Chereads / Seven Footsteps of Fate (Indonesia) / Chapter 21 - Makan Siang Bersama Para Elder dan Lady Seraphina

Chapter 21 - Makan Siang Bersama Para Elder dan Lady Seraphina

Setelah sambutan resmi di aula istana, Lady Seraphina mengundang kelompok Ai untuk makan siang bersama di sebuah ruang makan besar yang megah. Meja panjang dihiasi kain sutra putih, lilin-lilin bercahaya lembut, dan berbagai hidangan yang menggugah selera. Para pelayan bergerak dengan anggun, menyajikan makanan dari berbagai jenis yang tampak seperti karya seni.

Kelompok Ai duduk di sisi meja, sementara Lady Seraphina dan para elder duduk di ujung meja, memberikan suasana formal namun tetap ramah.

"Silakan, nikmati hidangan ini," kata Lady Seraphina sambil tersenyum lembut. "Anggap saja seperti di rumah sendiri."

Mereka mulai makan, menikmati hidangan yang luar biasa lezat. Namun, suasana mulai ramai ketika para elder mulai melontarkan berbagai pertanyaan.

Elder Caelum Solis bertanya kepada Kaito "Jadi, Kaito, kudengar kau adalah seorang pejuang yang tangguh. Bagaimana kau melatih dirimu hingga memiliki kekuatan seperti itu?"

Kaito tersedak sedikit mendengar pujian itu. "Eh, tangguh? Ah, tidak juga. Aku hanya... berusaha keras, kurasa. Tapi aku lebih suka memikirkan strategi daripada hanya mengandalkan otot."

Elder Aurum Mercator menanggapi "Strategi? Itu bagus. Tetapi, bukankah otot juga penting? Maksudku, lihat diriku—aku jelas tidak memiliki otot, tetapi aku tetap tangguh dalam perdagangan."

Semua orang tertawa kecil, termasuk Kaito yang akhirnya mengangguk setuju.

Lalu Elder Luminis Lexy bertanya "Aku penasaran, Ai dan Aoi. Sebagai saudara kembar, apakah kalian memiliki kemampuan khusus yang membuat kalian saling terhubung?"

Ai tersenyum, melirik Aoi. "Yah, aku rasa kami memiliki ikatan batin yang kuat. Kami sering tahu apa yang dipikirkan satu sama lain tanpa perlu berbicara."

Aoi mengangguk. "Tapi itu juga bisa menyebalkan. Kadang Ai-nee tahu hal-hal yang ingin kusimpan sendiri."

"Karena aku lebih tua," balas Ai sambil tertawa kecil.

Elder Amica Concordia dengan penasaran mengatakan "Riku, kau tampaknya sangat peduli pada teman-temanmu. Apa yang membuatmu begitu berdedikasi pada mereka?"

Riku tersenyum lembut. "Mereka seperti keluargaku. Aku tidak bisa membiarkan mereka menghadapi bahaya sendirian."

"Benar-benar jiwa pelindung," puji Amica dengan kagum.

Akhirnya Lady Seraphina juga menyahuti pembicaraan "Dan Itsuki, kau masih sangat muda, tetapi sudah begitu berani. Apa yang membuatmu ingin bergabung dalam perjalanan ini?"

Itsuki, yang sedang memakan roti kecil, menatap Lady Seraphina dengan mata berbinar. "Aku ingin melindungi Ai-nee dan Aoi-nee. Mereka adalah keluargaku, dan aku ingin menjadi kuat seperti mereka."

Semua orang tersenyum mendengar jawabannya yang polos namun penuh tekad.

Setelah beberapa saat, Lady Seraphina meletakkan cangkir tehnya dan memandang kelompok itu dengan mata penuh rasa ingin tahu.

"Maaf jika pertanyaanku ini terlalu pribadi," katanya dengan nada lembut. "Tapi aku penasaran, bagaimana kehidupan kalian di dunia sebelumnya? Apa yang kalian rasakan saat pertama kali tiba di sini?"

Semua orang terdiam sejenak, merenung. Ai akhirnya membuka suara.

