Setelah semua pekerjaan di istana selesai, Lucky pun kembali ke rumahnya. Dia merasa lega dan bersantai di kamar, menikmati momen tenang setelah melewati banyak tantangan. Sambil melihat jendela statusnya, dia menyadari bahwa misinya telah diselesaikan dan kultivasinya meningkat menjadi Warrior Bintang 3.
Namun, ada satu hal yang mengganggu pikirannya. Dia kembali bertanya kepada System, "Mengapa aku masih tidak mendapatkan Atribut Elemen?"
"Hahaha, bocah, bukankah kamu belum menyelesaikan misi untuk menculik selir?" jawab System dengan nada menggoda.
"Dasar System Koplak! Aku hampir saja tidak bisa keluar dari istana itu!" ucap Lucky dengan kesal, meskipun ada sedikit tawa di baliknya.
"Bukankah meminjam selir dan membawanya ke sini selama 3 hari itu tidak masalah? Lagi pula, untuk saat ini, dia juga membutuhkanmu," ucap System sambil terus menggodanya.
"Oh, jadi selama ini kamu melihatku melakukannya?" tanya Lucky, merasa agak terkejut.
"Ya, itu juga sebagian dari jalan kultivasi. Apakah kamu tidak menyadarinya? Kekuatanmu juga meningkat," jawab System, menjelaskan dengan nada yang lebih serius.
Lucky terdiam sejenak, merenungkan kata-kata System. Dia memang merasakan peningkatan kekuatan, tetapi tidak menyadari bahwa peristiwa yang terjadi juga berkontribusi pada pertumbuhannya. "Baiklah, jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanyanya, bertekad untuk mengambil langkah selanjutnya.
"Kamu perlu menyelesaikan misi ini dan membawa selir ke sini. Itu akan membantumu mendapatkan Atribut Elemen yang kamu inginkan. Ingat, setiap langkah yang kamu ambil adalah bagian dari perjalananmu," jawab System dengan bijak.
Lucky mengangguk, menyadari bahwa dia harus lebih fokus dan berani mengambil risiko. "Baiklah, aku akan melakukannya. Aku tidak akan membiarkan kesempatan ini terlewat."
Setelah menyelesaikan tugas dan mendapatkan banyak hadiah dari Raja, Lucky merasa sangat beruntung. Di antara hadiah tersebut, terdapat bahan-bahan langka seperti Nadi Darah Naga, Inti monster Great Wolf tingkat 3, dan Ekor Flame Scorpions. Dengan semua bahan ini, Lucky berencana untuk menggabungkannya dan membuat beberapa senjata yang kuat.
"Di dalam dunia yang keras ini, aku tidak bisa hanya bergantung pada kekuatan kultivasiku saja," gumamnya, menyadari pentingnya persenjataan dalam pertempuran.
Kali ini, Lucky berniat untuk menggunakan pengetahuan modern yang dia miliki dalam menciptakan senjata. Dia mulai bekerja dengan tekun, menggabungkan bahan-bahan yang telah didapatnya.
Setelah beberapa saat, akhirnya terbentuklah sebuah senjata yang dia beri nama "DeathGun." Senjata ini berbentuk pistol dari abad ke-18, dihiasi dengan aksen kepala serigala yang mengesankan. DeathGun dapat menembakkan tiga peluru sekaligus, dengan batu spiritual sebagai sumber daya. Dengan kemampuan yang dimilikinya saat ini, Lucky yakin bahwa membuat senjata tingkat 3 tidak akan sulit baginya.
Namun, Lucky tidak berhenti di situ. Dia juga menciptakan senjata lain sebagai kartu as-nya, yaitu sebuah Bazooka satu tangan. Senjata ini berada di level 3 tingkat tinggi. Kelebihan dari senjata ini adalah memiliki serangan ledak yang sangat besar dan cukup kuat untuk membunuh seorang Kultivator Bintang 8 atau yang lebih tinggi. Namun, ada satu kekurangan: setiap kali menembak, senjata ini akan mengonsumsi 100 batu spiritual.
Lucky menyadari bahwa harga 1 biji batu spiritual tingkat rendah di dunia ini adalah 1000 koin emas. Dengan begitu, dia pasti akan berpikir dua kali sebelum menggunakan senjata ini dalam pertarungan.
Menyadari semua ini, Lucky merasa bangga dengan hasil kerjanya, tetapi juga waspada. Dia tahu bahwa dalam dunia yang penuh bahaya ini, keputusan yang tepat sangat penting, terutama ketika berurusan dengan senjata yang memiliki kekuatan besar. Dengan DeathGun dan Bazooka di tangannya, Lucky merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan yang akan datang.
Tak lama kemudian Hendric pun datang dengan tergesa gesa,dia mengatakan bahwa Araint sedang memiliki masalah di toko.
