Dengan semangat yang membara, Lucky dan Hendric melangkah lebih jauh ke dalam Kota Logam. Mereka melewati kerumunan, menyaksikan para pandai besi bekerja dengan penuh dedikasi, menciptakan senjata dan peralatan yang tak hanya fungsional, tetapi juga indah. Setiap toko memamerkan karya-karya yang mengagumkan, dan Lucky merasa terinspirasi oleh keahlian yang ditunjukkan oleh para pengrajin.
Ketika Lucky sedang berjalan di Kota Logam, matanya tertuju pada pemandangan yang menyedihkan: banyak manusia dan berbagai ras lain terkurung di dalam sangkar besi. Melihat perhatian Lucky yang terfokus pada mereka, Hendric menjelaskan, "Di kota ini, perbudakan memang dilegalkan. Ini berbeda dengan Kerajaan Enhorien kita, di mana raja sangat menolak praktik perbudakan."
Lucky merasa hatinya tertekan oleh pemandangan itu. Setelah mempertimbangkan dengan cermat, dia mulai berpikir tentang ide untuk membeli seorang budak wanita. Dia tahu bahwa System Koplak kadang-kadang memberikan misi yang aneh dan sedikit cabul, dan mungkin memiliki seorang budak bisa membantunya dalam hal itu.
Namun, setelah mendengar bahwa harga seorang budak mencapai satu juta koin emas, Lucky segera mengurungkan niatnya. "Satu juta koin? Itu terlalu mahal," pikirnya. Dia merasa bahwa ada cara lain untuk mencapai tujuannya tanpa harus terlibat dalam sistem perbudakan yang tidak adil. Dengan tekad, Lucky melanjutkan langkahnya, bertekad untuk mencari jalan yang lebih baik dalam perjalanannya.
Sementara itu, di dalam istana Kerajaan Enhorien, Claudia duduk di taman yang sepi, memikirkan pemuda yang telah mencuri perhatiannya, Lucky. Kenangan akan pelukan hangat dan kecupan manis yang mereka bagi masih terbayang jelas dalam benaknya. Setiap detik yang berlalu membuatnya merasa semakin rindu.
Claudia merasakan campuran harapan dan keraguan dalam hatinya. Dia bertanya-tanya apakah Lucky benar-benar akan membantunya untuk membuatnya hamil, seperti yang pernah mereka bicarakan. Dalam situasi yang sulit ini, di mana raja Alexander tidak mampu memberikan apa yang dia inginkan, Claudia merasa terjebak antara tanggung jawabnya sebagai selir dan keinginannya untuk menjadi seorang ibu.
Dia menatap langit, berharap bahwa Lucky akan segera kembali dan bahwa mereka bisa bersama lagi. Claudia tahu bahwa keputusannya tidak hanya akan mempengaruhi dirinya, tetapi juga nasib kerajaan. Namun, cinta dan harapan membuatnya berani bermimpi, meskipun di tengah ketidakpastian.
Akhirnya mereka berdua pun sampai di gedung Asosiasi Blacksmith.
Mereka di sambut oleh seorang resepsionis wanita yang ramah.
Lucky bertanya "Dimana tempat untuk menguji kemampuan Blacksmith dan mendapatkan Lencana."
Resepsionis itu pun kembali bertanya,'Ujian level berapakah yang ingin tuan ambil?"
"Level 3," jawab Lucky tanpa ragu.
Reaksi resepsionis dan Hendric yang tidak percaya terhadap pernyataan Lucky tentang tingkat Blacksmith-nya menambah ketegangan dalam suasana. Resepsionis, dengan senyuman ramah yang mulai meragukan, menatap Lucky dengan penuh perhatian.
"Maaf, tuan. Apakah Anda yakin ingin mengambil ujian level 3? Biasanya, banyak Blacksmith yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai level tersebut," tanyanya, masih berusaha memastikan bahwa dia tidak salah dengar.
Hendric, yang berdiri di samping Lucky, mengangguk setuju dengan kekhawatirannya. "Aku setuju. Usia 20 tahun dan sudah mencapai level 3? Itu pencapaian yang luar biasa, Lucky. Tapi apakah kamu yakin kamu siap untuk ujian ini?," dia bertanya dengan nada khawatir namun penuh dukungan.
Lucky, meskipun merasakan keraguan di sekitarnya, tetap tenang dan percaya diri. "Saya yakin. Saya telah belajar banyak dan memiliki teknik yang unik. Saya siap untuk membuktikannya," jawabnya tegas, menunjukkan keyakinan yang tulus.
Resepsionis itu melihat determinasi di wajah Lucky, dan setelah beberapa saat berpikir, dia akhirnya mengangguk. "Baiklah, jika Anda yakin, saya akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk ujian level 3 Anda. Silakan ikuti saya."
Dengan itu, Resepsionis mulai memimpin mereka menuju area ujian, sementara Hendric tetap di samping Lucky, memberikan dukungan moral yang dia butuhkan. Ini adalah langkah penting bagi Lucky, dan mereka berdua tahu bahwa perjalanan ini akan menentukan masa depannya sebagai Blacksmith.