"Kehidupan kami sebelumnya…?" katanya perlahan. "Kami hidup di dunia yang penuh tantangan, dengan masalah yang berbeda dari dunia ini. Tapi, entah bagaimana, aku merasa hidup di sini lebih berarti."

Lady Seraphina tersenyum, tetapi matanya memancarkan rasa ingin tahu yang lebih dalam. "Dan kau, Haruto?"

Ai tertegun mendengar nama itu disebut. "Bagaimana Anda tahu nama itu?"

Para elder saling bertukar pandang, tetapi Lady Seraphina tetap tenang. "Kami memiliki informasi tentang kalian sebelum kalian tiba di sini. Haruto, atau sekarang aku harus memanggilmu Ai, aku tahu ini mungkin membingungkan, tetapi kami telah lama menantikan kedatangan kalian."

Kaito, yang duduk di ujung meja, menatap Lady Seraphina dengan penuh rasa ingin tahu. "Tunggu, jadi kalian tahu tentang kami bahkan sebelum kami sampai di sini? Bagaimana itu mungkin?"

Lady Seraphina melipat tangannya di atas meja, wajahnya penuh kebijaksanaan. "Ethereal Lands adalah tempat di mana berkah dari Dewi Kehidupan diturunkan ke dunia ini. Kami adalah penjaga berkah itu, dan tugas kami adalah memastikan berkah dari sang dewi sampai kepada umatnya."

"Jadi... semua yang terjadi pada kami, itu bagian dari rencana dewi?" tanya Riku dengan nada tak percaya.

"Bukan begitu, Ethereal Lands tidak hanya menerima wahyu," lanjut Seraphina. "Kami juga menerima informasi penting, termasuk tentang kalian. Sang dewi telah memberi tahu kami bahwa kalian akan datang, dan kami diminta untuk mengurus kalian dan memastikan perjalanan kalian sesuai dengan kehendak-Nya."

Souta mengerutkan kening. "Tapi, bagaimana dengan semua masalah yang kami hadapi? Rasanya seperti semuanya terjadi begitu saja."

Elder Luminis Lexy tersenyum kecil. "Masalah itu memang tidak bisa terhindarkan. Namun, bukankah kalian merasa bahwa selalu ada jalan keluar? Selalu ada bantuan yang datang pada saat yang tepat?"

Kelompok itu terdiam, mengingat berbagai kejadian di perjalanan mereka.

Lady Seraphina mengangguk. "Sang dewi tidak hanya mengawasi kalian, tetapi juga memberikan petunjuk kepada kami untuk membantu kalian. Kalian adalah tamu istimewa dari dunia lain, dan keberadaan kalian di sini memiliki tujuan yang lebih besar."

Saat Lady Seraphina selesai menjelaskan tentang mereka, Kaito tiba-tiba berdiri dari kursinya dengan ekspresi kaget.

"Apa? Kami tamu sang dewi?!" serunya dengan nada tidak percaya. "Kalau begitu, kenapa kami harus mengalami semua ini? Bahaya di mana-mana, monster menyerang, dan kami hampir kehilangan nyawa berkali-kali! Bahkan tidak ada tutorial game sekejam ini!"

Ruangan menjadi hening seketika. Para elder dan Lady Seraphina saling bertukar pandang dengan wajah yang penuh rasa bersalah.

Lady Seraphina menundukkan kepalanya, suaranya penuh penyesalan. "Kami... kami tidak menyadari bahwa kalian telah tiba di dunia ini. Itu kesalahan kami yang tidak termaafkan. Kami seharusnya menyambut kalian dengan lebih baik, melindungi kalian sejak awal. Tolong, maafkan kami."

Dia berdiri dari kursinya, lalu membungkuk dalam-dalam di depan mereka, membuat semua orang terkejut. Para elder mengikuti gerakannya, menunjukkan rasa hormat dan penyesalan mereka.

"Apa pun yang kalian inginkan, kami akan melakukannya, asalkan kalian mau memaafkan kami," lanjut Lady Seraphina dengan suara tulus. "Kami mohon maafkan kami."

Kaito, yang awalnya terkejut melihat Lady Seraphina meminta maaf dengan begitu serius, tiba-tiba memasang senyum lebar. "Kalau begitu, aku ingin kamu—"

Namun, sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Ai, Aoi, dan Riku langsung bergerak cepat.

