelum bersama Carl, Vera, dan Azrin merancang strategi untuk menggulingkan benteng Fort Grynnar, benteng besar yang terletak di wilayah selatan Kekaisaran. Mereka tahu, ini adalah benteng kunci untuk melangkah lebih dekat dalam menghancurkan Kekaisaran.

Caelum berdiri di depan pasukannya, mata tajam penuh tekad, mengenakan armor abu-abu yang tercemar oleh darah yang terbakar, simbol dari semua yang telah ia lakukan. Di sampingnya, Aeris yang baru saja selesai menjalani pelatihan intensif dengan para petinggi pasukan pemberontak, memandangnya dengan penuh rasa ingin tahu dan kecemasan.

"Caelum, aku—" Aeris mencoba berbicara, tetapi Caelum menatapnya dengan serius.

"Tenang, Aeris. Kau telah belajar banyak. Waktunya untuk membuktikan dirimu," kata Caelum, memberi semangat meskipun ia tahu, ini akan menjadi perang yang penuh dengan kesulitan dan banyak darah akan jatuh.

Di belakangnya, Carl, Vera, dan Azrin mempersiapkan hal-hal terakhir untuk penyerbuan ke Fort Grynnar. Mereka telah menyiapkan perbekalan, suplai, rute, dan informasi tentang benteng tersebut dengan cermat. Semua hal yang tampak rumit dan berbahaya, telah diperhitungkan dan disiapkan dengan hati-hati.

"Kita akan mengepung benteng ini dengan sedikit lebih banyak kesabaran. Kita tidak bisa mengalahkan mereka secara langsung, kita akan hancurkan mereka dengan sebuah kejutan." kata Caelum, matanya berkilat dengan api yang tidak bisa dipadamkan.

Pasukan mereka telah berkembang menjadi lebih dari 10.000 orang, tetapi Caelum tahu, jumlah mereka tidak bisa dibandingkan dengan pasukan Lord Darius Grynnar yang terdiri dari 8.500 orang, di mana hampir seribu di antaranya adalah ksatria elit black guard dan terlebih lagi bertahan dibalik dinding besar. Dengan medan yang terbuka dan mudah dilalui, Caelum memutuskan untuk melaksanakan strategi yang melibatkan serangan sihir, dan serangan yang mengandalkan ketapel dan trebuchet.

---

Dua hari setelah persiapan, pasukan pemberontak bergerak menuju Fort Grynnar, dan suasana semakin tegang. Fort Grynnar, yang terletak di wilayah datatan lebar yang luas, hampir sebesar sebuah kota. Dindingnya tinggi dan tebal, dibangun untuk menahan setiap serangan. Pasukan pemberontak harus bekerja dengan cepat dan efektif untuk menaklukkan benteng ini.

Sesampainya di depan benteng, mereka tercengang melihat ukurannya yang begitu besar. Fort Grynnar tampak tak terkalahkan. Tetapi Caelum tidak gentar. Dia tahu apa yang harus dilakukan.

Dengan bantuan Azrin, Caelum mendekati gerbang utama benteng, yang telah tertutup rapat. Mereka datang untuk negosiasi.

"Kami datang untuk memberi kalian pilihan. Menyerah dan ikuti kami atau hancur bersama Kekaisaran," kata Caelum, dengan suara penuh ketegasan, menantang Lord Darius Grynnar yang kini sedang memimpin pertahanan benteng.

Namun, Lord Darius Grynnar tidak mengindahkan tawaran Caelum. Dia meludah ke arahnya dan mencaci Caelum dengan kata-kata yang keras, "Menggonggonglah selagi bisa anj*ng pemberontak! Sebentar lagi kalian semua akan mati dengan hina!" Teriak Lord Darius, menunjukkan kebenciannya terhadap taktik kotor yang sebelumnya digunakan oleh pemberontak. Caelum hanya tersenyum dingin dan mengangguk, lalu kembali ke pasukannya. Ini adalah tanda bahwa pertempuran yang sesungguhnya akan segera dimulai.

---

Malam hari sebelum serangan dimulai, Caelum berkumpul dengan para pemimpin pasukan di dalam tenda besar. Peta yang penuh dengan rencana dan strategi tersebar di atas meja. Elira dan Aeris terlihat cemas, perasaan tidak yakin menyelimuti mereka, meskipun mereka berusaha tetap berani.

