Chereads / Seven Footsteps of Fate (Indonesia) / Chapter 5 - Pagi yang (Terlalu) Cerah

Chapter 5 - Pagi yang (Terlalu) Cerah

Matahari masih enggan muncul ketika Haruto membuka matanya. Udara pagi yang dingin membelai wajahnya, memaksa tubuhnya menggigil. Ia memandang sekeliling, berharap semua yang terjadi kemarin hanyalah mimpi buruk. Namun, rasa tidak nyaman dari tubuh barunya kembali mengingatkannya bahwa ini nyata.

Ia menarik napas panjang sebelum berdiri, memperhatikan sekeliling kemah yang masih sunyi. Riku tertidur di dekat api unggun yang sudah padam, sementara yang lain terbungkus kain seadanya, meringkuk untuk melawan dingin.

"Yah, sepertinya aku harus menerima ini," gumam Haruto, sambil berjalan ke arah sungai kecil yang mereka temukan kemarin malam. Ia mencuci wajahnya dengan air dingin, berharap dapat sedikit menyegarkan pikirannya.

Setelah kembali ke kemah, Haruto memutuskan untuk membangunkan yang lain.

"Bangun, kalian semua! Sudah pagi, dan kita butuh energi untuk perjalanan berikutnya!" panggilnya tegas.

Satu per satu, mereka mulai menggeliat, mengeluh karena merasa terlalu pagi untuk bangun.

---

Tugas Pagi: Membagi Kelompok

Setelah mereka berkumpul, Haruto segera membagi tugas. "Baik, ini rencananya. Souta, Kaito, dan Ren, kalian bertiga bertugas mencari ikan di sungai. Cari yang bisa dimakan, dan jangan lupa pastikan airnya bersih."

"Dimengerti!" jawab Souta penuh semangat, diikuti oleh Kaito dan Ren yang mengangguk setuju.

"Kelompok wanita, kita akan berburu hewan kecil, mencari buah, jamur, sayuran liar, atau apapun yang bisa dimakan," lanjut Haruto sambil melirik Aoi, Itsuki, dan Riku. "Itsuki ikut kita saja, lebih aman kalau bersama kelompok wanita."

"Kenapa aku harus di kelompok wanita?" keluh Riku, meskipun akhirnya ia mengalah karena tahu tidak ada gunanya berdebat.

Setelah rencana disepakati, mereka berpencar.

---

Tim Sungai: Berburu Ikan

Souta, Kaito, dan Ren berjalan menuju sungai kecil yang tidak jauh dari kemah. Mereka membawa ranting panjang yang diasah menjadi tombak sederhana, serta beberapa tali yang bisa digunakan untuk menjebak ikan.

"Kita harus berhati-hati," kata Souta sambil mengamati air jernih di depannya. "Kalau kita terlalu berisik, ikan akan kabur."

Mereka memilih lokasi dengan arus yang tenang, di mana ikan kecil tampak berenang dengan santai.

"Kaito, coba buat jebakan di sana," perintah Souta sambil menunjuk area berbatu. "Ren, kau coba tangkap dengan tombak di dekat sini. Aku akan menjaga bagian hilir kalau ada yang lolos."

Kaito mengikat tali di antara dua batang kayu, membuat jebakan sederhana yang akan menghalangi ikan keluar dari area berbatu. Sementara itu, Ren berdiri di tepi sungai, menunggu dengan tombak di tangannya.

"Ini seperti menangkap ikan saat camping," kata Kaito sambil tertawa kecil.

Ren melemparkan tombaknya dengan cepat, menusuk seekor ikan besar. "Gotcha!" teriaknya penuh kemenangan.

Souta berhasil menangkap beberapa ikan kecil yang terjebak di jebakan Kaito, sementara Ren berhasil menangkap tiga ekor ikan besar.

"Cukup untuk sarapan pagi," kata Souta puas.

---

Tim Hutan: Mencari Bahan Makanan

Sementara itu, Haruto memimpin timnya menyusuri hutan. Mereka membawa beberapa ranting tajam dan tas kecil untuk membawa hasil temuan mereka.

"Pertama-tama, kita cari buah-buahan dulu," kata Haruto. "Tapi pastikan tidak ada tanda-tanda binatang yang pernah memakan pohon itu."

Mereka menemukan pohon dengan buah-buahan kuning yang tampak segar. Haruto memotong satu buah dan memeriksa bagian dalamnya. "Tidak ada tanda-tanda beracun. Kita coba metode pengecekan racun."

Haruto mengoleskan sedikit jus buah ke kulit tangannya, menunggu beberapa menit untuk melihat apakah ada reaksi. Setelah memastikan aman, ia mencoba gigitan kecil.

"Aman dimakan," katanya sambil mengangguk.

Aoi dan Itsuki mulai memetik buah-buahan tersebut, mengisi tas mereka dengan hati-hati.

Mereka juga menemukan beberapa jamur yang tumbuh di bawah pohon besar. Haruto mengajari cara mengenali jamur yang aman, mengamati bentuk, warna, dan tekstur permukaannya.

