Setelah berpikir selama beberapa saat, Lucky tiba-tiba mendapatkan ide yang brilian. "Jika aku menyamar sebagai prajurit yang mengawal Claudia, mungkin aku bisa mendekatinya tanpa menarik perhatian," gumamnya, merasa semangat kembali.
Namun, untuk melaksanakan rencananya, ia harus mengambil pakaian dari para prajurit yang sedang menjaga selir tersebut. Lucky melihat sekeliling, memastikan bahwa tidak ada yang melihatnya. Dengan hati-hati, ia mulai mencari cara untuk mendapatkan seragam prajurit.
Dia mengamati beberapa prajurit yang berdiri berjaga. Mereka tampak fokus dan tidak menyadari keberadaannya. Lucky kemudian melihat sebuah semak-semak yang cukup lebat di dekat tempat para prajurit itu berkumpul. "Kalau aku bisa menyelinap ke belakang mereka, mungkin aku bisa mengambil seragam yang tertinggal," pikirnya.
Dengan langkah hati-hati, Lucky bergerak mendekati semak-semak tersebut. Ia berusaha untuk tidak membuat suara dan tetap tersembunyi. Setelah sampai di dekat prajurit, ia melihat salah satu dari mereka yang sedang tidak memperhatikan seragamnya yang digantung di sebuah tiang. Lucky tahu ini adalah kesempatan emas.
Dengan cepat, Lucky meraih seragam itu dan mencoba menyelinap pergi. Dia merasa beruntung karena prajurit itu terlalu sibuk berbicara dengan rekannya untuk menyadari kehilangan seragamnya. Setelah mendapatkan pakaian prajurit, Lucky segera mengenakannya dan berusaha berperilaku seolah-olah dia memang bagian dari pengawal.
Sekarang, dengan pakaian prajurit yang menutupi identitasnya, Lucky merasa lebih percaya diri. Ia melangkah maju, berusaha mendekati Claudia sambil menjaga sikap tenang dan tidak mencolok. Ini adalah langkah pertama untuk menjalankan misinya, dan ia berharap semuanya berjalan lancar.
Setelah berpikir selama beberapa saat, Lucky tiba-tiba mendapatkan ide yang brilian. "Jika aku menyamar sebagai prajurit yang mengawal Claudia, mungkin aku bisa mendekatinya tanpa menarik perhatian," gumamnya, merasa semangat kembali.
Namun, untuk melaksanakan rencananya, ia harus mengambil pakaian dari para prajurit yang sedang menjaga selir tersebut. Lucky melihat sekeliling, memastikan bahwa tidak ada yang melihatnya. Dengan hati-hati, ia mulai mencari cara untuk mendapatkan seragam prajurit.
Dia mengamati beberapa prajurit yang berdiri berjaga. Mereka tampak fokus dan tidak menyadari keberadaannya. Lucky kemudian melihat sebuah semak-semak yang cukup lebat di dekat tempat para prajurit itu berkumpul. "Kalau aku bisa menyelinap ke belakang mereka, mungkin aku bisa mengambil seragam yang tertinggal," pikirnya.
Dengan langkah hati-hati, Lucky bergerak mendekati semak-semak tersebut. Ia berusaha untuk tidak membuat suara dan tetap tersembunyi. Setelah sampai di dekat prajurit, ia melihat salah satu dari mereka yang sedang tidak memperhatikan seragamnya yang digantung di sebuah tiang. Lucky tahu ini adalah kesempatan emas.
Dengan cepat, Lucky meraih seragam itu dan mencoba menyelinap pergi. Dia merasa beruntung karena prajurit itu terlalu sibuk berbicara dengan rekannya untuk menyadari kehilangan seragamnya. Setelah mendapatkan pakaian prajurit, Lucky segera mengenakannya dan berusaha berperilaku seolah-olah dia memang bagian dari pengawal.
Sekarang, dengan pakaian prajurit yang menutupi identitasnya, Lucky merasa lebih percaya diri. Ia melangkah maju, berusaha mendekati Claudia sambil menjaga sikap tenang dan tidak mencolok. Ini adalah langkah pertama untuk menjalankan misinya, dan ia berharap semuanya berjalan lancar.
Lucky terkejut mendengar suara sistem yang hanya bisa didengarnya. "Hahaha, anak muda, kamu cukup beruntung!" ucap sistem tersebut, seolah-olah menyemangati Lucky di tengah ketegangan yang ia rasakan.
"Ya, kakek sialan! Aku hampir saja mati!" balas Lucky dengan nada frustrasi. "Sekarang, apakah kamu punya cara agar bisa keluar dari situasi ini?"
Sistem itu terdiam sejenak, seolah mempertimbangkan situasi yang ada. "Hmm, kamu perlu menciptakan kebingungan lagi. Cobalah berpikir cepat. Mungkin kamu bisa membuat alasan yang meyakinkan atau berpura-pura bahwa kamu adalah prajurit yang sedang menjalankan tugas. Atau, jika ada kesempatan, kamu bisa menggunakan kerumunan untuk menghilang."
Lucky mengangguk, mulai merencanakan langkah selanjutnya. "Baiklah, aku akan mencoba berpura-pura menjadi prajurit yang sedang mengawal selir dan bilang bahwa aku hanya menjalankan tugas," pikirnya.
Dia kemudian menatap Claudia yang tampak masih bingung, "Selir, kita perlu cepat! Mari kita kembali ke kerumunan dan berpura-pura bahwa semua ini adalah bagian dari pengawalanmu!"