"YOSH…..SHAA! Aoi! Riku!" seru Ai.

"BAIK!" jawab mereka serempak.

Mereka bertiga dengan cepat meringkus Kaito, mengikat tangannya dengan tali, dan menyumpal mulutnya dengan serbet dari meja makan.

"Mmpphh!!" Kaito mencoba protes, tetapi tidak bisa berkata apa-apa.

"Maafkan kelancangan kami, Lady Seraphina," kata Ai sambil tersenyum sopan. "Kaito ini sering mengatakan hal-hal yang aneh. Kami akan memastikan dia tidak mengganggu percakapan ini lagi."

Dengan kerja sama yang terkoordinasi, mereka membawa Kaito ke balkon luar ruang makan dan menggantungnya di sana dengan kejam, membuatnya cukup jauh dari percakapan mereka.

Setelah itu, Ai, Aoi, dan Riku kembali ke meja makan dengan senyum santai, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Maaf atas gangguan kecil tadi," kata Aoi sambil duduk kembali.

Lady Seraphina, yang masih sedikit kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi, mencoba melanjutkan pembicaraan. "Jadi apa yang perlu kami lakukan? Kami sangat merasa bersalah atas semua kesulitan yang kalian alami."

Ai menggeleng dengan senyuman. "Tidak perlu. Kami mengerti bahwa ini adalah situasi yang sulit. Kami memaafkan Anda."

Mata Lady Seraphina berkaca-kaca mendengar jawaban itu. "Terima kasih... terima kasih banyak. Kami tidak pantas mendapatkan pengampunan ini, tetapi kami akan melakukan yang terbaik untuk memastikan kenyamanan kalian mulai sekarang."

Dia menghela napas lega, lalu berkata, "Sebagai bentuk rasa terima kasih kami, kalian boleh menanyakan apa saja, dan kami akan menjawabnya dengan jujur."

QnA!

Sesi tanya jawab dengan Lady Seraphina

Riku:

"Apakah ada alasan khusus kenapa kami dipilih oleh sang dewi?"

Lady Seraphina menjawab dengan lembut, "Sang dewi memilih kalian karena hati kalian yang murni dan potensi besar yang kalian miliki. Kalian bukan hanya tamu, tetapi juga pembawa perubahan untuk dunia ini."

Souta:

"Jadi, apa tujuan akhir kami di dunia ini?"

Lady Seraphina menjelaskan, "Itu adalah sesuatu yang akan kalian temukan sendiri. Tetapi, setiap langkah yang kalian ambil akan membawa dunia ini lebih dekat pada kehendak sang dewi."

Ren:

"Apakah ada cara untuk kembali ke dunia kami?"

Lady Seraphina menggeleng pelan. "Kami tidak memiliki kekuatan untuk mengembalikan kalian. Tetapi, jika sang dewi menghendaki, pintu itu mungkin terbuka suatu hari nanti."

Percakapan berlanjut dengan berbagai pertanyaan tentang Ethereal Lands, dunia mereka, dan peran sang dewi.

Di luar balkon, Kaito masih tergantung dengan ekspresi frustrasi. Dia bergumam dalam hati, "Kenapa aku selalu jadi korban?!"

Salah satu pelayan yang sedari tadi mengawasinya sangat cemas dan menatapnya dengan simpati. "Tuan, apakah Anda membutuhkan sesuatu?"

Kaito hanya bisa menangis dan menggeleng lemah, merasa nasibnya tidak bisa lebih buruk dari ini.

Setelah makan siang selesai, Lady Seraphina mengajak mereka berkeliling istana. Mereka melihat para pegawai bekerja dengan efisiensi tinggi, para pelayan yang melayani dengan senyum ramah, dan para tentara yang sedang berlatih dengan penuh semangat di lapangan.

"Ini adalah inti dari Ethereal Lands," jelas Lady Seraphina. "Setiap orang di sini bekerja untuk menjaga berkah sang dewi dan memastikan bahwa dunia ini tetap dalam harmoni."

