Pagi itu, suasana di ruang tahta Ethereal Lands terasa megah dan penuh khidmat. Cahaya matahari pagi menembus kaca patri berwarna-warni, memantulkan kilauan emas yang menghiasi dinding-dinding istana. Ai, Aoi, Riku, Itsuki, Kaito, Souta, dan Ren berdiri berbaris rapi, mengenakan seragam kebangsawanan Ethereal Lands yang memancarkan aura elegan. Di hadapan mereka, Lady Seraphina dan keempat tetua berdiri di depan singgasana.
Upacara dimulai dengan lantunan doa dari para tetua, memohon berkah dari Dewi Kehidupan. Setelah itu, satu per satu dari mereka menerima mandat resmi sebagai utusan Ethereal Lands. Lady Seraphina menobatkan mereka sebagai sahabat sang penguasa, dengan lembut Lady Seraphina memeluk mereka satu persatu, membuat mereka sedikit tersentak dan tersipu, dan yang terakhir memberikan penghormatan tertinggi sebagai tamu sang dewi.
Ketika semua ritual selesai, Lady Seraphina melangkah maju dengan senyuman lembut, tangannya mengisyaratkan para elder untuk berdiri mengelilingi mereka. "Sekarang, kalian akan menerima anugerah terbesar dari Dewi Kehidupan," katanya dengan suara yang terdengar penuh wibawa namun hangat.
Cahaya mulai memancar membentuk lingkaran sihir, cahaya menyelimuti tubuh mereka dengan kilauan emas dan putih yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka bergetar, dan seketika itu juga, mereka merasakan kekuatan luar biasa mengalir ke dalam tubuh mereka.
Seketika tubuh mereka bercahaya terang merubah penampilan mereka. Perubahan pertama yaitu Ai, Cahaya memadat di sekelilingnya, membentuk pakaian ringan yang tampak seperti perpaduan antara mantel kerudung dan zirah assassin. Kerudung putih beraksen emas menutupi sebagian kepalanya, sementara pelindung tubuhnya ramping namun kokoh, memungkinkan gerakan cepat tanpa hambatan. Detail ukiran berbentuk sayap di sepanjang lengan dan kakinya menambah kesan anggun sekaligus mematikan. Ai memandang dirinya sendiri dengan mata berbinar, kagum pada keindahan dan fungsionalitas zirahnya.
Berikutnya, cahaya mengelilingi Aoi. Tubuhnya seolah terbungkus lapisan baja tebal yang memancarkan aura tak tergoyahkan. Full plate armor yang ia kenakan tampak seperti benteng berjalan. Helmnya dihiasi ornamen yang melambangkan Dewi Kehidupan, memberikan kesan seorang penjaga suci yang tak terkalahkan. Aoi mengepalkan tangan, merasakan kekuatan luar biasa dari zirahnya.
Riku berdiri di tengah lingkaran, tubuhnya dikelilingi cahaya lembut yang membentuk jubah yang anggun. Jubah putih panjang dengan aksen emas mengalir hingga ke pergelangan kakinya, sementara di dadanya terdapat simbol Dewi Kehidupan yang bersinar lembut. Zirahnya dihiasi ornamen bunga dan sayap kecil, melambangkan kedamaian dan harapan. Riku menyentuh dadanya dengan takjub, merasa seperti seorang pelindung sejati.
Itsuki tertawa kecil ketika cahaya di sekitarnya berubah menjadi pakaian yang sangat imut namun tetap penuh fungsi. Pakaiannya didominasi oleh warna putih dengan aksen emas, lengkap dengan sayap kecil di punggungnya yang terlihat seperti sayap peri. Topinya berbentuk bulat menggembung dengan hiasan daun emas di bagian atas, membuatnya tampak seperti peri kecil yang penuh keceriaan. Itsuki melayang penuh kegirangan, membuat semua orang tersenyum.
Cahaya di sekitar Kaito meledak dengan intensitas yang lebih besar, membentuk zirah ksatria yang gagah. Pelindung tubuhnya kokoh, dihiasi ukiran naga emas yang melingkar di dadanya. Zirahnya memancarkan aura suci yang membuatnya terlihat seperti seorang pahlawan legendaris. Kaito tersenyum bangga dengan penuh percaya diri.