"Kita juga perlu beberapa ranting kering untuk bahan bakar api," kata Haruto.

Setelah mengumpulkan bahan yang cukup, mereka menemukan jejak kelinci kecil. Dengan cepat, mereka memasang jebakan sederhana menggunakan tali dan ranting yang mereka bawa. Beberapa menit kemudian, mereka berhasil menangkap beberapa ekor kelinci.

---

Sarapan yang Membuka Rahasia

Setelah kembali ke kemah, mereka mulai memasak hasil temuan mereka. Ikan dipanggang di atas api unggun, sementara buah-buahan dan jamur diolah menjadi makanan tambahan.

Saat mereka duduk di sekitar api unggun, Haruto memiliki ide. "Bagaimana kalau kita cek isi tas kita? Siapa tahu ada sesuatu yang berguna."

Mereka mulai memeriksa tas sekolah masing-masing, terkejut karena menemukan barang-barang yang mereka bawa dari dunia sebelumnya.

Barang dalam tas mereka:

1. Haruto: Pisau lipat, botol air, peta, kompas, korek api, jaket tahan air, senter, buku catatan, pena, dan tali serbaguna.

2. Riku: Tenda kecil lipat, selimut darurat, kotak P3K, sabun biodegradable, cermin sinyal, peluit, kantong tahan air, topi, sepatu cadangan, dan sarung tangan.

3. Kaito: Tali panjang, kail pancing, umpan buatan, pisau multi-fungsi, termos, buku panduan survival, gunting kecil, jas hujan, korek api, dan baterai cadangan.

4. Aoi: Peralatan menjahit, kain perban, gunting, payung lipat, selimut kecil, botol kecil cairan antiseptik, penghangat tangan, bandana, senter mini, dan peluit cadangan.

5. Ren: Alat pengasah pisau, peta, lampu kepala, tali serbaguna, sarung tangan kulit, botol air tambahan, buku catatan, pena, pemantik api, dan jaket tahan angin.

6. Souta: Cangkul lipat, terpal, peta, botol air, korek api, kantong air, tali, gunting kawat, busur mini, dan beberapa anak panah.

7. Itsuki: Buku gambar, pensil warna, mainan kecil, botol air kecil, kain lembut, makanan ringan, kotak bekal, bandana, sabun, dan kacamata cadangan.

Haruto menatap tasnya dengan heran. "Kenapa bisa muat sebanyak ini?"

"Aku bahkan tidak ingat pernah memasukkan barang ini sebelumnya," kata Riku sambil memeriksa kembali tasnya.

"Apa apaan kau Souta? Cangkul dan busur? Kau mau perang?," kata Ren sambil menghela napas.

Setelah memeriksa tas mereka, semua orang duduk melingkar di sekitar api unggun yang mulai meredup. Mereka terdiam sesaat, merenungkan kenapa barang-barang yang begitu berguna itu tak terpikirkan sebelumnya.

"Kenapa kita nggak kepikiran pakai ini waktu berburu?" kata Haruto sambil memegang kompas di tangannya.

"Jangankan mikir buat dipakai, ingat kalau tas ini ada aja nggak sempat," jawab Souta dengan nada bercanda, meskipun ekspresinya serius.

Semua tertawa kecil, seolah menertawakan diri sendiri karena kekacauan kemarin.

Kaito, yang sengaja duduk di antara Haruto dan Riku, mulai menggoda keduanya. "Jadi, Paman Haruto... atau lebih tepatnya Bibi Haruto, apakah kau ingin mengganti namamu sekarang? Penampilanmu yang sekarang lebih cocok dengan nama cantik, bukan?"

"Apa?!" Haruto memutar matanya, jelas-jelas terganggu dengan pertanyaan itu.

Namun, Souta yang otaku akut segera ikut menimpali. "Haruka cocok tuh, kayak karakter anime favoritku!"

"Bagaimana kalau Hime? Seperti putri dalam dongeng?" tambah Ren, tersenyum lembut.

"Harutan! Seperti peliharaanku dulu!" ujar Kaito sambil tertawa.

"Ah, Onee-sama, bagaimana kalau nama yang lebih imut seperti Ai?" celetuk Aoi, wajahnya sedikit memerah.

Semua mulai melemparkan ide-ide nama, dari nama artis, panggilan imut, hingga nama-nama yang aneh dan kocak. Haruto akhirnya mendesah panjang dan berkata, "Baiklah, cukup. Kalau harus memilih, aku akan menggunakan nama Ai. Setidaknya itu mirip dengan Aoi."

Aoi terdiam, wajahnya berubah merah. Hatinya berdegup kencang saat mendengar kata-kata itu. Sekarang, Onii-sama-nya bukan hanya menjadi Onee-sama, tapi juga menjadi versi sempurna dari dirinya sendiri—lebih cantik, lebih anggun, dan lebih mempesona.

