Ketika hubungan kami baru berjalan lima bulan, Redo tiba-tiba mengungkapkan niat untuk menikahiku. Saat itu, aku hanya tertawa kecil mengira itu candaan yang manis. Bagiku, terlalu cepat membicarakan pernikahan. Perlahan-lahan, kata-katanya yang semula terasa seperti gurauan mulai terasa nyata.
Bulan demi bulan berlalu, dan kami semakin yakin. Perbincangan tentang pernikahan tidak lagi terasa sekadar lelucon. Redo dengan tekadnya yang kuat, membuktikan bahwa niatnya bukan hanya kata-kata. Dia adalah pria yang selalu berbicara dengan tindakan. Saat dia berkata, "Ayo kita nikah, tahun ini kita persiapkan berkasnya, kita pengajuan dulu, sambil berjalan kita tentukan tanggal pernikahan," pada suatu malam di telepon, aku terdiam, menyadari bahwa kali ini dia benar-benar serius.
Kami mulai membicarakan lebih banyak hal tentang pernikahan. Mulai dari tempat pernikahan, tanggal, hingga kehidupan setelah menikah. Kami berdua sama-sama tidak ingin pernikahan ini hanya menjadi sebuah acara besar, tetapi lebih kepada janji untuk terus bersama, dalam suka dan duka. Kami ingin hidup bersama, membangun rumah tangga yang penuh dengan kebahagiaan dan saling mendukung.
"Jadi, rumah kita mau di mana?" tanyaku suatu hari saat kami sedang memilih tempat untuk tinggal setelah menikah.
Redo tersenyum lebar, senyum yang selalu membuat hatiku tenang. "Kita sementara dirumah dinas di korem dulu, sambil kita belajar mandiri nanti kalau sudah terkumpul tabungan kita gak ada salahnya kita tinggal di luar"
"Doa kita akan selalu bersama," kata Redo suatu malam setelah kami berbicara panjang lebar tentang masa depan.
Aku mengangguk, merasa lega dan bahagia mendengar kata-katanya. Doa memang akan selalu menjadi pegangan kami. Kami percaya bahwa dengan saling mendoakan, segala tantangan yang datang pasti bisa kami lewati bersama.
Pernikahan bukan hanya tentang dua orang yang saling mencintai. Ini adalah perjalanan panjang yang dimulai dengan kepercayaan, komunikasi, dan kerjasama. Kami telah melewati banyak ujian, dan kini kami siap untuk menghadapinya dengan lebih matang. Aku tahu, pernikahan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari babak baru yang lebih indah.
Salah satu hal yang kami bahas adalah anak-anak. Redo sudah sangat ingin menjadi ayah, dan aku juga merasa siap menjadi ibu. Kami membayangkan bagaimana rasanya memiliki anak-anak yang tumbuh di rumah yang penuh dengan cinta dan perhatian. Kami ingin mendidik mereka dengan nilai-nilai yang telah kami pelajari dalam hidup kami: kesederhanaan, kerja keras, dan yang terpenting, cinta tanpa syarat.
Kami tahu, perjalanan ke depan tidak akan selalu mulus. Akan ada rintangan dan tantangan, tetapi dengan saling mencintai dan mendukung, kami yakin bahwa kami akan bisa menghadapinya. Kami akan saling belajar dan tumbuh bersama, menghadapi segala perubahan hidup, dan tetap berjalan seiring.
...
Mempersiapkan Surat di Kelurahan/Desa
Setelah keputusan bulat untuk melangkah ke jenjang pernikahan, Redo dan aku memulai proses pengurusan surat untuk pengajuan nikah dinas. Mengurus surat pernikahan di kelurahan desa bukanlah hal yang sederhana, tetapi kami berdua siap untuk menghadapi segala proses dengan hati yang penuh harapan.
Pagi itu, setelah mempersiapkan semua dokumen yang diperlukan, aku berangkat menuju kantor kelurahan desa. Redo mengingatkan aku untuk tidak panik dan memastikan semua dokumen lengkap. "Jangan khawatir, semuanya pasti lancar," kata Redo dengan senyum menenangkan. Aku hanya mengangguk, meski sedikit gugup.
Sesampainya di kantor kelurahan desa, suasana cukup ramai, akupun segera menuju meja pelayanan untuk memulai pengurusan surat pengantar nikah dari desa dan surat lainnya. Petugas dengan ramah memintaku untuk menyerahkan beberapa dokumen yang sudah aku siapkan, seperti KTP, KK (Kartu Keluarga),
Proses pengurusan surat pengantar nikah ini mengharuskan kami untuk melengkapi beberapa persyaratan administratif lainnya. Redo sudah siap dengan semua dokumen yang dibutuhkan, namun aku merasa sedikit cemas dengan surat izin dari atasan Redo. Redo tahu betul betapa pentingnya surat itu, dan ia meyakinkanku bahwa semuanya akan berjalan lancar.
"Jangan khawatir, semuanya akan selesai dengan baik," kata Redo sambil tersenyum. Ia terlihat begitu tegar dan penuh perhatian. Aku merasa sangat beruntung bisa memiliki dia di sisi.
Setiap langkah yang kami ambil dalam mengurus pernikahan ini mempererat ikatan kami. Kami semakin yakin bahwa tidak ada yang lebih indah selain melangkah bersama dalam kehidupan yang penuh cinta dan kebersamaan. Dengan surat pengantar nikah yang telah kami dapatkan, kami tahu bahwa pernikahan kami semakin dekat. Dan sekarang kami tinggal menunggu surat dari tempat Redo dinas, selangkah lagi kami siap pengajuan nikah dinas.