Souta menerima pakaian yang menyerupai Ai, namun dengan sentuhan yang lebih ringan dan dilengkapi syal panjang yang tampak seperti terbuat dari cahaya murni. Pakaiannya dirancang untuk kelincahan, dengan kerudung pendek yang berkibar di belakangnya. Ia memeriksa pakaiannya, merasakan kekuatan luar biasa yang mengalir dari pakaian tersebut.
Akhirnya giliran Ren tiba, ia diselimuti cahaya yang membentuk jubah sihir yang megah. Jubah panjangnya berwarna putih dengan aksen garis emas, dihiasi simbol-simbol sihir yang bersinar lembut. Lingkaran sihir bercahaya muncul di lengannya, memancarkan energi magis yang luar biasa. Ren mengangkat lengannya, matanya bersinar menatap lingkaran sihir itu dengan kagum.
Lady Seraphina tersenyum, langkahnya mendekati mereka yang kini berdiri dalam wujud baru mereka. "Form ini bukan hanya simbol kehormatan, tetapi juga kekuatan yang diberikan langsung oleh Dewi Kehidupan. Form ini dapat kalian gunakan kapanpun saat bertempur. Itu terhubung langsung dengan jiwa kalian, jadi tidak memerlukan penyimpanan fisik. Selain itu, form ini akan menjadi identitas kalian sebagai utusan Dewi Kehidupan, kalian akan tetap dikenali bahkan jika wajah ataupun wujud kalian berubah."
Ia melanjutkan penjelasannya dengan rinci. "Form ini memberikan elemen cahaya, resistensi terhadap sihir kegelapan, peningkatan 100% pada statistik kalian saat digunakan, kemampuan untuk berteleportasi kembali ke Ethereal Lands, dan—yang paling luar biasa—jika kalian mati, Dewi Kehidupan akan membangkitkan kalian kembali di sini."
Semua terdiam, terkejut mendengar penjelasan itu. Ai akhirnya memecah keheningan. "WOW! Jadi... kita tidak bisa mati? Ini cheat!"
Lady Seraphina tertawa kecil. "Aku sendiri juga terkejut. Form ini dibuat khusus oleh Dewi Kehidupan untuk kalian, memastikan keamanan kalian sebagai tamunya."
Mereka saling memandang, masih belum sepenuhnya percaya dengan kekuatan luar biasa yang baru saja mereka terima. Namun, di balik keterkejutan itu, semangat baru mulai membara dalam hati mereka. Petualangan yang menanti kini terasa lebih mungkin untuk ditaklukkan.
Setelah hiruk-pikuk penyerahan mandat dan penjelasan tentang form baru mereka, Lady Seraphina kembali berdiri di hadapan mereka dengan senyum lembut namun penuh arti. Ia menyapu pandangan ke seluruh ruangan, memastikan perhatian mereka terfokus padanya.
"Sebagai utusan resmi Ethereal Lands," katanya, "kalian memiliki tugas penting untuk menjaga hubungan dengan bangsa-bangsa lain yang berada di bawah naungan kami. Kalian akan diperkenalkan kepada setiap pemimpin bangsa, dan sebagai tamu terhormat, kalian akan membawa nama baik Ethereal Lands."
Mendengar itu, Ai mengangkat alis, menatap penasaran. "Bangsa lain? Wah… kita akan bertemu banyak orang baru. Apakah mereka semua... ramah?" tanyanya, nada suaranya mengisyaratkan rasa ingin tahu yang tulus, namun juga sedikit waspada.
Riku menimpali dengan nada khawatir. "Jika ada yang menyeramkan, kita harus tahu sebelumnya. Aku tidak ingin memicu masalah tanpa sengaja."
Aoi mengangguk, lalu dengan ekspresi serius melirik Kaito yang berdiri santai di sampingnya. "Dan kamu," katanya dengan nada memperingatkan, "pastikan tidak membuat kekacauan. Aku tidak mau mendengar cerita bahwa kita harus dibangkitkan hanya karena mulut atau kelakuanmu."
Kaito tertawa kecil, mengangkat tangan seolah menyerah. "Hei, aku tidak selalu menciptakan masalah. Hanya... sesekali."
