Chereads / Bloodstained Oath / Chapter 17 - Permainan Catur Di Hutan Arovia

Chapter 17 - Permainan Catur Di Hutan Arovia

Langit pagi tampak suram saat Marcus Florelius memimpin 8.000 pasukan elit Kekaisaran mendekati pintu masuk Hutan Arovia. Angin membawa hawa dingin yang menusuk, tetapi di dalam hati setiap prajurit Kekaisaran, ada keyakinan dan kesiapan. Marcus, dengan mata tajam dan postur percaya diri, menunggangi kudanya di depan barisan.

Dia mengangkat tangannya, memberi tanda untuk berhenti. Suasana menjadi sunyi. Mata Marcus memeriksa area di depannya dengan teliti. Pohon-pohon raksasa Hutan Arovia berdiri seperti raksasa tua, bayangan mereka menciptakan kesan suram.

"Jaga formasi, tingkatkan kewaspadaan," perintah Marcus, suaranya jelas dan tegas. "Kita semua tahu, pemberontak seperti mereka tidak akan tinggal diam. Mereka pasti telah merencanakan sesuatu."

Salah satu kapten pasukan Kekaisaran maju dan bertanya, "Apakah Anda yakin ini adalah rute terbaik, Jenderal Florelius?"

Marcus menoleh dengan pandangan dingin. "Informasi kita mungkin bocor. Mereka pasti tahu kita akan datang. Tapi mereka tidak tahu apa yang aku tahu. Hati-hati, namun tetap bergerak maju. Kita tak boleh membiarkan mereka mempermainkan kita."

---

Dari dalam Hutan Arovia, Caelum mengamati pergerakan pasukan Kekaisaran melalui celah di antara dedaunan lebat. Dengan tenang, dia memberi perintah pada para komandan pemberontaknya. Tiga kelompok sudah disiapkan, masing-masing dengan tugas yang jelas.

"Pasukan pertama, kalian tahu apa yang harus dilakukan. Buat mereka berpikir bahwa mereka memenangkan ini," kata Caelum sambil menunjuk pada lokasi di peta.

Pemimpin kelompok pertama mengangguk tegas. "Kami siap."

Serangan pertama dimulai. Saat pasukan Kekaisaran memasuki pintu hutan, pemberontak yang bersembunyi di semak-semak tiba-tiba muncul. Panah-panah melesat dari segala arah, diikuti oleh teriakan perang. Marcus Florelius, yang sudah mengantisipasi ini, segera memerintahkan pasukannya untuk menyerang balik.

"Kembalikan serangan mereka! Jangan panik!" teriak Marcus, suaranya menggema di antara pohon-pohon. Pasukan elit Kekaisaran merespons dengan cepat, mematahkan serangan awal pemberontak dan memaksa mereka mundur.

Melihat ini dari kejauhan, Caelum tersenyum dingin. "Mereka terlalu percaya diri," gumamnya. "Tepat seperti yang kuharapkan."

---

Setelah serangan awal berhasil dipatahkan, Marcus memimpin pasukannya lebih dalam ke dalam hutan. Namun, kewaspadaan tinggi yang mereka pertahankan mulai membuat para prajurit lelah secara mental. Jalanan sempit, pohon-pohon besar yang menghalangi pandangan, dan kemungkinan serangan dari segala arah menambah tekanan.

Ketika pasukan mereka mencapai tengah hutan, tiba-tiba suara gemuruh kuda terdengar. Dari kejauhan, pasukan kavaleri pemberontak muncul, dipimpin oleh Azrin dan Daryn. Mereka menyerang dengan brutal, memecah formasi Kekaisaran yang semula teratur.

Daryn, dengan gerakan cepat dan presisi, menyerang para prajurit Kekaisaran yang terpisah dari kelompok mereka. Pedangnya menebas dengan cepat, sementara kuda-kudanya bergerak lincah di antara medan yang sulit. Peperangan sengit terjadi. Pasukan Kekaisaran merespons dengan bertahan, tetapi serangan kavaleri yang tak terduga memaksa mereka untuk mundur sejenak.

Namun, seperti yang telah direncanakan, pasukan pemberontak kedua tiba-tiba mundur, meninggalkan Kekaisaran dalam kebingungan.

"Mereka melarikan diri! Kejar mereka!" teriak salah satu kapten Kekaisaran.

Marcus, yang menyadari ada yang tidak beres, menahan perintah itu. Tetapi melihat bagaimana pasukan pemberontak tampak kalah dan melarikan diri, dia akhirnya memutuskan untuk mengejar. "Jangan biarkan mereka lari terlalu jauh! Tetapi tetap jaga formasi!"

