Chereads / System Koplak / Chapter 12 - Bab 12

Chapter 12 - Bab 12

Setelah beberapa hari bekerja di istana, Lucky merasa beruntung mendapatkan kesempatan ini. Dia diberikan ruang khusus di dalam istana, sebuah atelier yang dipenuhi dengan cahaya alami yang membuat suasana menjadi inspiratif. Dikelilingi oleh berbagai alat dan bahan, Lucky mulai merancang beberapa desain untuk guci yang diminta Raja Alexander sebagai hadiah ulang tahun untuk permaisuri.

Lucky menghabiskan waktu berjam-jam menggambar sketsa, menciptakan berbagai bentuk dan ornamen yang akan menghiasi guci. Dia ingin menciptakan sesuatu yang tidak hanya indah, tetapi juga memiliki makna mendalam. Dia memikirkan elemen-elemen yang mewakili cinta, keanggunan, dan keindahan, serta bagaimana setiap detail dapat mencerminkan rasa hormat dan kasih sayang Raja kepada permaisuri.

Namun, ide-ide Lucky tidak berhenti di situ. Dia juga terinspirasi untuk membuat sebuah pintu yang terbuat dari kaca, yang bisa menjadi tambahan yang menawan untuk istana. Pintu ini bukan hanya akan berfungsi sebagai akses, tetapi juga sebagai karya seni yang dapat memukau siapa saja yang melihatnya. Lucky membayangkan pintu tersebut dihiasi dengan motif bunga dan dedaunan yang melambangkan keindahan alam, serta menginginkan efek cahaya yang menakjubkan saat sinar matahari menembus kaca.

Kedua proyek ini menjadi fokus utama Lucky. Dia bekerja dengan tekun, melakukan eksperimen dengan berbagai teknik dan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan. Setiap kali dia memandang hasil kerjanya, dia merasakan kebanggaan semakin tumbuh. Dia ingin memastikan bahwa kedua karya ini akan menjadi yang terbaik, dan bisa menyentuh hati permaisuri serta mendapatkan pengakuan dari Raja.

Dalam prosesnya, Lucky juga mulai berbicara dengan beberapa pengrajin kaca lainnya di istana, berharap mereka bisa memberikan masukan atau bantuan dalam menciptakan karya-karya ini. Kolaborasi dengan mereka membantunya untuk mendapatkan perspektif baru dan memperluas kemampuannya dalam seni pembuatan kaca.

Hari demi hari, semangat Lucky semakin membara. Dia tidak hanya bekerja untuk memenuhi permintaan Raja, tetapi juga untuk mengekspresikan jiwanya melalui setiap goresan dan bentuk yang ia ciptakan. Dalam pikiran Lucky, guci dan pintu kaca ini bukan hanya sekadar barang fisik; mereka adalah simbol dari dedikasi dan cinta yang luar biasa, yang akan diingat selamanya di istana.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Lucky merasa berdebar-debar saat dia membawa guci cantik yang telah dia buat ke hadapan Raja Alexander. Guci tersebut dihiasi dengan gambar naga dan phoenix, simbol kekuatan dan keabadian. Setiap detail pada guci tersebut dikerjakan dengan teliti, menciptakan kesan yang megah dan anggun. Naga yang melambangkan keberanian dan kekuatan, serta phoenix yang melambangkan kelahiran kembali dan keindahan, keduanya berpadu sempurna, menciptakan karya seni yang tidak hanya memukau, tetapi juga penuh makna.

Selain guci, Lucky juga menyelesaikan pintu gerbang istana yang terbuat dari kaca. Pintu ini dihiasi dengan gambar berwarna-warni yang menggambarkan keindahan alam, bunga-bunga yang bermekaran, dan kehidupan yang bersemarak. Saat sinar matahari menyinari kaca, warna-warna tersebut memancarkan cahaya yang menakjubkan, menciptakan suasana yang penuh keajaiban di depan gerbang istana.

Ketika Lucky mempersembahkan kedua karya tersebut kepada Raja Alexander, ekspresi wajah Raja berubah menjadi kekaguman. "Lucky," katanya dengan suara yang penuh rasa bangga, "ini luar biasa! Kamu telah menciptakan sesuatu yang tidak hanya indah, tetapi juga sangat bermakna. Mungkin hanya dirimu yang bisa membuat hal seperti ini di dunia ini."

Raja merasa terharu melihat betapa dalamnya perasaan yang dituangkan Lucky dalam setiap karyanya. Dia tahu bahwa hadiah ini akan membuat permaisuri sangat bahagia dan merasa dihargai. Tidak hanya itu, Raja juga merasakan kebanggaan memiliki seorang pengrajin berbakat seperti Lucky di dalam istananya.

Sebagai tanda terima kasih atas dedikasi dan kerja keras Lucky, Raja Alexander mengundangnya untuk datang ke pesta ulang tahun permaisuri. "Kamu harus hadir dan merayakan hari istimewa ini bersamaku dan permaisuri. Karyamu akan menjadi sorotan malam ini," lanjut Raja dengan antusias.