Ren menghela napas, menutupi wajahnya dengan tangan. "Kaito, definisi 'sesekali' menurutmu itu seperti bencana tahunan menurut kami."
Lady Seraphina terkikik kecil mendengar percakapan mereka. "Kalian tidak perlu terlalu khawatir. Bangsa-bangsa di bawah naungan Ethereal Lands sangat menghormati kami. Sebagai utusan resmi, kalian akan diperlakukan dengan penuh penghormatan. Masalah apapun yang mungkin muncul akan diselesaikan dengan baik, selama kalian menjaga sikap."
Souta yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. "Tapi, Lady Seraphina, perkataan Anda barusan... tidak sepenuhnya menyangkal keberadaan bangsa yang mungkin menakutkan, kan?"
Semua langsung menoleh ke Lady Seraphina, menunggu jawabannya dengan penuh antisipasi. Wanita itu tersenyum, namun kali ini ada sedikit misteri di balik ekspresinya. "Memang benar, ada beberapa bangsa yang memiliki sifat... unik. Mereka sekilas mungkin terlihat menakutkan, tetapi selama kalian membawa nama Ethereal Lands, mereka tidak akan berani menyentuh kalian."
Ai menyipitkan matanya, tidak yakin apakah itu jawaban yang menenangkan atau justru semakin menambah kekhawatirannya. "Jadi... kita harus tetap waspada?"
Lady Seraphina mengangguk. "Tentu saja. Hormat dan sikap bijaksana adalah kunci. Namun, ingatlah bahwa kalian memiliki perlindungan dari Dewi Kehidupan. Tidak ada yang bisa menyentuh kalian tanpa konsekuensi besar."
Itsuki, yang dari tadi mendengarkan dengan serius, mengangkat tangannya seperti anak kecil di kelas. "Apakah kita akan bertemu dengan bangsa peri? Mereka pasti menyenangkan, kan?"
Lady Seraphina tersenyum lembut. "Ya, bangsa peri adalah salah satu dari sekian banyak bangsa yang akan kalian temui. Mereka terkenal ramah dan penuh keajaiban, jadi aku yakin kalian akan menikmati kunjungan ke sana."
Semua terdiam sejenak, membayangkan seperti apa orang-orang yang akan mereka temui. Di balik rasa penasaran, ada juga sedikit ketegangan. Namun, satu hal yang pasti—petualangan mereka baru saja dimulai, dan dunia yang luas di luar Ethereal Lands menunggu untuk dijelajahi.
Lady Seraphina berdiri dengan anggun di depan mereka, wajahnya penuh wibawa namun tetap lembut saat mulai menjelaskan. Para utusan baru mendengarkan dengan seksama, mencoba menyerap setiap informasi yang diberikan.
"Pertama-tama," katanya, "kalian akan mengunjungi bangsa yang dihuni oleh ras Draconian, dikenal sebagai Drakonia. Bangsa ini terletak di puncak Pegunungan Abyssal, di mana angin dan badai abadi melindungi tanah mereka. Draconian adalah keturunan langsung dari naga agung kuno yang pernah menopang dunia ini pada zaman dahulu. Mereka memiliki harga diri yang tinggi, kekuatan luar biasa, dan usia yang hampir abadi. Kekuatan mereka akan terus meningkat, bahkan saat mereka tidur selama ratusan tahun. Sikap mereka terkesan sombong. Namun jangan salah mengira, mereka sebenarnya makhluk yang bijaksana dan tenang, meskipun di balik ketenangan itu tersembunyi kekuatan naga sejati."
Mendengar ini, Ai berseru dengan mata berbinar. "Jadi... kita akan bertemu naga sungguhan? Yang bisa terbang dan menyemburkan api?"
Lady Seraphina tersenyum kecil. "Ya, meskipun mereka lebih sering terlihat dalam wujud manusia. Tapi jika mereka berubah menjadi naga, itu berarti kau dalam masalah besar—atau hanya ingin menunjukkan kekuatan sejati mereka."
Kaito menelan ludah. "Jadi... jangan sampai membuat mereka marah, ya?"