"Jangan khawatir, Aeris. Ini adalah bagian dari rencana kita," kata Caelum dengan suara tenang.

Aeris hanya mengangguk, tetapi matanya tampak gelisah. Caelum tahu ini adalah perang pertama untuk Aeris, dan meskipun dia telah dilatih dengan baik, kenyataan perang yang sesungguhnya akan sangat menguji ketangguhannya.

"Semuanya akan berjalan sesuai rencana. Kita akan hancurkan benteng besar ini. Tetapi kita harus bekerja sama dengan baik dan tetap tenang." Caelum menginstruksikan mereka semua, matanya penuh keteguhan.

Saat penyerangan pun tiba.

Sebelum pagi datang, Pasukan pemberontak yang terdiri dari lebih dari 10.000 orang mulai bergerak. Azrin menatap Caelum dan mengagguk tanda memulai peperangan. "Pasukan! Serangan dimulai!" teriak Caelum.

Caelum memulai serangan pertama dengan memborbardir benteng menggunakan alat pengepungan yang telah disiapkan sebelumnya, serta menghujani tembok benteng dengan serangan sihir dari para penyihir mereka. Aeris yang berada di samping Caelum melihat dengan mata terbelalak saat roket sihir dan proyektil besar menghantam dinding, mengguncang benteng yang kokoh itu.

Aeris merasakan perasaan campur aduk—takut, gugup, gelisah dan terpana melihat medan perang pertamanya.

"Nikmati sensasinya, Aeris. Lihat dan pelajari, ini adalah kenyataan perang," kata Caelum, sambil tetap fokus pada serangan.

Aeris hanya mengangguk pelan, mencoba memahami maksud dari Caelum.

Serangan jarak jauh antara pasukan pemberontak dan benteng berlangsung sangat sengit. Aeris melihat Daryn dan Torren memimpin pasukan infanteri maju, mendekati dinding benteng untuk membuka jalan.

Tiba-tiba, tim penyusup yang diperintahkan Caelum dua minggu sebelumnya, mulai bergerak. Mereka telah lama menyusup ke dalam benteng dengan tujuan mengacaukan benteng dari dalam, sebuah misi yang penuh dengan bahaya, namun mereka tetap bersedia mengorbankan nyawa mereka untuk menghancurkan Kekaisaran.

BOOOMM!! Suara nyaring terdengar keras, membuat kaget semua yang berada disana. Gerbang besar benteng terpental hancur bersamaan dengan kepulan asap hitam, para penyusup meledakan diri bersama gerbang yang disebut tak tertembus.

Melihat ini Caelum tersenyum puas, "Tanda kemenangan sudah datang" katanya dengan nada mengejek.

Setelah menerima sinyal dari tim penyusup, Caelum memberi aba-aba untuk maju. Pasukan infanteri mulai menyerbu gerbang yang sudah hancur, bagian sayap formasi mendirikan tangga untuk memanjat dinding benteng, menyerang dari berbagai arah membuat pertahanan benteng terpencar.

Dengan cepat Elira dan pasukan pemanah memajukan formasinya mempersiapkan perlindungan kepada para infantri.

"Aeris, giliran kita," kata Caelum, dengan senyum tipis di wajahnya.

Aeris kaget, tetapi tidak bisa berkata-kata. Dia hanya bisa mengikuti Caelum yang memimpin pasukan, siap untuk bertempur.

---

Ketika gerbang utama benteng akhirnya terbuka, Caelum berteriak, "Serang!!" Suaranya menggelegar di tengah kekacauan perang.

Momen itu adalah titik balik pertempuran, dan pasukan pemberontak menerjang masuk dengan kekuatan luar biasa. Aeris merasa kebingungan, namun Caelum dengan cepat menunjukkan padanya apa yang harus dilakukan.

Dalam sekejap, Daryn dan Torren memimpin serangan besar-besaran. Berkat Elira dan pasukan pemanah yang menyiapkan perlindungan sebelumnya, mengincar pemanah diatas tembok tanpa henti, serbuan para infanteri menjadi lebih mudah.

