Chereads / System Koplak / Chapter 11 - Bab 11

Chapter 11 - Bab 11

Setelah berhasil menjual botol kaca yang dibuatnya, Lucky merasa seperti mendapatkan angin segar. Dengan 200 ribu koin emas yang dimilikinya, dia berinvestasi dalam berbagai teknik untuk meningkatkan kemampuan kultivasi dan keahlian Blacksmith-nya. Berkat usaha dan dedikasinya, Lucky pun berhasil naik ke peringkat Warrior bintang 2, dan kemampuan Blacksmith-nya meningkat menjadi level 3.

Namun, kebahagiaan Lucky tak bertahan lama. Dia menemukan bahwa banyak tulisan dalam buku teknik yang dibelinya sulit dipahami. Isinya dipenuhi dengan istilah-istilah yang rumit dan simbol-simbol yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Rasa frustrasi mulai muncul ketika ia berusaha keras untuk memahami konsep-konsep yang ada.

Di saat itulah, System muncul dengan tawaran bantuan. "Aku bisa saja membantu mu menyalin beberapa buku itu, seperti yang sering terjadi pada MC novel Manwha," kata System dengan nada menggoda. "Hemmm, tapi ku rasa kamu tidak akan sanggup menjalankan misi ini," lanjutnya, mencoba merayu Lucky.

Lucky mengerutkan dahi, merasa sedikit tertekan oleh tantangan itu. "Apa maksudmu? Aku pasti bisa melakukannya!" jawabnya dengan semangat, bertekad untuk membuktikan bahwa dia mampu. Meski dalam hati, dia merasa ragu apakah dia benar-benar bisa menghadapi misi sulit tersebut.

System tersenyum, seolah tahu bahwa Lucky akan terjebak dalam godaan itu. "Baiklah, jika kamu yakin, aku akan membantumu. Tapi ingat, ini bukan tugas yang mudah. Kamu harus memberikan semua fokusmu dan ketekunanmu."

Mengetahui bahwa kesempatan ini bisa membantunya memahami teknik-teknik yang kompleks, Lucky mengangguk dengan penuh tekad. "Aku akan melakukan yang terbaik. Siapapun yang berusaha, pasti akan mendapatkan hasil!"

Dengan dukungan dari System, Lucky mulai mempelajari tulisan-tulisan itu dengan lebih serius. Dia memahami bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Kali ini, dia tidak akan mundur, dan dengan ketekunan yang baru, dia siap menghadapi misi yang akan membawanya ke tingkat berikutnya dalam perjalanan kultivasinya.

Dengan bantuan dari System, Lucky berhasil mempelajari berbagai teknik dengan lebih mudah, termasuk teknik pembuatan obat dan jarum akupunktur. Dia merasa senang karena pengetahuannya semakin berkembang dan kemampuannya dalam Blacksmith dan kultivasi semakin meningkat.

Namun, suasana tenang itu tiba-tiba terganggu oleh suara System yang mengejutkannya. "Misi yang akan ku berikan kali ini adalah mendapatkan ciuman dari seorang wanita atau meremas dada wanita," ucap System dengan nada yang seolah-olah penuh tantangan.

"Eh? Apa?!" Lucky terkejut, tidak percaya dengan apa yang dia dengar. "Ini tidak bisa jadi serius!" Dia berusaha mencerna informasi itu, tetapi rasa tidak percaya dan kemarahan mulai muncul.

"Catatan: Jika kamu menolak, aku akan mengambil semua yang telah aku berikan padamu, serta pengurangan satu tingkat kultivasi," lanjut System, membuat Lucky semakin frustrasi.

"Dasar System sialan, sepertinya kau telah menjebak aku!" seru Lucky, merasa terjebak dalam situasi yang sangat tidak nyaman.

System hanya tertawa, suaranya penuh kepuasan. "Waktu untuk menyelesaikan misi ini adalah selama satu bulan. Jika host tidak dapat berhasil, maka akan dianggap gagal."

Lucky menghela napas panjang, merasa tertekan oleh tuntutan itu. Dia tahu bahwa dia tidak bisa mengabaikan misi ini, karena konsekuensinya sangat berat. Namun, dia juga merasa bingung dan ragu tentang bagaimana dia bisa melaksanakan misi ini tanpa merasa canggung atau tidak nyaman.

"Bagaimana mungkin aku bisa melakukan itu? Ini gila!" pikirnya sambil menggaruk-garuk kepalanya. Dia tahu bahwa situasi ini sangat sulit dan tidak biasa, tetapi dia juga menyadari bahwa dia perlu mencari cara untuk menyelesaikannya.

Dengan semangat yang campur aduk antara frustrasi dan ketegangan, Lucky mulai merencanakan langkah selanjutnya. Dia harus berpikir cerdas dan kreatif untuk menyelesaikan misi ini tanpa kehilangan semua yang telah dia capai. "Baiklah, aku akan mencari cara," ucapnya pada dirinya sendiri, bertekad untuk menghadapi tantangan ini dengan cara yang cerdik.

Berita tentang botol kaca yang berhasil dijual Lucky dengan harga tinggi segera menyebar ke seluruh ibu kota. Dari mulut ke mulut, kisah mengenai keterampilan uniknya dan pencapaian yang luar biasa ini menarik perhatian banyak orang, termasuk Raja.

Tak lama kemudian, Lucky menerima undangan resmi untuk datang ke istana. Ketika prajurit istana mendatanginya dan mengajaknya pergi menemui Raja, perasaan tegang dan terkejut melanda dirinya. "Kenapa Raja ingin bertemu denganku?" pikirnya sambil berusaha menjaga ketenangan.

Saat mereka berjalan menuju istana yang megah, hati Lucky berdebar-debar. Dia tidak dapat menghindari bayangan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Apakah dia akan dipuji? Atau justru mendapat tugas yang sulit? Semua pertanyaan itu berputar dalam pikirannya.

Sesampainya di istana, atmosfir yang megah dan megah semakin membuatnya merasa kecil. Prajurit yang mengawalnya membawanya ke ruang audiensi, di mana Raja sudah menunggu. Dengan langkah yang berat, Lucky memasuki ruangan itu dan menundukkan kepala sebagai tanda hormat.

"Lucky, pemuda yang memiliki bakat luar biasa," suara Raja menggema dalam ruangan. "Aku mendengar tentang pencapaianmu dalam menciptakan botol kaca yang unik. Ini adalah prestasi yang langka dan patut diapresiasi."

Lucky merasa sedikit tertegun oleh pujian itu, tetapi di dalam hatinya, rasa cemas masih menggelayuti. "Terima kasih, Yang Mulia," jawabnya, berusaha terdengar tenang meskipun getaran dalam suaranya sulit disembunyikan.

Raja melanjutkan, "Aku ingin menawarkanmu kesempatan untuk bekerja di istana sebagai pembuat alat dan pengobatan. Pengetahuanmu dapat sangat berharga bagi kerajaan ini."

Mendengar tawaran itu, Lucky merasa campur aduk. Di satu sisi, itu adalah peluang yang luar biasa, tetapi di sisi lain, dia tahu bahwa dia juga harus menyelesaikan misi yang diberikan oleh System. "Ini adalah kesempatan yang tidak boleh aku lewatkan," pikirnya, berusaha menyeimbangkan antara ambisi dan tanggung jawabnya.

"Apakah kamu bersedia menerima tawaran ini?" tanya Raja, menatapnya dengan serius.

Lucky mengangguk dengan tegas, "Saya bersedia, Yang Mulia. Saya akan melakukan yang terbaik untuk kerajaan ini."

Raja tersenyum, "Bagus, aku berharap kerja sama kita akan membawa kemajuan bagi kerajaan."

Raja Alexander adalah sosok yang memiliki kharisma luar biasa, meskipun usianya kini telah mencapai 60 tahun. Dengan rambut yang mulai memutih dan garis-garis halus di wajahnya, dia masih terlihat gagah dan berwibawa. Meskipun usianya tidak muda lagi, matanya masih memancarkan semangat dan kebijaksanaan yang telah terasah oleh pengalaman bertahun-tahun memerintah. Raja Alexander dikenal sebagai penguasa yang adil dan bijaksana, selalu mencari cara untuk memajukan kerajaannya dan menjaga kesejahteraan rakyatnya.

Meskipun dia dikelilingi oleh permaisuri dan dua selir yang jauh lebih muda, Raja Alexander merasakan kesepian yang dalam karena tidak memiliki satu orang pun pewaris. Ia sering kali merenungkan masa depan kerajaannya dan siapa yang akan melanjutkan tongkat kepemimpinannya. Permaisuri, yang telah bersamanya selama bertahun-tahun, adalah sosok yang anggun dan penuh kasih, sementara dua selirnya masing-masing memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri, tetapi perbedaan usia di antara mereka seringkali menjadi sumber ketegangan di dalam istana.

Hari itu, Raja Alexander memanggil Lucky dengan tujuan yang spesifik. "Lucky," katanya dengan suara yang tegas namun lembut, "aku ingin kamu membuatkan sebuah guci cantik terbuat dari kaca sebagai hadiah ulang tahun untuk permaisuriku."

Raja mengingat betapa permaisurinya selalu menyukai barang-barang yang indah dan unik. Dia berharap guci tersebut tidak hanya menjadi hadiah, tetapi juga simbol kasih sayangnya dan perhatian yang mendalam terhadap permaisurinya. "Guci ini harus menampilkan keindahan dan keanggunan, sesuatu yang bisa menggambarkan cinta dan dedikasi yang telah aku berikan selama bertahun-tahun," lanjut Raja, menatap Lucky dengan harapan.

Lucky mendengar permintaan itu dengan serius. Dia tahu bahwa ini bukan hanya sekadar tugas, tetapi juga sebuah tantangan untuk menciptakan sesuatu yang istimewa dan berarti. Dalam benaknya, dia mulai merencanakan desain guci yang sempurna, yang bisa memenuhi harapan Raja dan menunjukkan rasa hormatnya kepada permaisuri.

"Yang Mulia, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menciptakan guci yang layak untuk hadiah ulang tahun permaisuri," ucap Lucky dengan penuh keyakinan, bertekad untuk membuat Raja bangga dan mengekspresikan keindahan lewat karyanya. Saat dia berpikir tentang desain dan teknik yang akan digunakannya, Lucky merasa semangat dan tanggung jawab yang besar untuk menyelesaikan tugas ini dengan sempurna.