Claudia tampak ragu, tetapi melihat ketegangan di wajah Lucky, dia akhirnya mengangguk. "Baiklah, tapi kamu harus menjelaskan semuanya setelah kita keluar dari sini," ujarnya, sedikit mengancam.
Dengan langkah cepat, Lucky dan Claudia bergabung kembali dengan kerumunan, berusaha untuk tampak seolah-olah tidak ada yang terjadi. Lucky berusaha untuk tetap tenang dan percaya diri, sambil menyiapkan diri untuk menghadapi apa pun yang mungkin terjadi selanjutnya.
Saat Lucky dan Claudia kembali ke kerumunan, mereka mendengar bisikan orang-orang di sekitar pasar. "Apa yang terjadi? Aku mendengar itu adalah ulah seorang penyihir yang sangat kuat!" ujar seorang pedagang dengan nada ketakutan. "Kau tahu, banyak rumor tentang penyihir yang bisa memanggil petir dan membuat ledakan," timpal yang lainnya.
Lucky terdiam, mendengarkan penjelasan mereka dengan heran. "Penyihir? Mereka benar-benar percaya bahwa ini semua karena penyihir?" pikirnya, mencoba memahami pandangan masyarakat di dunia yang tidak mengenal pengetahuan modern.
Di dunia ini, segala sesuatu yang tidak dapat dijelaskan sering kali dianggap sebagai sihir. Lucky tidak bisa menahan senyum kecil di wajahnya. "Mungkin ini bisa menguntungkanku," pikirnya. "Jika mereka percaya bahwa ada penyihir, mungkin mereka tidak akan mencari orang yang bertanggung jawab di sebalik keributan ini."
Claudia yang berada di sampingnya tampak bingung. "Mengapa mereka berbicara tentang penyihir? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya, menatap Lucky dengan penuh rasa ingin tahu.
"Aku... tidak tahu, Selir. Mungkin ini adalah kesempatan kita untuk sembunyi di balik kebingungan ini," jawab Lucky, berusaha tidak menunjukkan ketidakpastian yang sebenarnya ada dalam pikirannya.
Mereka melanjutkan langkah, berbaur dengan kerumunan sambil tetap waspada. Lucky menyadari bahwa situasi ini cukup menguntungkan. Jika orang-orang percaya bahwa penyihir yang kuat bertanggung jawab, maka mereka tidak akan mencurigai Lucky dan Claudia.
Dia berusaha untuk tetap tenang dan mencari jalan keluar dari pasar yang ramai. Di dalam hatinya, dia merasa beruntung memiliki kesempatan ini untuk melindungi Claudia dan menyelesaikan misinya tanpa terlalu banyak masalah. Namun, dia juga tahu bahwa mereka harus segera menemukan tempat yang aman sebelum situasi menjadi lebih rumit.
Setelah beberapa saat berbaur dengan kerumunan, Lucky dan Claudia mulai berkeliling pasar. Meskipun situasi sempat tegang, suasana di sekitar mereka mulai terasa lebih ceria. Claudia terlihat senang, matanya berbinar-binar melihat berbagai barang yang dijajakan.
"Wow, lihat itu!" serunya, menunjuk ke arah sebuah stan yang menjual perhiasan yang berkilau. "Aku belum pernah melihat banyak barang indah seperti ini sebelumnya!"
Lucky tersenyum melihat antusiasme Claudia. "Ayo kita lihat lebih dekat!" ujarnya, membawanya ke arah stan. Dia merasa senang bisa membuatnya tersenyum, apalagi setelah semua kekacauan yang mereka lalui.
Selama mereka berkeliling, Claudia semakin tertarik dengan tingkah laku Lucky yang konyol. Di tengah kerumunan, Lucky tidak ragu untuk berpura-pura menjadi seorang pedagang, mencoba menjajakan barang-barang lucu yang sebenarnya tidak ada. "Ayo, beli barang ajaib ini! Ini bisa membuatmu terbang!" katanya dengan nada bersemangat, memicu tawa dari Claudia.
"Barang ajaib? Sepertinya kamu sangat konyol, Lucky!" Claudia tertawa, dan Lucky merasa senangnya melihat dia bisa melupakan sejenak beban yang ada.
Mereka melanjutkan berkeliling, Lucky memperhatikan bagaimana Claudia mulai berani mengambil beberapa barang dan menawar dengan pedagang. Dia tidak menyangka akan melihat sisi lain dari selir yang selama ini terkurung di dalam istana.
"Wah, kamu luar biasa dalam bernegosiasi!" puji Lucky, membuat Claudia tersenyum bangga. "Mungkin kamu bisa mengajarkan aku cara menawar yang baik."
Claudia hanya tertawa, "Mungkin kamu harus lebih dulu belajar cara berbicara yang baik, Lucky!"
Momen-momen kecil ini membuat mereka berdua semakin akrab. Lucky merasakan bahwa meskipun mereka berada dalam situasi yang tidak biasa, mereka bisa menciptakan kenangan yang menyenangkan bersama. Dan bagi Claudia, ini adalah pelarian yang sangat dibutuhkan dari kehidupan istana yang monoton.
Mereka terus berkeliling, menikmati kebersamaan, dan Lucky merasa bahwa misi ini bukan hanya tentang menyelamatkan Claudia, tetapi juga tentang menemukan kebahagiaan dalam momen-momen sederhana.