---

Ketika pasukan Kekaisaran mengejar pasukan pemberontak yang mundur, mereka masuk lebih dalam ke perangkap Caelum. Pasukan pertama, yang dikira sudah mundur, tiba-tiba kembali dan menyerang dari belakang, menciptakan kekacauan dalam formasi Kekaisaran. Panah-panah beterbangan seperti hujan, mengenai prajurit-prajurit Kekaisaran yang tidak siap.

Namun, Marcus Florelius tetap tenang. "Jaga barisan! Kembali ke formasi bertahan! Kita harus keluar dari hutan ini!"

Caelum, yang mengamati dari tempat tersembunyi, tersenyum puas. Tetapi dia tahu, Marcus Florelius bukanlah lawan yang mudah dikalahkan hanya dengan serangan seperti ini.

"Provokasi ini sudah cukup," katanya pada Vera yang berada di sampingnya. "Sekarang saatnya kita bawa mereka ke akhir pertempuran ini."

Marcus terus merasa ada yang salah, ada yang tidak benar dengan pergerakan musuh. Saat Marcus memimpin pasukannya keluar dari Hutan Arovia, Caelum sudah menyiapkan jebakan terakhir di pintu keluar hutan. Sebuah area yang dipenuhi dengan jebakan-jebakan berbahaya menanti mereka.

Ketika pasukan Kekaisaran mendekati pintu keluar, jebakan mulai aktif. Banyak prajurit Kekaisaran terperangkap dalam ledakan tombak tersembunyi dan lubang jebakan, menyebabkan formasi mereka semakin kacau. Melihat ini, Marcus akhirnya menyadari sesuatu yang selama ini dia curigai. Firasatnya yang berteriak selama ini benar.

"Ini bukan perang. Ini pembantaian yang direncanakan," gumam Marcus melihat sekitar. Namun, meski formasinya mulai kacau, dia memerintahkan pasukannya untuk tetap bertahan. Mencoba mencari cara untuk keluar dari hutan.

---

Dari kejauhan, Caelum tertawa terbahak-bahak. Marcus, yang masih mengatur pasukannya, menatap ke arah Caelum dengan penuh kebencian.

"Kau pikir ini kemenangan bagimu? Formasimu penyeranganmu penuh dengan celah! Taktikmu tidak sebanding denganku!" teriak Marcus, mencoba memprovokasi Caelum.

Namun, Caelum hanya tersenyum. "Benarkah? Lihatlah di sekelilingmu, Marcus Florelius. Kau bahkan tidak tahu kau sudah kalah."

Dengan tatapan puas, Caelum mengangkat tangannya ke udara dan berteriak, "NYALAKAN!"

Di seluruh penjuru Hutan Arovia, bom sihir api yang telah dipasang sebelumnya dinyalakan. Rentetan ledakan besar mengguncang tanah, dan api segera menyebar dengan cepat, melahap pepohonan dan prajurit Kekaisaran yang terjebak di dalamnya. Jeritan terdengar di mana-mana saat 8.000 pasukan elit Kekaisaran mulai dilalap oleh kobaran api yang ganas.

Marcus Florelius, yang mencoba menyelamatkan pasukannya, akhirnya menyadari bahwa ini adalah jebakan besar. Akhir dari kisah hidupnya.

"Mundur! Semua mundur! Keluar dari hutan!" teriaknya dengan putus asa. Namun, tidak ada jalan keluar. Api telah menutup semua jalur, jebakan sudah disiapkan di semua rute kabur.

Dari kejauhan, Caelum menatap dengan dingin. "Inilah yang terjadi jika otakmu berada di lutut, wahai jenius Kekaisaran."

---

Ketika api sedang menyala-nyala melahap semua yang ada di jangkauan nya, Hutan Arovia yang dulunya lebat dan besar, kini hanya menyisakan teriakan dari kehancuran pasukan Kekasiaran.

Pasukan Kekaisaran telah musnah. Namun, kemenangan ini membawa rasa pahit. Banyak Pasukan yang tidak diberitahu tentang rencana pembakaran ini, terdiam dalam keterkejutan.

Vera mendekati Caelum dengan ekspresi penuh pertanyaan. "Apa yang telah kau lakukan, Caelum? Kau menghancurkan seluruh hutan ini. Ini lebih dari sekadar perang. Ini pembantaian."

Namun, Caelum tidak menjawab. Dia hanya mengamati kehancuran di depannya dengan ekspresi puas.

Di sisi lain, Elira jatuh berlutut, air mata mengalir deras di wajahnya. "Kau berjanji, Cael… Kau berjanji tidak akan melakukan ini lagi."

Melihat tangisan Elira, Caelum tetap diam. Tetapi, di dalam hatinya, dia tahu bahwa janji itu telah dia khianati demi satu tujuan: kemenangan mutlak.

Daryn, yang berdiri di samping Elira, hanya menatap Caelum dengan tatapan rapuh, menyadari bahwa pemimpin mereka telah berubah menjadi seseorang yang jauh lebih gelap dari yang pernah dia bayangkan.