Itsuki, yang sangat antusias, melambaikan tangan kepada para tentara. Beberapa dari mereka melambaikan tangan balik, membuatnya tersenyum lebar.

"Kalian memiliki tempat yang luar biasa," kata Aoi dengan kagum.

Lady Seraphina tersenyum. "Dan sekarang, tempat ini adalah rumah kedua kalian."

Kelompok itu merasa lebih tenang setelah mendengar kata-kata itu. Meskipun perjalanan mereka masih panjang, mereka mulai merasa bahwa mereka tidak sendirian di dunia ini.

Lady Seraphina dengan senyum lembut mengajak mereka melanjutkan tur istana. Setiap sudut istana Ethereal Lands memancarkan keindahan dan kemegahan, dengan arsitektur yang memadukan seni klasik dan sihir modern. Pilar-pilar bercahaya dengan ukiran rumit memancarkan energi magis, dan taman-taman yang mereka lewati penuh dengan bunga-bunga yang tampak hidup.

Di tengah perjalanan, Ai, yang tampak berpikir dalam-dalam, akhirnya angkat bicara. "Lady Seraphina, aku ingin bertanya tentang beberapa hal yang membuatku penasaran sejak kami tiba di dunia ini."

Lady Seraphina menoleh dengan perhatian penuh. "Tentu saja, Ai. Silakan bertanya. Aku akan menjawab semampuku."

"Pertama, perubahan tubuhku... kenapa aku berubah menjadi wanita? Apakah ini ada hubungannya dengan sihir atau sesuatu yang dilakukan oleh sang dewi?"

Lady Seraphina tampak berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya dengan maaf. "Maafkan aku, tetapi kami tidak tahu alasan pastinya. Perubahan itu mungkin terjadi karena kehendak sang dewi, tetapi tidak ada catatan atau wahyu yang menjelaskan mengapa hal itu terjadi."

Ai menghela napas panjang, merasa bingung tetapi tidak ingin terlalu memikirkannya sekarang.

"Lalu, bagaimana dengan hutan raksasa yang kami lewati? Itu tempat yang sangat aneh, tetapi juga penuh keindahan dan bahaya." Lanjut Ai penasaran.

Lady Seraphina tersenyum. "Hutan itu adalah bagian dari 'Hutan Kehidupan.' Itu adalah tempat di mana banyak ras dan makhluk magis tinggal, termasuk elf, dryad, dan beastkin. Hutan itu memiliki kesadaran sendiri dan melindungi makhluk-makhluk di dalamnya, tetapi juga tidak menyukai orang asing yang tidak menghormati aturannya."

"Jadi, itu seperti makhluk hidup raksasa?" Riku menimpali.

Lady Seraphina mengangguk. "Bisa dibilang begitu. Hutan itu adalah salah satu berkah dari sang dewi untuk menjaga keseimbangan dunia."

Ai kembali bertanya "Bagaimana dengan kota-kota yang kami lihat di kejauhan? Dan tanah melayang seperti Ethereal Lands ini?"

Lady Seraphina menjelaskan dengan sabar. "Kota-kota di bawah adalah tempat tinggal utama umat manusia. Mereka adalah bagian dari dunia permukaan, tetapi tetap terhubung dengan Ethereal Lands melalui sihir dan jalur perdagangan. Tanah melayang seperti Ethereal Lands adalah bagian dari dunia ini yang lebih tinggi, tempat berkumpulnya kekuatan magis. Sebagian tanah melayang yang lebih kecil digunakan sebagai kedutaan atau tempat pertemuan antara ras-ras berbeda."

Souta ikut serta dalam percakapan "Jadi, ada semacam hirarki antara permukaan dan tanah melayang?"

Lady Seraphina tersenyum tipis. "Bukan hirarki, tetapi lebih kepada perbedaan fungsi. Tanah melayang adalah tempat yang lebih dekat dengan energi magis murni, sedangkan permukaan adalah tempat kehidupan sehari-hari berlangsung."

"Kami juga melihat pilar-pilar besar di berbagai tempat. Apa itu?" Tanya Ai melanjutkan.