Melihat situasi yang tidak menyenangkan di depan toko, Lucky merasa cemas. Hendric yang datang dengan tergesa-gesa telah memperingatkannya tentang masalah yang dihadapi Araint, dan sekarang dia melihat Araint dikelilingi oleh para Blacksmith keluarga HongFeng yang tampak marah.
"Hei, apa yang terjadi di sini?" tanya Lucky, mencoba menenangkan suasana.
Salah satu Blacksmith yang paling menonjol, dengan tatapan tajam, menjawab, "Kami tidak puas dengan kualitas senjata yang dijual di toko ini! Ini sangat buruk dan tidak layak untuk digunakan!"
Araint tampak tertegun dan bingung, berusaha menjelaskan, "Kami hanya menjual apa yang bisa kami buat. Kami sedang berusaha meningkatkan kualitas, tetapi..."
Melihat situasi yang tidak menyenangkan di depan toko, Lucky merasa cemas. Hendric yang datang dengan tergesa-gesa telah memperingatkannya tentang masalah yang dihadapi Araint, dan sekarang dia melihat Araint dikelilingi oleh para Blacksmith keluarga HongFeng yang tampak marah.
"Hei, apa yang terjadi di sini?" tanya Lucky, mencoba menenangkan suasana.
Salah satu Blacksmith yang paling menonjol, dengan tatapan tajam, menjawab, "Kami tidak puas dengan kualitas senjata yang dijual di toko ini! Ini sangat buruk dan tidak layak untuk digunakan!"
Araint tampak tertegun dan bingung, berusaha menjelaskan, "Kami hanya menjual apa yang bisa kami buat. Kami sedang berusaha meningkatkan kualitas, tetapi..."
"Usaha itu tidak cukup!" potong Blacksmith lainnya. "Kami tidak bisa membiarkan toko ini mencemari reputasi kami sebagai pengrajin senjata terbaik di kota ini!"
Lucky langsung merasakan ketegangan di udara. Dia tahu bahwa reputasi Araint dan tokonya sangat penting, terutama jika mereka ingin bersaing di pasar yang ketat ini. "Tunggu sebentar," ucapnya, mengalihkan perhatian kepada para Blacksmith. "Jika ada masalah dengan kualitas, kami bisa membicarakannya dengan baik. Mari kita cari solusinya bersama."
Situasi semakin tegang ketika Grey, Blacksmith yang keras kepala itu, bersikeras untuk menutup toko Araint. Lucky merasa perlu untuk bertindak lebih tegas.
"Ah, jika begitu, Tuan Grey, bisakah Anda menunjukkan di mana kesalahan kami?" tanya Lucky dengan nada merendah, berusaha meredakan suasana.
Grey, dengan penuh percaya diri, mengambil salah satu pedang yang ada di toko dan memukulnya dengan pedang buatannya sendiri. "Lihatlah betapa buruknya kualitas pedang ini!" ucapnya, menunjukkan kepada kerumunan yang menyaksikan.
Namun, Lucky merasa ada yang tidak beres. Dia segera mengambil gagang pedang yang patah itu dan membuka hulunya. "Tidak ada nama di sini," ucapnya sambil menunjukkan kepada semua orang. "Ini bukan senjata buatan saya."
Dia kemudian membandingkan pedang yang patah itu dengan senjata buatan dirinya sendiri. Ketika mereka mengadu kembali, kali ini senjata buatan Grey yang patah. Kerumunan mulai memandang Grey dengan rasa jijik dan merendah, menyadari bahwa kualitas senjata yang ditunjukkan oleh Grey tidak sebanding dengan yang dibuat oleh Lucky.
Meskipun begitu, Grey yang sudah tersulut emosi tetap mencari cara untuk menutup toko tersebut. "Lihatlah, aku punya Lencana Blacksmith Bintang 2, sementara kalian tidak punya sertifikat untuk membuka toko!" ujarnya dengan nada menantang.
Lucky tidak menyerah. "Hahaha, jika itu masalahnya, aku akan mendapatkannya!" balas Lucky dengan percaya diri.
Grey mencibir, "Cuih, bocah! Apa kau bercanda? Jika kau bisa mendapatkan Lencana Blacksmith yang lebih tinggi dariku dalam waktu satu bulan, aku akan berhenti mengganggu mu."
Tantangan itu membuat suasana semakin panas. Lucky menatap Grey dengan tekad. "Aku akan membuktikan bahwa kami bisa menjadi lebih baik! Dalam waktu satu bulan, aku akan mendapatkan Lencana Blacksmith yang lebih tinggi dari milikmu!"
Kerumunan mulai berbisik, tertarik dengan tantangan ini. Lucky tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk membuktikan kemampuannya dan juga untuk menyelamatkan toko Araint. Dengan semangat baru, dia bersiap untuk menghadapi tantangan yang ada di depan.