Lucky merasa sangat terhormat dan bahagia mendengar undangan tersebut. Dia tahu bahwa pesta itu akan menjadi momen berharga, di mana karyanya akan dipamerkan dan diakui oleh semua yang hadir. Dengan semangat yang membara, Lucky menerima undangan itu, bertekad untuk merayakan keberhasilannya bersama Raja dan permaisuri, serta menikmati momen berharga yang telah dia ciptakan dengan penuh cinta dan dedikasi.

Hari itu, istana dipenuhi dengan cahaya dan nuansa ceria saat semua tamu, termasuk kalangan atas dan kaum bangsawan, berkumpul untuk merayakan ulang tahun permaisuri. Ketika mereka melihat pintu gerbang yang terbuat dari kaca, mereka terpesona oleh keindahan dan keanggunannya. Pintu tersebut berkilau di bawah cahaya, menampilkan gambar berwarna-warni yang menciptakan suasana magis di sekitar. Tidak hanya itu, gelas-gelas kaca berwarna yang dipajang di seluruh ruangan juga menjadi sorotan. Setiap gelas dikerjakan dengan detail yang luar biasa, mencerminkan keterampilan luar biasa Lucky.

Raja Alexander dengan bangga menerima pujian dari para tamu. "Semua ini berkat Lucky," katanya, menunjukkan pengrajin muda yang berdiri di sampingnya. Rasa syukur dan bangga terpancar di wajah Raja, melihat bagaimana karya Lucky berhasil mencuri perhatian dan hati semua orang.

Namun, di tengah suasana gembira itu, Claudia, selir Raja Alexander, menangkap pandangan Lucky. Ada sesuatu tentang wajahnya yang membuatnya merasa bahwa dia pernah melihatnya sebelumnya. Dia memfokuskan pandangannya untuk memastikan, dan saat pandangan mereka bertemu, rasa tidak nyaman menyelimuti Lucky.

Lucky merasakan jantungnya berdebar. Dia ingat insiden yang terjadi sebelumnya, ketika dia menipu Claudia dengan menampar pantatnya dalam situasi yang tidak pantas. Perasaan bersalah dan takut mulai menghantuinya, membuatnya merasa canggung di tengah keramaian.

Claudia, di sisi lain, merasa bingung. Kenangan itu muncul kembali, dan dia mulai merasa curiga. Dia tidak bisa mengabaikan ketegangan yang ada di antara mereka. Meskipun dia berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada pesta, pikiran tentang Lucky terus menghantuinya.

Raja yang tidak menyadari ketegangan ini, melanjutkan perayaan dengan antusiasme, berterima kasih kepada semua yang telah hadir dan menghargai karya Lucky. Namun, di dalam hati Lucky dan Claudia, ada sebuah ketegangan yang tidak terucapkan, sebuah rahasia yang bisa mengubah arah malam itu jika terungkap.

Sambil berusaha untuk tetap profesional, Lucky berdoa agar malam ini akan berlalu tanpa masalah, berharap bahwa masa lalu tidak akan mengganggu momen berharga yang telah dia ciptakan dengan kerja keras dan dedikasinya.

Saat suasana pesta semakin meriah, Claudia mendekati Raja Alexander dan berbisik lembut, "Aku juga ingin dibuatkan pintu seperti ini di kamarku. Keindahan pintu itu benar-benar memukau."

Mendengar kata-kata Claudia, jantung Lucky berdebar kencang. Rasa takut menyelimuti dirinya. Dia mulai menerka-nerka dalam pikirannya, apakah Claudia akan memberitahu Raja tentang insiden yang pernah terjadi antara mereka. Ketegangan itu semakin terasa, dan dia mulai merasa terjebak dalam ketidakpastian.

Keesokan harinya, setelah pesta berakhir, Lucky dipanggil kembali ke ruangan Raja. Ketika dia memasuki ruangan, dia melihat Raja Alexander duduk di kursi, sementara Claudia berdiri di sampingnya. Ekspresi Lucky langsung berubah menjadi ketakutan. Dia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Tiba-tiba, Raja Alexander memecah keheningan, "Ah, Lucky, kamu tidak perlu begitu hormat kepadaku. Aku memiliki pekerjaan untukmu." Suara Raja terdengar tenang dan penuh keyakinan. "Kali ini, Claudia meminta kamu untuk membuat pintu seperti itu di kediamannya."

Mendengar permintaan itu, Lucky merasa sedikit lega tetapi juga terkejut. Dia tidak menyangka bahwa Claudia ingin memiliki pintu yang sama. Di satu sisi, ini adalah kesempatan besar baginya untuk menunjukkan bakatnya lagi, tetapi di sisi lain, rasa takut akan masa lalu yang mungkin terungkap tetap menghantuinya.

Claudia memandang Lucky dengan ekspresi antusias, seolah-olah dia tidak menyadari ketegangan yang ada di antara mereka. "Aku ingin pintu itu menjadi pusat perhatian di kamarku. Tolong, Lucky, buatlah seindah mungkin," ujarnya dengan semangat.

Lucky mengangguk, berusaha menyembunyikan rasa cemasnya. "Tentu, Yang Mulia. Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi permintaan itu," jawabnya dengan suara yang bergetar.