Sorong, sebuah kota kecil di ujung barat Papua, punya daya tarik yang nggak bisa dipandang sebelah mata. Bayangkan saja, kota yang terletak di antara laut biru yang luas dan hutan hijau yang menenangkan ini ternyata punya keragaman budaya yang luar biasa. Di sini, berbagai suku dan etnis dari penjuru Indonesia bisa hidup berdampingan, saling berbagi dan membaur, menciptakan suasana yang penuh harmoni. Kalau kamu datang ke Sorong, kamu nggak hanya datang ke sebuah kota, tapi juga ke sebuah tempat yang menggambarkan betapa indahnya perbedaan.
Saat pertama kali jejakkan kaki di Sorong, aku langsung merasa ada sesuatu yang berbeda. Suasana kota ini bener-bener hangat. Suara tawa anak-anak yang asyik main di jalanan, aroma masakan khas yang menggugah selera dari warung-warung kecil, dan musik tradisional yang kadang terdengar dari kejauhan, semuanya membuatku merasa diterima dengan begitu baik. Rasanya seperti kembali ke rumah sendiri, meski ini tempat yang baru.
Sorong ini memang rumah bagi banyak suku yang berasal dari berbagai daerah. Ada orang Jawa, Bugis, Maluku, dan tentu saja masyarakat asli Papua. Setiap suku ini membawa warna dan karakteristik mereka masing-masing, tapi yang bikin keren, semua perbedaan itu nggak jadi penghalang. Justru, semua suku ini saling melengkapi dan bekerja sama untuk menciptakan kehidupan yang damai.
Orang Jawa di Sorong, misalnya. Mereka yang terkenal dengan keramahan dan sopan santunnya sering kali membuka usaha kecil seperti warung makan atau toko-toko kecil. Tapi yang paling keren, mereka nggak cuma berjualan buat cari nafkah, tapi juga mengajarkan berbagai keterampilan. Aku pernah ketemu ibu-ibu Jawa yang dengan sabar ngajarin anak-anak lokal cara membuat kue tradisional. Kalau dipikir-pikir, itu bukan hanya soal jualan, tapi juga tentang memberi nilai lebih ke komunitas. Ada rasa saling berbagi yang buat saya sangat menginspirasi.
Sementara itu, orang Bugis di sini nggak kalah hebat. Mereka terkenal dengan semangat kerja keras dan ketekunannya. Banyak dari mereka yang sukses jadi pedagang atau pengusaha. Mereka punya jaringan yang luas, membangun relasi yang kuat dengan berbagai pihak. Bahkan di tengah kesulitan hidup, mereka nggak pernah berhenti berusaha. Aku pernah ngobrol dengan seorang pedagang Bugis yang bercerita bagaimana dia memulai bisnis dari nol. Dari ceritanya, saya bisa ngerasain semangatnya yang pantang menyerah. Orang Bugis di Sorong benar-benar jadi penggerak perekonomian di sini.
Masyarakat Maluku juga nggak kalah menarik. Mereka punya tradisi maritim yang kaya banget, dan kebiasaan melaut bersama jadi salah satu kegiatan yang nggak boleh ketinggalan. Setiap tahun, mereka mengadakan acara melaut yang nggak hanya melibatkan orang Maluku, tapi juga suku-suku lain di Sorong. Di acara itu, semua orang berkumpul untuk berbagi ilmu tentang cara melaut yang baik, menangkap ikan, dan merawat kapal. Tradisi ini nggak cuma soal melaut, tapi juga soal mempererat hubungan antar suku. Aku jadi semakin percaya bahwa laut itu nggak hanya memisahkan, tapi juga menyatukan banyak orang.
Tapi, yang paling menarik menurutku adalah bagaimana orang Papua menyambut semua suku ini dengan tangan terbuka. Mereka punya budaya yang sangat kuat, tapi mereka nggak merasa terancam dengan keberagaman yang ada di sekitar mereka. Justru, mereka menjadi penggerak utama dalam menjaga keharmonisan di antara semua suku yang datang. Dalam setiap perayaan, kita bisa lihat bagaimana orang Papua, Jawa, Bugis, Maluku, semuanya bercampur aduk, menari, bernyanyi, dan merayakan hidup bersama. Ada sesuatu yang sangat indah dalam kebersamaan itu, yang membuatku semakin yakin bahwa perbedaan itu bukanlah hal yang harus dipertentangkan, tapi sesuatu yang harus dirayakan.
Di Sorong, aku belajar banyak hal tentang bagaimana hidup berdampingan dengan berbagai suku. Ternyata, hidup rukun bukan hanya soal toleransi, tapi juga soal saling memahami dan menghargai. Setiap suku punya cara hidup dan tradisinya masing-masing, tapi ketika kita saling menghargai, semuanya jadi terasa lebih indah. Bahkan, saya mulai sadar bahwa keberagaman itu bukanlah sesuatu yang harus kita hindari atau takutkan, tapi sebuah kekuatan yang harus kita jaga dan rayakan.
Sorong ini menurutku adalah contoh nyata bahwa di tengah perbedaan, kita bisa menemukan kekuatan untuk saling mendukung dan membantu. Di sini, nggak ada yang merasa lebih penting atau lebih baik dari yang lain. Semua suku, dengan keunikan dan kekuatannya, memberikan kontribusi penting untuk kehidupan yang lebih baik. Dan yang paling keren, mereka semua sadar bahwa meskipun berbeda-beda, pada akhirnya kita semua adalah bagian dari satu keluarga besar: Indonesia.
Melihat semua itu, aku merasa bersyukur banget bisa mengenal dan merasakan kehidupan di Sorong. Di sini, aku nggak cuma belajar tentang budaya dan tradisi, tapi juga tentang nilai-nilai kemanusiaan yang sangat dalam. Kalau di tempat lain mungkin perbedaan bisa jadi masalah, di Sorong justru menjadi kekuatan yang luar biasa. Di sini aku belajar bahwa keberagaman itu bukan sesuatu yang harus dipertentangkan, melainkan sesuatu yang harus dirayakan. Karena pada akhirnya, kita semua satu, satu Indonesia.