Lady Seraphina menghela napas panjang, lalu mulai menjelaskan. "Ada dua jenis pilar yang sangat penting di dunia ini. Pilar hitam, yang kalian lihat sebelumnya, adalah sumber energi gelap yang terus mengancam dunia ini. Pilar-pilar itu muncul secara misterius ribuan tahun yang lalu dan mulai mencemari dunia dengan energi gelap."

"Dan pilar-pilar yang berwarna-warni?" Tanya Ren.

Lady Seraphina melanjutkan, "Pilar-pilar warna-warni adalah perlindungan yang diciptakan oleh para dewi dan dewa untuk melawan pengaruh pilar hitam. Mereka adalah benteng terakhir dunia ini, menjaga keseimbangan dan melindungi wilayah-wilayah yang tersisa dari kehancuran total."

Riku mulai sedikit memahami "Jadi, pilar-pilar itu seperti penghalang?"

Lady Seraphina mengangguk. "Benar. Namun, kekuatan mereka tidak abadi. Setiap kali energi pilar hitam meningkat, pilar warna-warni harus bekerja lebih keras untuk menahan pengaruhnya."

"Lalu, bagaimana dengan monster bayangan yang sering muncul? Kami hampir mati melawan mereka." Tanya Ai yang tak ada habisnya.

Lady Seraphina menundukkan kepalanya sedikit. "Monster-monster itu adalah makhluk yang terkontaminasi oleh energi gelap dari pilar hitam. Mereka dulunya mungkin adalah binatang biasa atau makhluk magis, tetapi energi gelap mengubah mereka menjadi makhluk buas yang tidak mengenal rasa belas kasihan."

Aoi yang dari tadi hanya menyimak akhirnya mengucapkan sesuatu "Apakah ada cara untuk menghentikan mereka?"

Lady Seraphina menggeleng pelan. "Satu-satunya cara adalah menghancurkan pilar hitam, tetapi itu adalah tugas yang sangat sulit, bahkan bagi para pahlawan legendaris." Lady Seraphina menghentikn ucapannya.

"Pahlawan legendaris bahkan kesulitan?" Ucap Aoi yang terkejut, lalu menambahkan, "Apakah itu berarti dunia ini sedang berjuang keras untuk bertahan hidup?"

Lady Seraphina mengangguk dengan wajah sedih. "Perang besar terakhir melawan pilar hitam terjadi sekitar 300 tahun yang lalu. Saat itu, kedua kubu kehilangan kekuatan besar mereka. Pilar hitam kehilangan sebagian besar energinya, tetapi dunia ini juga kehilangan tujuh pahlawan terpilih yang bertarung untuk melindunginya."

Riku terkejut "Tujuh pahlawan terpilih? Siapa mereka?"

Lady Seraphina menjelaskan, "Mereka adalah individu luar biasa yang dipilih oleh para dewa dan dewi untuk melawan ancaman pilar hitam. Namun, dalam pertempuran terakhir, mereka mengorbankan diri mereka untuk menghentikan pilar hitam dari menghancurkan dunia ini sepenuhnya."

Kelompok itu terdiam sejenak, mencerna informasi yang baru saja mereka dengar.

Ren bergumam "Jadi, kita hidup di dunia yang kehilangan para pelindung terbesarnya?"

Lady Seraphina mengangguk. "Benar. Dunia ini sekarang bergantung pada kekuatan yang tersisa dan harapan bahwa pilar hitam tidak akan bangkit kembali dengan kekuatan penuh."

Ai, Aoi, dan yang lainnya saling bertukar pandang, merasa bahwa mereka mungkin memiliki peran penting dalam cerita ini, meskipun mereka belum sepenuhnya memahaminya.

Ai berbisik kepada Aoi "Aku merasa kita baru saja menguak sebagian kecil dari misteri dunia ini. Ada begitu banyak yang masih belum kita ketahui."

Lady Seraphina tersenyum lembut. "Tenang saja, kami akan melindungi kalian sejauh yang kami bisa. Dunia ini mungkin penuh dengan bahaya, tetapi juga penuh dengan keajaiban yang menanti untuk ditemukan."

Percakapan itu berhenti sejenak, memberi waktu bagi mereka untuk merenung sebelum melanjutkan perjalanan mereka di istana.