Azrin memimpin dengan keberanian yang luar biasa, menebas setiap lawan yang menghadang di jalannya. Infanteri dan ksatria pemberontak berperang dengan gigih, berusaha mengalahkan pasukan Lord Darius Grynnar.

Namun, Lord Darius tidak tinggal diam. Ia segera turun dari benteng, memimpin serangan balik yang kuat dengan membawa ksatria elitnya. Caelum melihat Lord Darius yang berperang mencoba mengubah alur peperangan dengan penuh percaya diri dan penuh kebanggan ksatria. Lord Darius berteriak dengan penuh kebanggaan.

"Ini adalah titik terakhir kalian bisa maju para bedebah! Pasukan Fort Grynnar tidak akan pernah jatuh!" kata Lord Darius dengan suara yang menggema. "Bersiaplah untuk kalah dan mati seperti anj*ng!"

---

Caelum melihat Lord Darius dan Ksatrianya mendekat dengan cepat, menebas semua pasukan pemberontak di jalannya lurus langsung menuju dimana Caelum berada. Duel antara mereka menjadi tak terhindarkan. Dua Ksatria dengan pandangan hidup yang sangat berbeda, bertempur dengan niat yang sama untuk kemenangan.

Caelum bergerak cepat, menyerang dengan pedangnya. Namun Lord Darius yang terlatih dengan pengalaman sebagai ksatria menangkis serangan itu, menangkis pedang Caelum dengan keahlian yang luar biasa. Caelum merasa amarahnya semakin menggebu, namun ia tahu bahwa ini bukanlah tentang emosi—ini adalah duel yang harus dimenangkan.

"Kau adalah simbol dari kecurangan dan kegilaan! Kau akan mati kukincang disini!" teriak Lord Darius, menghindari serangan Caelum.

"Aku hanya seorang prajurit yang menjalankan tugasnya demi bertahan hidup, Darius!" balas Caelum, menyerang dengan lebih ganas.

Duel mereka berlanjut dengan pedang berbenturan, percikan api muncul di udara, medan disekitarnya hancur. Mereka berdua sangat ahli dalam bertempur, pada akhirnya Caelum yang berhasil mengelabui Lord Darius dengan gerakan cepat yang tak terduga memanfaatkan pantulan sinar matahari di bilah pedang nya, membuat gerakan cepat. Pedangnya menembus celah pertahanan Lord Darius.

Namun, meskipun terluka, Lord Darius masih berdiri kokoh, matanya menunjukkan tekad yang tak bisa dihancurkan.

"Ini belum berakhir, Caelum!" teriak Lord Darius, meskipun darah mengalir di dahinya.

Melihat Lord Darius kelelahan, Caelum melemparkan darah di tangannya tepat mengenai mata lord Darius, Lord Darius yang pandangannya tertutup tak sempat menyadari, dalam sesaat jantungnya sudah ditembus oleh pedang milik Caelum.

Lord Darius tidak menyangka Caelum akan menggunakan trik kotor seperti ini, Tubuhnya mulai lemah dan terjatuh.

"Ba.. Baj*ngan di mana harga dirimu sebagai seorang ksatria?" Matanya mulai tertutup, memandang wajah Caelum yang tersenyum keji.

"Entah dimana?" Caelum tersenyum tipis, merasa bahwa ini adalah kemenangan yang pantas. Namun dalam hatinya, walaupun Darius jatuh dengan hina setelah menjilat ludahnya sendiri, pasukannya tak akan berhenti begitu saja.

"Inilah yang terjadi jika otakmu hanya berisi harga diri, wahai tuan anj*ng Kekaisaran." Caelum berkata sambil tertawa, menginjak kepala Lord Darius yang jatuh ke tanah.

Memperhatikan Gaunlet milik Darius, Caelum tersenyum dan mulai mengambilnya, dengan gerakan pelan, Seperti takut merusaknya. Bersamaan dengan itu, melihat ekspresi Lord Darius yang konyol setelah tewas Caelum memikirkan hal lain dan mengambil pedangnya.

Kemenangan di duel ini tidak datang tanpa harga. Pasukan kekaisaran yang melihat pemimpinnya jatuh mulai menggila dengan energi yang entah darimana datangnya.