Hari yang sangat dinantikan akhirnya tiba juga. Hatiku berdebar-debar saat aku memasuki ruang keberangkatan di bandara. Aku melihat sekeliling, suasana hiruk-pikuk di sekitar membuat aku semakin gelisah. Tak sabar rasanya bertemu dengan Redo, ini adalah momen yang sangat penting bagi kami berdua.
Aku duduk dengan tenang, mencoba menenangkan perasaanku yang semakin kacau. Aku menatap layar ponselku, memastikan semua persiapan sudah siap. "Aku akan menjemputmu di bandara, Wulan. Aku sudah sangat menunggu momen ini," kata Redo beberapa hari yang lalu. Pesannya sederhana, tapi sangat berarti.
Setelah beberapa lama, pengumuman untuk penerbanganku terdengar. Aku berdiri dan mengangkat tasku, melangkah dengan langkah pasti menuju gerbang keberangkatan. Sebuah senyuman kecil terbentuk di wajahku saat aku memikirkan bagaimana nanti pertemuan pertama kami bersama keluarganya secara langsung. Sudah dua bulan kami menjalani hubungan ini hanya lewat layar ponsel, dan kali ini, semuanya akan berbeda.
Setibanya aku di Bandara DEO Sorong, suasana terasa begitu berbeda. Aku berjalan keluar menuju area kedatangan, memandang sekeliling untuk mencari Redo. Meski sudah terbiasa mengenal suara dan wajahnya lewat telepon, perasaan ini tetap saja berbeda. Aku terus berjalan, menengok kanan dan kiri, tapi tak juga menemukannya. Aku mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan singkat, "Kamu di mana? Aku sudah di sini."
Tiba-tiba, aku merasakan tangan yang menutupi mataku dari belakang. Aku terkejut dan hampir berteriak, tapi segera aku mengenali sentuhan itu. Aku membalikkan badan dan di depan mataku, tepat di hadapanku, berdiri Redo dengan senyum lebar yang sangat menenangkan. Aku hanya bisa terpana, mengamati wajahnya yang tampak lebih nyata dari sebelumnya ya dia manis seperti biasanya. Tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata betapa bahagianya aku melihatnya.
"Akhirnya kita bertemu, Wulan," katanya dengan suara lembut, memelukku erat. Aku merasa kehangatannya langsung meresap ke dalam hati. Rasa rindu yang selama ini kami tahan, akhirnya bisa dilepaskan. Kami berdiri di sana sejenak, menikmati kebersamaan yang akhirnya menjadi kenyataan. Tidak ada lagi layar ponsel yang memisahkan kami, hanya ada kami berdua di tengah keramaian bandara.
Aku menatapnya dalam-dalam, seolah tak percaya ini semua benar-benar terjadi. Redo menarik tubuhku perlahan, menggenggam tanganku dengan lembut. "Ayo, aku ajak kamu ke rumah saudara. Ada acara keluarga yang sedang berlangsung," katanya, lalu menggiringku menuju motor.
Aku masih tertegun, berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan bahwa aku sekarang ada di Sorong, aku akan dikenalkan langsung dengan keluarga Redo. Perjalanan kami baru saja dimulai. Kami naik motor bersama, dengan aku yang terus memandangi Redo, tak bisa menahan rasa bahagia di hatiku. Kami berbicara tentang banyak hal, mulai dari cuaca Sorong yang berbeda dengan tempat tinggalku, hingga kebiasaan keluarga Redo yang selalu hangat. Sesekali dia tersenyum kepadaku, seolah mengerti bahwa perasaan yang aku rasakan lebih dalam dari sekadar pertemuan biasa. Dan dia juga sangat bahagia bertemu denganku, katanya.
Setelah perjalanan sekitar setengah jam, kami sampai di rumah saudara Redo. Di sana, acara keluarga sedang berlangsung, dengan banyak saudara yang hadir. Suasana rumah tersebut terasa begitu hidup, penuh canda tawa, dan aku merasa sedikit canggung, tetapi Redo selalu ada untuk menenangkanku.
"Kamu akan baik-baik saja, Wulan. Mereka semua sudah menunggumu, itu ada mama" kata Redo sambil menggenggam tanganku.
Semua orang begitu ramah, senang melihat kami berdua, dan aku merasa diterima. Kami duduk bersama keluarga besar Redo, berbincang tentang kehidupan sehari-hari, tentang pekerjaan Redo sebagai tentara, dan tentunya tentang rencana kami ke depannya. Redo tampak sangat bangga memperkenalkanku kepada keluarganya, dan aku bisa melihat dari matanya bahwa ini adalah langkah besar bagi kami.
Tiga hari berlalu dengan cepat, dan pada akhirnya, aku dikenalkan dengan kedua orang tua Redo karena ditempat saudara hanya bertemu mama nya yang kebetulan membantu acara disana. Sejak hari pertama kami bertemu, aku sudah merasa begitu dekat dengan keluarganya, namun kali ini semuanya terasa lebih spesial. Redo mengajak aku berkenalan dengan kedua orang tuanya, dan aku bisa merasakan aura kehangatan dan cinta yang mereka miliki. Aku disambut dengan senyum hangat oleh ibu dan ayah Redo, serta keluarga lainnya. Ada rasa hormat dan keakraban yang terjalin begitu saja.
menghabiskan waktu bersama dengan kedua orang tuanya, berbicara tentang banyak hal. Redo's father, ayah Redo, bercerita tentang masa muda Redo, tentang bagaimana dia tumbuh menjadi seorang tentara yang begitu berdedikasi. Ibu Redo, dengan senyuman lembutnya, mengajakku berbincang tentang kehidupanku, tentang bagaimana aku menjalani kuliah dan masa depanku. Mereka berdua sangat perhatian, menunjukkan rasa sayang yang mendalam. Aku merasa begitu diberkati bisa menjadi bagian dari keluarga mereka, meskipun baru pertama kali bertemu.
Satu hal yang pasti, pertemuan ini membuatku semakin yakin bahwa hubungan ini adalah jalan yang benar untukku. Redo dan keluarganya tidak hanya memberi rasa nyaman, tetapi juga rasa aman. Aku merasa diterima dengan sepenuh hati, dan di sana, aku tahu bahwa aku ingin melangkah lebih jauh bersama Redo. Aku ingin menjadi bagian dari hidupnya, membangun masa depan bersama keluarga yang begitu hangat ini.
Hari itu, saat aku menatap wajah Redo, aku tahu bahwa masa depan kami akan dipenuhi dengan kebahagiaan dan tantangan yang harus kami hadapi bersama. Aku siap untuk semua itu, karena aku yakin, bersama Redo, aku bisa menghadapinya dengan penuh keyakinan.