---

Perubahan Suasana Memunculkan Sifat Asli

Diskusi mulai berubah arah, dan sifat asli mereka masing-masing mulai terlihat. Souta, si otaku akut, mulai membicarakan bagaimana situasi mereka saat ini terasa seperti cerita dalam anime fantasi.

"Ini seperti kita masuk ke dalam anime isekai favoritku!" kata Souta penuh semangat.

Ren, yang selalu terlihat feminin dan lembut, menimpali, "Souta, kau tidak perlu menyamakannya dengan anime. Ini sudah cukup aneh tanpa tambahan imajinasimu."

Haruto, yang selalu pandai berbicara, mencoba meredakan suasana, meskipun sering kali ucapannya membuat Souta semakin bersemangat.

Riku, si nakal tapi diam diam dia ahli dalam club kesehatan, terlihat santai tapi mulai menggoda Haruto dengan berbagai lelucon kecil.

Sementara itu, Itsuki, yang polos, sibuk berbicara dengan peri kecil yang selalu mengelilinginya. Peri itu tampak sangat tertarik dengan Itsuki, menari-nari di atas kepalanya seolah sedang bermain.

Aoi, yang jenuh dengan diskusi tanpa arah, akhirnya mengalihkan perhatian mereka. "Souta, kau bawa busur itu, kan? Kenapa tidak kau coba?"

---

Eksperimen Kekuatan

Souta dengan penuh semangat mengambil busurnya, memasang anak panah, dan membidik sebuah pohon besar di kejauhan. Ia menarik tali busur dengan kuat, lalu melepaskannya.

Anak panah itu melesat cepat, menembus batang pohon besar dengan mudah, hingga pohon itu tumbang dengan suara gemuruh. Namun, tidak berhenti di situ. Anak panah itu terus melesat, menghantam sebuah batu besar di belakang pohon, menghancurkannya menjadi serpihan kecil.

"WOOOOHH!!" Souta melompat kegirangan. "Ini seperti anime favoritku! Aku punya kekuatan OP!"

Melihat itu, semua mulai penasaran apakah mereka juga memiliki kekuatan. Souta, yang selalu memaksa teman-temannya bermain game MOBA, menyarankan mereka mencoba seperti "player baru yang menekan semua tombol dilayarnya."

Satu per satu, mereka mencoba mengeluarkan kekuatan mereka secara spontan.

Haruto mencoba bergerak cepat ke arah pohon lain, dan tiba-tiba tubuhnya berpindah sekejap ke tempat lain. Ia mampu bergerak dalam kecepatan tinggi, hampir seperti teleportasi, namun efek sampingnya adalah rasa pusing yang sangat kuat.

Saat mencoba berkonsentrasi, Riku tanpa sengaja memancarkan cahaya hijau lembut yang menyelimuti sekelilingnya. Luka kecil di tubuh Souta dan Aoi sembuh dengan cepat, menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan penyembuhan. Namun Riku merasa sedikit lemah setelah menggunakan kemampuannya.

Kaito, yang berdiri di dekat pohon besar, mencoba memukul batang pohon tersebut. Tiba-tiba tangannya dikelilingi oleh aura merah, dan sekali pukulannya mampu menghancurkan pohon besar itu. Kaito merasakan sakit di tangannya karena belum terbiasa mengontrol kekuatannya, namun perlahan mereda.

Souta, dengan busurnya, dapat menembakkan panah energi yang mampu menembus apapun di jalurnya. Setiap serangannya sangat akurat dan kuat, membuatnya cocok sebagai penyerang jarak jauh. Namun sepertinya dia harus menggunakan energi di dalam tubuhnya karena Ia merasa lelah setelah beberapa kali menembakkan panah.

Ren mencoba menggerakkan tangannya, dan tiba-tiba elemen air berkumpul di depannya, membentuk sebuah pusaran besar yang dapat ia kendalikan. Setelah serangkaian percobaan Ren merasa mual setelah menggunakan sihirnya.

Aoi menemukan dirinya dikelilingi oleh perisai energi yang mampu memantulkan serangan. Ketika Kaito mencoba menyerangnya dengan pukulan, perisai itu dengan mudah memantulkan serangan tersebut. Namun Aoi merasa tubuhnya menjadi sangat berat setelah perisai itu dilepaskan.

Itsuki memanggil peri kecil yang menemaninya, dan peri itu menciptakan lapisan perlindungan di sekitar semua orang. Lapisan ini mampu menyerap serangan dari luar. Lama kelaman Itsuki merasa sangat mengantuk saat peri itu terus menggunakan kekuatannya.

Setelah mencoba kekuatan mereka, semua merasa takjub, meskipun tubuh mereka mulai menunjukkan kelelahan akibat efek sampingnya. Souta, dengan semangat yang tak pernah padam, berseru, "Ini baru permulaan! Kita pasti bisa jadi OP di dunia ini!"

Haruto hanya bisa menghela napas, menatap teman-temannya yang mulai sibuk dengan kekuatan baru mereka. "Sepertinya perjalanan kita akan lebih sulit daripada yang kupikirkan," gumamnya.

Cerita bersambung...