"Benar sekali," jawab Lady Seraphina sambil tertawa kecil. "Namun, selama kalian menjaga sikap hormat, mereka akan memperlakukan kalian dengan baik."
Setelah itu, Lady melanjutkan penjelasannya. "Selanjutnya, kalian akan mengunjungi bangsa yang dihuni oleh para Elf, dikenal sebagai Sylvaria. Bangsa ini tinggal di pohon raksasa yang tidak pernah layu, pohon itu disebut sebagai Pohon Dunia, letaknya di pusat hutan raksasa. Elf dikenal sebagai ras yang anggun dan sangat terhubung dengan alam. Mereka adalah ahli sihir alami dan memiliki umur panjang, meskipun tidak sebanding dengan Draconian. Mereka sangat menghargai seni, musik, dan keindahan, jadi bersikaplah sopan dan hargai tradisi mereka."
Riku tersenyum kecil. "Sepertinya kita akan bertemu dengan banyak orang yang menarik."
Lady Seraphina mengangguk. "Benar. Namun, mereka juga bisa bersikap keras, terutama jika kalian melanggar aturan mereka."
Ia melanjutkan, "Setelah itu, kalian akan mengunjungi bangsa yang dihuni oleh para Dwarf, dikenal sebagai Kazadral. Mereka tinggal di kota bawah tanah yang dipenuhi tambang dan bengkel. Dwarf adalah ras pekerja keras yang ahli dalam pandai besi, pertukangan, dan pembuatan artefak magis. Mereka mungkin tampak kasar, tetapi mereka sangat setia kepada teman dan sekutu."
Souta terlihat antusias. "Jadi mereka itu Dwarf yang pandai membuat senjata dan armor? Sepertinya aku harus memesan busur baru di sana."
"Pastikan untuk memuji hasil karya mereka," tambah Lady Seraphina. "Dwarf sangat bangga dengan keterampilan mereka."
"Berikutnya adalah bangsa yang dihuni oleh berbagai ras demi-human, dikenal sebagai Therionis. Bangsa ini adalah tempat tinggal bagi banyak ras campuran seperti manusia serigala, manusia kucing, dan sebagainya. Mereka hidup dalam harmoni meskipun berasal dari berbagai ras, dan dikenal karena semangat komunitas mereka yang kuat."
Ai mengangguk sambil berpikir. "Sepertinya mereka sangat menarik. Ras campuran dengan berbagai kemampuan unik."
"Benar," jawab Lady. "Namun, mereka juga sangat protektif terhadap wilayah mereka."
Ia melanjutkan, "Ada juga bangsa yang dihuni oleh para Demi-human Laut, dikenal sebagai Aquaria. Mereka adalah ras yang hidup di tepi pantai, mereka mampu bernapas di bawah air. Mereka memiliki budaya yang terinspirasi oleh laut dan dikenal sebagai pelaut ulung."
Itsuki berseru dengan antusias. "Mereka bisa bernapas di bawah air? Wah, aku ingin kemampuan itu!"
Lady Seraphina tersenyum. "Tapi tetap saja mereka adalah makhluk darat."
"Tapi," katanya, "ada negeri yang dihuni oleh Ras Laut murni, dikenal sebagai Thalassia. Mereka hidup sepenuhnya di bawah laut dan jarang berinteraksi dengan daratan. Namun, mereka memiliki budaya yang sangat kaya dan keajaiban arsitektur bawah laut yang tak tertandingi."
Ren mengangkat alis. "Jadi... kita harus menyelam untuk bertemu mereka?"
Lady Seraphina mengangguk. "Benar. Tetapi kalian akan diberikan perlengkapan khusus untuk itu."
Ia menutup penjelasannya dengan senyuman. "Dan masih banyak lagi bangsa lainnya. Namun, detail lebih lanjut akan kalian pelajari saat kita mendekati masing-masing bangsa. Jadi, persiapkan diri kalian untuk perjalanan panjang dan penuh petualangan ini."
Semua terdiam sejenak, mencerna informasi yang baru saja mereka dengar. Di antara rasa penasaran dan sedikit ketegangan, mereka tahu bahwa perjalanan ini akan membawa mereka ke tempat-tempat yang luar biasa—dan menghadirkan tantangan yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya.