Chapter 22 - Penilaian

Lady Seraphina memimpin mereka menuju aula besar yang dihiasi dengan ukiran-ukiran magis di lantai dan dindingnya. Di tengah aula, terdapat sebuah altar bercahaya yang memancarkan energi murni. Para Elder sudah menunggu di sana, wajah mereka penuh rasa penasaran dan antisipasi.

Lady Seraphina berdiri di depan kelompok tamunya dengan senyum lembut, meski tatapan matanya menyiratkan rasa penasaran. Para Elder berdiri di belakangnya, masing-masing tampak antusias namun penuh kehati-hatian.

"Ada satu hal lagi yang diminta oleh Sang Dewi untuk kami lakukan," ujar Lady Seraphina dengan nada sopan namun tegas. "Beliau memintaku untuk mengecek status kalian dan melakukan awakening."

"Awakening?" Ai bertanya, memiringkan kepalanya.

"Itu adalah ritual untuk meningkatkan batas kekuatan seseorang ke tingkat yang lebih tinggi. Biasanya, seseorang akan naik dari Rank 1, Mortal, ke Rank 2, menjadi seorang Prophet," jelas Lady Seraphina.

Kaito menggaruk kepalanya dengan bingung. "Jadi semacam naik level?"

Lady Seraphina tersenyum kecil. "Bukan menaikan level, tetapi meningkatkan batas maksimalnya."

Para Elder segera menyiapkan altar kecil dengan kristal besar yang memancarkan cahaya lembut. Lady Seraphina mengangkat tangannya, meminta kelompok itu untuk berdiri di depan altar satu per satu.

"Ayo, siapa yang mau memulai?" tanyanya lembut.

Haruto—atau Ai, yang kini sudah terbiasa dengan identitas barunya—melangkah maju dengan sedikit ragu. "Baiklah, aku duluan."

Lady Seraphina meletakkan tangan Ai di atas kristal, yang langsung memancarkan cahaya terang. Cahaya itu menyelimuti tubuh Ai, membuatnya merasa hangat dan nyaman. Dalam sekejap, angka-angka statistiknya muncul di udara, seperti layar transparan yang bisa dilihat oleh mereka semua yang hadir.

Statistik Ai Takayama :

- Strength: 95

- Endurance: 80

- Agility: 235 (+25 dari item)

- Intelligence: 105

- Luck: 210

- Charisma: 250 (+10% dari pasif)

- Perception: 240

Para Elder menatap angka-angka itu dengan mata terbelalak.

"Ini… ini tidak masuk akal," ujar Elder Caelum, yang bertanggung jawab atas pertahanan. "Rata-rata statistik Rank 1 biasanya hanya sekitar 50 hingga 100. Bagaimana mungkin dia memiliki angka setinggi ini?"

Elder Amica, yang bertugas mengurusi hubungan sosial, mengangguk setuju. "Charisma dan Perception-nya luar biasa tinggi. Ini benar-benar di luar dugaan."

Lady Seraphina tampak terkejut, namun ia tetap tenang. "Mari kita lanjutkan. Awakening akan menggandakan semua statistik dasar kalian."

Saat Lady Seraphina menyelesaikan ritualnya, tubuh Ai bersinar terang, dan angka-angka itu berubah:

Statistik Haruto Takayama (Rank 3 - Saint):

- Strength: 380

- Endurance: 320

- Agility: 940 (+25 dari item)

- Intelligence: 420

- Luck: 840

- Charisma: 1000 (+10% dari pasif)

- Perception: 960

"Rank 3?!" Elder Luminis, yang bertugas di bidang hukum, hampir menjatuhkan tongkatnya. "Tidak mungkin! Awakening hanya meningkatkan satu tingkat, dari Mortal ke Prophet. Bagaimana dia langsung menjadi Saint?"

Lady Seraphina menatap Ai dengan takjub. "Ini adalah keajaiban Sang Dewi. Tidak ada penjelasan lain."

Satu per satu, anggota kelompok lainnya maju untuk menjalani awakening. Setiap kali angka-angka mereka muncul, reaksi para Elder semakin heboh.