Ketegangan di udara semakin meningkat saat Lucky bersiap untuk menguji kemampuannya di hadapan Kalan, tetua agung yang memiliki reputasi tinggi di kalangan Blacksmith. Resepsionis menjelaskan tujuan kedatangan mereka dengan rinci, dan Kalan mendengarkan dengan seksama, matanya menyiratkan rasa ingin tahu dan skeptisisme.
Ketika ujian dimulai, Lucky mengambil posisi di depan Anvil khusus pengukur kekuatan. Dengan Dual Cross Hammer di tangannya, ia bisa merasakan getaran kekuatan yang mengalir melalui tubuhnya. Semua mata tertuju padanya, termasuk Kalan yang tidak ingin melewatkan momen penting ini.
Lucky mengangkat palunya dan dengan penuh konsentrasi memukul Anvil level 3. Suara dentingan yang kuat menggema di ruangan itu, dan seketika, Anvil yang seharusnya tahan banting itu hancur berkeping-keping. Kejadian itu membuat suasana menjadi hening sejenak, sebelum suara keheranan dan kekaguman memenuhi ruangan.
Kalan, yang biasanya tenang dan penuh wibawa, terbelalak melihat apa yang baru saja terjadi. "Ini... tidak mungkin," gumamnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja disaksikannya. "Seorang pemuda berumur 20 tahun bisa menghancurkan Anvil level 3 dengan satu pukulan? Ini adalah tanda bakat yang luar biasa!"
Resepsionis dan Hendric juga terkejut, tidak bisa menyembunyikan ekspresi kagum mereka. Mereka semua tahu bahwa ini adalah momen penting yang akan mengubah jalur perjalanan Lucky sebagai Blacksmith.
Kalan, setelah mengumpulkan kembali pikirannya, menatap Lucky dengan serius. "Anak muda, bakatmu sangat luar biasa." gumamnya.
Kejadian menakjubkan itu terus berlanjut saat Kalan, yang kini tampak semakin terpesona, memutuskan untuk menguji batas kemampuan Lucky lebih jauh. "Bawa aku Anvil level 4," perintahnya kepada seorang petugas dengan semangat yang baru.
Petugas itu segera menghilang dan kembali dengan Anvil level 4 yang tampak kokoh dan berat. Lucky, dengan penuh percaya diri, mengambil posisi di depan Anvil sekali lagi. Dengan tenaga dan konsentrasi yang sama, ia memukul Anvil tersebut. Dentingan yang nyaring menggema di seluruh aula, dan seketika, Anvil level 4 itu hancur menjadi serpihan.
Kegemparan menyebar di antara yang hadir. Kalan, meski terkejut, tetap berusaha menjaga wibawanya. "Bawa Anvil level 5!" serunya, tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mengukur kemampuan luar biasa Lucky.
Ketika Anvil level 5 dibawa masuk, suasana semakin tegang. Semua mata tertuju pada Lucky, dan Kalan menatapnya dengan harapan dan rasa ingin tahu. Lucky merasa beban tanggung jawab semakin berat, tetapi semangatnya tidak pudar. Ia bersiap sekali lagi, mengangkat palu dan memfokuskan seluruh kekuatannya.
Saat palu menghantam Anvil level 5, guncangan hebat mengguncang seluruh aula Gedung Asosiasi. Suara dentingan yang menggelegar diikuti dengan suara retakan kencang, dan dalam sekejap, Anvil level 5 itu juga hancur berkeping-keping. Getaran yang dihasilkan membuat debu beterbangan dan menyebabkan beberapa lampu bergetar di langit-langit.
Kalan kini benar-benar tertegun, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. "Ini... ini benar-benar luar biasa," ujarnya, suaranya hampir tidak terdengar. "Kamu bukan hanya seorang Blacksmith tingkat 3, tetapi kemampuanmu jauh melampaui itu. Kamu memiliki potensi yang belum pernah saya lihat sebelumnya."
Seluruh aula dipenuhi dengan bisikan kagum dari para penonton, dan Hendric tidak bisa menahan senyumnya, merasa bangga terhadap temannya. Lucky, di tengah semua perhatian ini, merasa campur aduk antara kebanggaan dan rasa tanggung jawab yang baru.
Saat Lucky ingin melanjutkan ujiannya kembali,Kalan berkata "Maafkan aku anak muda,sayang sekali Asosiasi Cabang Blacksmith kami Hanya bisa menguji sampai level 5.
Oleh karena itu kamu hanya bisa mendapatkan Lencana level 5 yang sama dengan ku."
Kalan kembali menambahkan "Ada pun untuk mendapatkan Lencana tertinggi kamu harus pergi ke pusat Asosiasi Blacksmith."
Namun Lucky pun menjawab dengan rendah hati. "Senior ku rasa level 5 saja sudah cukup untuk ku."