Ketika malam tiba, terlihat Lucky sedang duduk sendiri di kasurnya, merenung tentang hari yang telah berlalu. Suasana di sekelilingnya tenang, tetapi pikirannya tidak bisa tenang. Tiba-tiba, seseorang misterius dengan mengenakan jubah hitam langsung masuk ke kamarnya tanpa dia sadari.
Lucky pun sangat terkejut dengan kehadiran orang itu. Dalam keadaan terkejut, dia mencoba untuk mengenali sosok yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Saat orang itu mulai membuka jubahnya, Lucky terperangah. Ternyata, itu adalah Claudia.
"Claudia!" pikir Lucky dalam hati, merasa campur aduk antara senang dan bingung. Dia bertanya-tanya apa tujuan Claudia datang sembunyi-sembunyi ke kamarnya di tengah malam.
"Shhht," ucap Claudia sambil mengangkat jari telunjuknya di bibir, memintanya untuk tidak berisik. "Jangan berisik," bisiknya.
Lucky menahan napas, merasa ketegangan di udara. "Ada beberapa hal kecil yang ingin aku bicarakan denganmu," lanjut Claudia, suaranya rendah dan serius.
"Kenapa kamu datang ke sini, Claudia? Ini sangat berbahaya," ujar Lucky, mencoba menahan kecemasan dalam suaranya. Dia tahu bahwa jika ada yang melihat mereka berdua, itu bisa menjadi masalah besar.
Claudia melangkah lebih dekat, wajahnya terlihat tegas namun juga penuh rasa ingin tahu. "Aku tahu ini berisiko, tetapi aku perlu berbicara denganmu tentang sesuatu yang penting," katanya. "Ada hal-hal yang sedang terjadi di istana, dan aku butuh bantuanmu."
Lucky merasa jantungnya berdegup kencang. "Apa yang terjadi? Apa yang bisa aku bantu?" tanyanya, merasa bahwa situasi ini semakin rumit.
Claudia menatapnya dalam-dalam, seolah-olah mencari kejujuran dalam dirinya.
Claudia mulai menceritakan keadaan yang memprihatinkan di istana. "Selama beberapa tahun ini, banyak para petinggi yang ingin merebut kekuasaan. Mereka ingin menggulingkan sang raja karena dia sampai saat ini masih tidak memiliki keturunan," ungkapnya dengan nada serius.
Dia melanjutkan, "Raja sebenarnya memiliki keinginan untuk memiliki keturunan, tetapi ada hal yang menghalanginya. Karena sebuah teknik kultivasi yang dipelajari oleh raja, hingga saat ini dia tidak bisa mendapatkan keturunan."
Lucky terkejut mendengar penjelasan itu. "Jadi, apakah kamu bisa menyembuhkan penyakitnya?" tanya Claudia penuh harap.
Lucky pun terdiam sejenak, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja didengarnya. Dia kemudian bertanya kembali, "Apakah maksudmu raja itu mandul?" ucapnya sambil menyeringai, merasa sedikit tidak percaya dengan situasi yang dihadapi.
Claudia menatap Lucky dengan serius, "Ini bukan lelucon, Lucky."
Lucky pun kembali berkata dengan nada mengejek, "Jadi sampai saat ini kau masih perawan?" ucapnya sambil tersenyum nakal.
Wajah Claudia pun langsung memerah saat mendengarnya, seolah terkejut dan tidak tahu harus merespons bagaimana.
Lucky, dengan rasa ingin tahunya yang semakin besar, kembali mendekatkan wajahnya ke wanita itu dan berkata pelan, "Jadi imbalan apa yang akan aku dapat jika membantu mu?"
Claudia menatap Lucky dengan tatapan tajam, "Ah, apakah kamu tidak takut dengan hukuman mati?" ucapnya mengancam, meskipun ada nada bercanda di suaranya.
Lucky terkekeh dan menjawab, "Hemmm, bukankah kesepakatan itu telah selesai, ketika aku membantu mu membuatkan pintu dan sebagiannya?"
Dia merasa suasana di antara mereka semakin tegang namun juga menggelikan. Lucky tahu bahwa dia sedang bermain dengan api, tetapi ada sesuatu dalam diri Claudia yang membuatnya ingin terus mengeksplorasi hubungan ini.
Claudia menggigit bibirnya, berusaha menahan senyum. "Kamu memang selalu bisa membuatku tersenyum di saat-saat sulit," katanya, meski masih mencoba mempertahankan keseriusannya. "Tapi ini bukan hanya tentang kita. Ini tentang raja dan nasib kerajaan."
Lucky mengangguk, menyadari bahwa meskipun mereka saling menggoda, situasi yang mereka hadapi sangat serius. "Baiklah, mari kita fokus pada rencana kita. Aku akan membantumu, tetapi kita perlu memastikan semuanya berjalan dengan lancar," katanya, kembali serius.
Claudia mengangguk setuju, rasa cemas di wajahnya mulai berkurang. "Terima kasih, Lucky. Aku tahu aku bisa mempercayaimu," ujarnya, dan untuk sejenak, mereka berdua merasakan ikatan yang lebih kuat di antara mereka.