Statistik awal:

Aoi Takayama

- Rank: Mortal (Rank 1)

- Strength: 190 (+20 dari item)

- Endurance: 330 (+50 dari item)

- Agility: 120

- Intelligence: 95

- Luck: 80

- Charisma: 175

- Perception: 120

Itsuki Mori

- Rank: Mortal (Rank 1)

- Strength: 60

- Endurance: 55

- Agility: 80

- Intelligence: 130 (+20 dari item)

- Luck: 90

- Charisma: 100

- Perception: 70

Ren Nishikawa

- Rank: Mortal (Rank 1)

- Strength: 80

- Endurance: 70

- Agility: 90

- Intelligence: 300 (+20 dari item)

- Luck: 75

- Charisma: 130

- Perception: 110

Souta Nakamura

- Rank: Mortal (Rank 1)

- Strength: 90

- Endurance: 85

- Agility: 140

- Intelligence: 100

- Luck: 310 (+30 dari item)

- Charisma: 140

- Perception: 130

Kaito Tanaka

- Rank: Mortal (Rank 1)

- Strength: 320 (+30 dari item)

- Endurance: 250 (+20 dari item)

- Agility: 75

- Intelligence: 70

- Luck: 85

- Charisma: 140

- Perception: 80

Riku Tanaka

- Rank: Mortal (Rank 1)

- Strength: 70

- Endurance: 60

- Agility: 90

- Intelligence: 130

- Luck: 105

- Charisma: 140

- Perception: 100

Statistik ditingkatkan:

Statistik Aoi Takayama (Rank 3 - Saint):

- Strength: 760 (+20 dari item)

- Endurance: 1320 (+50 dari item)

- Agility: 480

- Intelligence: 380

- Luck: 320

- Charisma: 700

- Perception: 480

Statistik Itsuki Mori (Rank 3 - Saint):

- Strength: 240

- Endurance: 220

- Agility: 320

- Intelligence: 520 (+20 dari item)

- Luck: 360

- Charisma: 400

- Perception: 280

Statistik Ren Nishikawa (Rank 3 - Saint):

- Strength: 320

- Endurance: 280

- Agility: 360

- Intelligence: 1200 (+20 dari item)

- Luck: 300

- Charisma: 520

- Perception: 440

Statistik Souta Nakamura (Rank 3 - Saint):

- Strength: 360

- Endurance: 340

- Agility: 560

- Intelligence: 400

- Luck: 1240 (+30 dari item)

- Charisma: 560

- Perception: 520

Statistik Kaito Tanaka (Rank 3 - Saint):

- Strength: 1280 (+30 dari item)

- Endurance: 1000 (+20 dari item)

- Agility: 300

- Intelligence: 280

- Luck: 340

- Charisma: 560

- Perception: 320

Statistik Riku Tanaka (Rank 3 - Saint):

- Strength: 280

- Endurance: 240

- Agility: 360

- Intelligence: 520

- Luck: 420

- Charisma: 560

- Perception: 400

Setelah semua selesai, Lady Seraphina menghela napas panjang. "Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Ethereal Lands seseorang naik dua tingkat sekaligus dalam awakening. Kalian semua adalah keajaiban."

Elder Amica menambahkan, "Tidak hanya itu. Dengan kenaikan Rank ini, kalian juga mendapatkan usia yang lebih panjang. Usia rata-rata kalian yang sebelumnya 60 tahun kini menjadi 240 tahun."

Kelompok itu saling bertukar pandang, tak tahu harus merasa senang atau bingung.

"Jadi… kita tidak hanya lebih kuat, tapi juga lebih tua?" Souta mencoba bercanda, yang membuat mereka semua tertawa kecil, meskipun rasa heran masih memenuhi hati mereka.

Lady Seraphina tersenyum lembut. "Sang Dewi telah memberikan kalian berkah yang luar biasa. Namun, dengan kekuatan besar, datang pula tanggung jawab besar. Dunia ini membutuhkan kalian, Saint."

Suasana menjadi hening sejenak, sebelum Kaito memecahnya dengan nada riang. "Baiklah, kalau begitu, siapa yang mau mencoba kekuatan barunya duluan?"

Namun, Ai hanya menatap Lady Seraphina, pikirannya penuh pertanyaan tentang apa yang sebenarnya direncanakan oleh Sang Dewi untuk mereka.

Setelah selesai dengan ritual awakening, Lady Seraphina memutuskan untuk membawa mereka ke markas militer Ethereal Lands. Tempat itu terletak di sisi barat istana, dikelilingi oleh tembok besar dengan lambang Ethereal Lands yang terpahat indah di gerbangnya.

Ketika mereka memasuki markas, mereka langsung disambut oleh pemandangan yang luar biasa. Barisan prajurit sedang berlatih dengan intensitas tinggi, memamerkan gerakan yang penuh kekuatan dan disiplin. Di sisi lain lapangan, ada arena duel di mana para ksatria sedang berlatih bertarung satu lawan satu, pedang mereka berkilauan di bawah sinar matahari.

"Luar biasa," gumam Aoi sambil mengamati salah satu prajurit yang dengan mudah mengangkat palu besar untuk latihan kekuatan.

Lady Seraphina memimpin mereka ke tengah lapangan, di mana Elder Caelum Solis sedang berdiri dengan tangan bersedekap, memperhatikan para prajurit dengan mata tajamnya.

