Lucky merasa berat dengan misi yang ditawarkan oleh sistemnya. "Bukankah itu terlalu sulit bagiku? Dengan kekuatan yang aku miliki saat ini, aku bisa mati terbunuh kapan saja!" keluhnya. Rasa cemas mulai menguasai dirinya saat membayangkan bahaya yang mengintai di hutan terlarang, gunung berapi, dan gua misterius.
Sistem, dengan suara bijaknya, menjawab, "Mengapa kamu tidak menyewa para petualang? Dengan memberikan hadiah berupa senjata dan armor tingkat 2, kamu bisa mendapatkan bantuan dari mereka untuk mengumpulkan item tersebut."
Lucky mengerutkan dahi, merenungkan saran tersebut. "Ah, itu mungkin berhasil. Namun, aku harus meningkatkan level Blacksmith-ku terlebih dahulu agar bisa membuat senjata dan armor yang cukup baik untuk mereka."
Sistem itu tersenyum, "Itu adalah langkah yang bijak. Dengan meningkatkan level Blacksmith-mu, kamu bisa membuat peralatan yang tidak hanya menarik perhatian para petualang, tetapi juga efektif dalam pertempuran. Ini adalah kesempatan untuk mengembangkan kedua keterampilan sekaligus."
Lucky mengangguk, merasa lebih tenang dengan rencananya. "Baiklah, aku akan fokus pada peningkatan level Blacksmith-ku terlebih dahulu. Setelah itu, aku bisa mencari petualang dan menyewa mereka untuk membantuku dalam misi ini."
Dia mulai merencanakan langkah-langkah yang perlu diambil. Lucky tahu bahwa ia harus mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk meningkatkan keterampilan Blacksmith-nya. Mungkin dia bisa berburu monster kecil atau mencari bahan di pasar.
"Ini akan menjadi proses yang panjang," pikirnya, "tetapi dengan usaha yang tepat, aku yakin aku bisa mencapai tujuanku."
Dengan tekad baru, Lucky bersiap untuk memulai perjalanan meningkatkan keterampilan Blacksmith-nya, sambil terus memikirkan bagaimana caranya menyewa para petualang nanti. Dia tahu bahwa setiap langkah yang diambil adalah bagian dari perjalanannya untuk menjadi lebih kuat dan lebih siap menghadapi tantangan yang akan datang.
Setelah berhari-hari berlatih, Lucky akhirnya berhasil meningkatkan kemampuan Blacksmith-nya hingga mencapai bintang 2. Dia merasa bangga dengan pencapaiannya, terutama setelah berhasil menempa beberapa senjata. Dia telah membuat tiga senjata level 1 tingkat menengah dan dua senjata level 2 tingkat rendah. Rasa percaya dirinya semakin tumbuh.
Namun, saat dia berusaha untuk menempa sebuah senjata tingkat 2 yang lebih kuat, malapetaka terjadi. Palu yang dia gunakan tiba-tiba patah, dan seketika itu juga, tungku tempat dia bekerja meledak dengan suara menggelegar. Asap dan bara api menyebar ke sekelilingnya, membuatnya terkejut dan panik.
Kesal dan marah, Lucky berteriak, "Kenapa ini bisa terjadi?! Aku sudah berusaha keras! Semua ini sia-sia!" Rasa frustasi meluap, dan dia tidak bisa menahan emosinya. Dia merasa seolah semua usaha dan kerja kerasnya terbuang percuma dalam sekejap.
Dia duduk di lantai, menghela napas dalam-dalam dan berusaha menenangkan diri. "Aku tidak bisa menyerah," pikirnya. "Setiap kegagalan adalah pelajaran. Mungkin aku perlu mencari alat yang lebih baik atau memperbaiki teknikku."
Setelah beberapa saat, Lucky mulai merencanakan langkah selanjutnya. Dia tahu bahwa untuk menjadi Blacksmith yang handal, dia harus menghadapi tantangan ini dengan kepala dingin. Dia memutuskan untuk mencari bahan-bahan yang lebih baik dan mungkin belajar dari Blacksmith lain yang lebih berpengalaman.
"Jika aku bisa mendapatkan palu dan tungku yang lebih baik, aku pasti bisa membuat senjata yang lebih kuat," gumamnya. "Aku harus mencari tahu di mana aku bisa mendapatkan peralatan yang lebih baik."
Setelah merenungkan semua yang telah terjadi, Lucky akhirnya memutuskan untuk kembali menjual senjata yang baru saja dia buat ke pasar. Dia merasa bahwa meskipun senjata-senjata itu belum sempurna, mereka masih memiliki nilai dan bisa bermanfaat bagi para petualang yang baru memulai perjalanan mereka.
Saat Lucky tiba di pasar, suasana ramai dan penuh warna. Para petualang tingkat rendah berkumpul di sekitar stan-stan yang menjual peralatan dan barang-barang lainnya. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Kehadiran Lucky membuat mereka sangat antusias. Mereka tahu bahwa Lucky selalu menjual barang dengan harga yang murah, dan itu menarik perhatian mereka.
Dengan percaya diri, Lucky menata senjata-senjata yang telah dia buat di meja. Senjata-senjata itu, meskipun sederhana, memiliki desain yang menarik dan kualitas yang layak untuk digunakan. Dia mulai memanggil para petualang yang lewat, "Ayo, teman-teman! Lihat senjata-senjata yang aku jual! Dengan harga terjangkau, kalian bisa memiliki peralatan yang baik untuk memulai petualangan!"
Satu per satu, para petualang mendekat dan mulai melihat-lihat. Mereka terkesan dengan harga yang ditawarkan Lucky dan kualitas senjata yang dia buat. "Ini senjata level 1 tingkat menengah hanya seharga 10 koin? Sangat murah!" seru salah seorang petualang dengan senyum lebar.
Lucky merasa senang melihat reaksi positif dari para petualang. Dia menjelaskan tentang setiap senjata dengan antusiasme, memberikan informasi tentang kekuatan dan kelebihan masing-masing. Para petualang mendengarkan dengan seksama, dan beberapa dari mereka bahkan mulai berdebat tentang senjata mana yang akan mereka beli.
Setelah beberapa waktu, Lucky melihat bahwa beberapa senjatanya telah terjual. Rasa bangga mengalir dalam dirinya. "Aku bisa membantu mereka memulai perjalanan mereka," pikirnya, "dan ini adalah langkah awal untuk membangun reputasiku sebagai Blacksmith."
Ketika Lucky sedang bersiap menutup tokonya, tiba-tiba seorang kultivator besar mendekatinya. Dengan postur tubuh yang kekar dan aura yang kuat, petualang itu memperkenalkan dirinya sebagai Hendric, seorang Warrior Bintang 5.
Hendric terlihat cemas saat dia berbicara, "Anak muda, bisakah kamu memperbaiki senjata ku?" Dia mengeluarkan sebuah kapak yang hampir rusak, terlihat tua dan penuh goresan.
Lucky mengamati kapak itu dengan seksama, lalu menjawab, "Yah, mungkin bisa. Namun harganya sangat mahal." Dia tahu bahwa memperbaiki senjata semacam itu memerlukan banyak usaha dan bahan.
Hendric mendesah, "100 koin emas? Bagaimana mungkin? Aku tidak memilikinya. Tanpa senjata ini, aku juga tidak bisa berburu untuk menghidupi keluargaku." Suara Hendric penuh dengan keputusasaan, dan Lucky bisa merasakan beban yang dipikulnya.
Melihat kekuatan dan ketulusan Hendric, Lucky mulai berpikir. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk membantu seseorang yang benar-benar membutuhkan. "Bagaimana jika kau membawa ku pergi berburu?" tawar Lucky. "Aku tidak hanya akan memperbaiki senjata mu, tapi juga akan memberikan sebuah senjata yang lebih kuat."
Hendric tampak terkejut, tetapi harapan mulai terbersit di matanya. "Apa maksudmu? Kamu bisa memberi ku senjata yang lebih kuat?"
"Ya," jawab Lucky dengan percaya diri. "Aku baru saja membuat beberapa senjata, dan aku yakin aku bisa membuatkanmu sesuatu yang lebih baik setelah kita berburu. Kita bisa mencari bahan-bahan yang aku butuhkan untuk perbaikan dan juga untuk membuat senjata yang lebih baik."
Hendric merenungkan tawaran itu. "Baiklah, aku setuju. Aku akan membawamu berburu, dan setelah itu, kau bisa memperbaiki kapakku dan membuat senjata baru untukku."
Setelah membuat kesepakatan, Lucky dan Hendric berangkat menuju hutan terlarang. Saat mereka melewati jalan setapak yang dikelilingi pepohonan tinggi dan suasana yang tenang, Lucky merasa takjub dengan keindahan alam di sekitarnya. Dia tidak pernah menyangka bahwa dunia luar bisa begitu menakjubkan.
Di tengah perjalanan, Hendric menunjukkan kemampuannya. Ketika mereka tiba di daerah yang dipenuhi Orc dan Goblin, petualang itu menunjukkan kekuatannya dengan mudah. Dengan gerakan cepat dan presisi, Hendric mengalahkan musuh-musuhnya satu per satu, seolah-olah mereka hanyalah hewan kecil yang tidak berbahaya. Lucky merasa terpesona dan sedikit terintimidasi oleh kekuatan Hendric yang luar biasa.
Setelah mengalahkan para musuh, Lucky berinisiatif untuk berbicara. "Hendric, jika kita ingin membuat sebuah kapak yang hebat, aku perlu bahan Tiger Claw. Akan lebih bagus jika monster itu memiliki atribut Api." Dia menatap Hendric dengan penuh harapan, berharap bahwa petualangan mereka bisa membawanya kepada monster yang sesuai.
Hendric mengangguk, "Tiger Claw, ya? Itu bisa kita dapatkan dari Harimau Api yang biasanya tinggal di pegunungan dekat hutan ini. Mereka cukup sulit ditemukan, tapi jika kita beruntung, kita bisa menemukannya."
Mendengar itu, Lucky semakin bersemangat. "Bagaimana dengan kekuatanmu, Hendric? Apakah kamu yakin bisa menangani Harimau Api itu?"
"Jangan khawatir," jawab Hendric sambil tersenyum, "Aku sudah berhadapan dengan banyak monster kuat sebelumnya. Dengan kombinasi kekuatanku dan strategimu, kita pasti bisa mengalahkannya."
Dengan keyakinan dari Hendric, Lucky merasa lebih bersemangat. Mereka terus melanjutkan perjalanan, siap untuk menghadapi tantangan yang ada di depan. Lucky tahu bahwa petualangan ini tidak hanya akan memberinya bahan untuk senjata, tetapi juga pengalaman berharga yang akan membantunya tumbuh sebagai Blacksmith dan petualang.