Lucky bertanya kembali sambil menggodanya, "Lalu bagaimana cara aku membantu mu?" Suaranya penuh dengan nada menggoda, berharap bisa mencairkan suasana tegang di antara mereka.
Claudia hanya bisa terdiam, wajahnya memerah akibat godaan Lucky. Dia memalingkan wajahnya, berniat untuk pergi, dan berkata, "Jika kamu tidak ingin membantu, maka lupakan saja."
Namun, Lucky tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menyelesaikan misinya. Dia langsung memeluk wanita itu dengan lembut, membuatnya kembali duduk. Tidak ada sedikit pun tanda perlawanan dari Claudia, seolah terjebak dalam momen itu.
Lucky bertanya kembali sambil menggodanya, "Lalu bagaimana cara aku membantu mu?" Suaranya penuh dengan nada menggoda, berharap bisa mencairkan suasana tegang di antara mereka.
Claudia hanya bisa terdiam, wajahnya memerah akibat godaan Lucky. Dia memalingkan wajahnya, berniat untuk pergi, dan berkata, "Jika kamu tidak ingin membantu, maka lupakan saja."
Namun, Lucky tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menyelesaikan misinya. Dia langsung memeluk wanita itu dengan lembut, membuatnya kembali duduk. Tidak ada sedikit pun tanda perlawanan dari Claudia, seolah terjebak dalam momen itu.
"Bagaimana mungkin aku bisa membiarkan bidadari sepertimu pergi begitu saja?" ucap Lucky berbisik, suaranya lembut namun penuh makna.
Claudia merasa jantungnya berdebar. Dia tidak menyangka Lucky akan melakukan hal seperti itu. "Lucky..." suaranya bergetar, tetapi dalam hatinya, dia juga merasakan ketegangan yang sama. "Ini bukan saatnya untuk bercanda."
"Siapa bilang aku bercanda?" balas Lucky, tetap memandangnya dengan serius. "Kita bisa bersama-sama menyelesaikan masalah ini. Aku akan membantumu, tapi aku perlu tahu dengan pasti apa yang harus kita lakukan."
Namun, tanpa sempat Claudia menjawab sepatah kata pun, Lucky langsung melumat bibir wanita itu dengan lembut. Momen itu terasa seperti sihir, seolah-olah mereka berdua terjebak dalam dunia mereka sendiri.
Claudia, seperti seorang wanita yang sudah lama tidak disentuh, hanya mengikuti apa yang ingin Lucky lakukan. Rasa bingung dan ketegangan dalam hatinya perlahan-lahan menghilang, tergantikan oleh perasaan hangat yang menyebar di seluruh tubuhnya.
Setelah beberapa saat, Claudia membalikan tubuhnya dan memeluk Lucky dengan erat. Mereka berdua terjebak dalam keintiman yang tak terduga. Selang beberapa saat, akhirnya Lucky pun melepaskan ciumannya, membiarkan mereka berdua bernapas dalam keheningan yang penuh makna.
Hingga kini, Claudia terdiam di atas pangkuan Lucky dengan wajah yang sangat merah. Dia merasa campur aduk antara rasa malu dan kebahagiaan. Namun, dalam hatinya, ada rasa lega karena mereka berdua kini saling mengerti satu sama lain lebih dalam.
"Lucky..." suara Claudia bergetar, "Apa yang baru saja kita lakukan?"
Lucky tersenyum, menatapnya penuh kasih. "Kadang, kita perlu mengungkapkan perasaan kita, meskipun dalam situasi yang rumit seperti ini. Aku tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mengenalmu lebih baik."
Claudia menatapnya, merasakan ketulusan dalam kata-kata Lucky. "Aku tahu, dan aku juga merasakan hal yang sama. Tapi kita harus fokus pada misi kita," ujarnya, berusaha mengalihkan perhatian dari perasaan yang baru saja muncul.
Lalu, Claudia bertanya, "Lalu apa rencanamu untuk membantuku?"
Lucky pun tersenyum, menjawab, "Aku akan menanamkan benihku di sini," sambil menyentuh perut bagian bawah Claudia dengan lembut.
Claudia terdiam, tidak bisa berbicara. Dia menyadari bahwa tidak ada cara lain untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi di dalam hatinya, dia juga mengerti bahwa apa yang diusulkan Lucky adalah salah. Jika mereka ketahuan, konsekuensinya bisa fatal — mereka berdua bisa kehilangan segalanya.
Perasaan campur aduk itu membuat Claudia merasa terjepit. Dalam sekejap, dia mengambil keputusan. "Baiklah, aku akan memikirkannya kembali," katanya tegas, sebelum langsung pergi dari tempat itu.
Lucky hanya bisa menatapnya pergi, merasakan bahwa situasi ini jauh lebih rumit dari yang dia duga. Dia tahu bahwa mereka harus menemukan jalan keluar dari masalah ini, tetapi di sisi lain, perasaan antara mereka semakin mendalam.
Dengan langkah cepat, Claudia meninggalkan ruangan, berusaha menenangkan pikirannya dan meresapi semua yang terjadi. Dia tahu bahwa keputusan ini tidak hanya akan mempengaruhi mereka, tetapi juga masa depan kerajaan yang sangat mereka cintai.