"Elder Caelum," panggil Lady Seraphina. "Aku membawa tamu istimewa kita ke sini."

Elder Caelum menoleh, matanya menilai kelompok itu dengan serius. "Ah, para tamu Sang Dewi. Selamat datang di markas militer Ethereal Lands."

Suara Elder Caelum yang dalam dan tegas membuat suasana menjadi lebih formal. Para prajurit yang sedang berlatih berhenti sejenak untuk melihat ke arah mereka. Elder Caelum melambaikan tangan, dan para prajurit langsung memberi hormat dengan serempak.

"Luar biasa terorganisir," komentar Ren, yang terlihat terkesan.

Lady Seraphina memperkenalkan mereka satu per satu, menjelaskan bahwa mereka adalah tamu Sang Dewi dan sekarang telah mencapai Rank Saint. Para prajurit berbisik-bisik dengan kagum, terutama setelah mendengar tentang Rank mereka yang luar biasa tinggi.

Namun, Kaito, dengan senyum penuh percaya diri, melangkah maju. "Kalau begitu, aku ingin mencoba kekuatan baruku. Siapa yang mau bertarung denganku?"

Elder Caelum mengangkat alis. "Kau ingin menantang salah satu prajurit kami?"

Kaito menyeringai. "Bukan prajurit biasa. Aku ingin melawanmu, Jenderal."

Kerumunan langsung gaduh, dan beberapa prajurit tertawa kecil, meski mereka segera diam ketika Elder Caelum melirik mereka. Lady Seraphina tampak ragu, namun Elder Caelum mengangguk dengan tenang.

"Baiklah," katanya. "Tapi aku tidak akan menahan diri."

Arena duel segera disiapkan. Para prajurit berkumpul di sekitar, penasaran dengan hasil duel tersebut.

Kaito memasuki arena dengan penuh semangat, memegang pedang yang diberikan oleh salah satu prajurit. Elder Caelum, di sisi lain, hanya membawa pedang kayu sederhana.

Pertarungan dimulai, dan Kaito segera menyerang dengan kekuatan penuh. Namun, Elder Caelum dengan mudah menghindari setiap serangan, gerakannya begitu cepat dan halus sehingga Kaito bahkan tidak bisa menyentuhnya.

Dalam waktu kurang dari satu menit, Elder Caelum menyerang balik dengan satu pukulan ke pedang Kaito, membuatnya terlempar dari tangannya. Sebelum Kaito bisa bereaksi, pedang kayu Elder Caelum sudah berada di lehernya.

"Kau masih terlalu hijau," ujar Elder Caelum dengan nada datar.

Kerumunan meledak dalam tawa, termasuk anggota kelompok lainnya. Ai melipat tangan di dadanya sambil mencemooh. "Melawan ksatria bayangan saja kau kewalahan, apalagi melawan ksatria sungguhan."

Kaito bangkit dengan wajah merah padam, sementara yang lain terus tertawa. Bahkan Elder Caelum tidak bisa menahan senyum kecil.

"Jangan berkecil hati," kata Elder Caelum. "Kau memiliki potensi besar. Tapi kekuatan saja tidak cukup. Kau butuh pengalaman dan strategi."

Setelah itu, kelompok itu melanjutkan tur mereka di markas, menyaksikan berbagai latihan militer dan teknologi magis yang digunakan oleh para prajurit. Mereka juga diperkenalkan kepada beberapa perwira tinggi, yang semuanya menunjukkan rasa hormat kepada mereka sebagai tamu Sang Dewi.

Menjelang sore, Lady Seraphina mengajak mereka kembali ke istana untuk beristirahat dan menikmati fasilitas istana. Salah satu fasilitas yang paling istimewa adalah pemandian besar di istana pusat.

Ketika mereka tiba di pemandian, kelompok itu terkejut melihat betapa megahnya tempat itu. Ruangan besar dengan lantai marmer putih, dinding yang dihiasi mosaik berwarna emas dan biru, serta kolam air panas yang memancarkan uap harum. Cahaya kristal di langit-langit menciptakan suasana yang damai dan mewah.

"Ini… luar biasa," ujar Souta dengan mata berbinar.

"Seperti surga," tambah Riku, yang hampir tidak bisa berkata-kata.

Lady Seraphina tersenyum. "Silakan menikmati. Ini adalah salah satu tempat favoritku di istana."

Ai memandang pemandian itu dengan mata menyipit. "Aku merasa ini akan menjadi tempat di mana sesuatu yang aneh terjadi."

Yang lain hanya tertawa, meski Kaito tampak bersemangat. "Aku tidak peduli. Aku akan masuk duluan!"

Dan dengan itu, mereka semua bersiap untuk menikmati waktu santai di pemandian, mengakhiri hari yang penuh kejutan dan tawa.