Matahari pagi menyelinap masuk melalui celah tirai jendela, menyinari kamar berantakan milik Haruto Takayama, yang dikenal oleh teman-temannya sebagai siswa paling cerdas di sekolah karena Haruto sangat suka dengan teknologi, jadi dia sangat menguasai Elektrisitas dan Pemrograman. Alarm berbunyi keras, tapi Haruto, dengan wajah setengah sadar, hanya mengulurkan tangan untuk mematikannya. Setelah bergumam pelan, "Lima menit lagi," ia akhirnya menyerah dan bangun. Hari dimulai seperti biasa.
Pagi Hari di Rumah Haruto
Setelah mandi dan sarapan, Haruto duduk di ruang tamu sambil meminum teh hangat. Tiba-tiba, pintu depan terbuka keras, dan dua suara berisik menggema.
"Paman Haruto!" teriak Riku dan Kaito Tanaka, dua keponakannya yang tinggal di dekat rumahnya.
Haruto mendengus, mengangkat satu alis, dan menggerutu. "Sudah kubilang jangan panggil aku paman, anak kecil!" Dengan refleks cepat, ia menimpuk kepala mereka berdua dengan gulungan kertas.
Riku tertawa sambil mengelak, sementara Kaito, yang lebih humoris, malah berkata, "Tapi kau kan memang seperti paman tua, hahaha!"
Haruto hanya menggelengkan kepala, membiarkan keponakan nakalnya itu menikmati kesenangan mereka.
Nakal adalah nama lainnya. Riku Tanaka adalah sosok yang hampir seluruh siswa siswi kenal karena sering membuat mereka kesal. Namun entah mengapa, tidak ada yang sanggup membencinya.
Riku sangat rajin mengikuti club kesehatan. Dia sangat piawai dan hampir semua pasien UKS dia yang menangani. Oleh karena itu dia sangat ahli dalam ilmu kesehatan bahkan sering terlibat diskusi dengan dokter UKS. Namun motivasinya dalam kesehatan hanya alasan nakalnya agar dia bisa merawat gadis gadis di UKS.
Sedangkan sudaranya, Kaito Tanaka, adalah sosok yang sangat humoris, semua orang sangat suka berada di sampingnya. Dia tidak ahli dalam hal rumit dan sangat membenci pelajaran. Namun di sisi lain, dia dapat menggambar ilustrasi yang sangat nyata dan presisi.
Di Sekolah
Di kelas, Haruto segera bertemu dengan dua sahabatnya.
Souta Nakamura adalah otaku akut, membuatnya sangat ahli dalam game dan anime. Karena selalu bersemangat pada anime membuatnya memahami hampir setiap ilmu dalam dunia fantasi.
Souta yang seorang otaku sejati, sudah tenggelam membaca manga terbarunya. "Haruto, kau harus membaca ini! Ceritanya tentang seorang penyihir yang tiba-tiba terlempar ke dunia modern. Keren, kan?" kata Souta dengan mata berbinar.
Di sisi lain, Ren Nishikawa, sahabat yang lebih feminim, sedang sibuk mengatur jadwal kegiatan klub mereka. "Haruto, jangan lupa rapat klub nanti sore, ya," katanya lembut. Haruto hanya mengangguk, menikmati dinamika aneh antara kedua sahabatnya.
Ren Nishikawa adalah orang yang sangat rajin, kedisiplinan adalah kunci. Itu membuatnya sangat ahli dalam belajar, membuatnya ahli dalam banyak hal. Namun itu membuatnya sangat taat pada peraturan.
Ketika jam makan siang tiba, Aoi Takayama, adik kembar Haruto, menghampiri mereka. Dengan anggun, ia membawa bekal untuk kakaknya. "Kau pasti lupa membawa makan siang, kan, Onii-sama?" katanya dengan senyum manis.
Namun, Haruto tahu sisi lain Aoi yang tidak diketahui orang lain. Saat salah satu siswa lain menjatuhkan buku, Aoi dengan cekatan mengangkatnya, menunjukkan kekuatan yang tidak biasa untuk gadis anggun seperti dirinya. Haruto hanya menyeringai, menyadari bahwa adiknya masih menyembunyikan sifat tomboinya.
Aoi sangat suka beladiri, hampir semua aliran dia pelajari. Namun itu membangkitkan sifat tomboy seiring dengan latihannya dalam bela diri.
Sore Hari
Saat pulang sekolah, kelompok ini sering bertemu dengan Itsuki Mori, adik kecil ceroboh yang bukan saudara kandung haruto, tapi sudah dianggap bagian keluarga.
Itsuki adalah anak yang di asuh keluarga Takayama, dia adalah anak sahabat ayah Haruto yang terlibat kecelakaan dan berakhir Yatim Piatu. Namun dia tidak berganti marga, karena keluarga Takayama hanya mengasuhnya dan setelah dewasa dia akan kembali ke keluarga Mori sebagai pewaris yang sah.
Itsuki menyambut mereka dengan lambaian tangan antusias.
"Haruto-nii! Aku menemukan tempat makan baru di dekat sini! Ayo kita pergi bersama-sama!" kata Itsuki dengan suara ceria. Namun, sebelum melangkah lebih jauh, Itsuki tersandung batu kecil, membuat semua orang tertawa.
Haruto menghela napas, "Dasar ceroboh."
Malam Hari
Malam tiba, dan Haruto duduk di balkon rumahnya, menatap bintang. Semua terasa seperti hari biasa, dengan keramaian dan kekonyolan teman-temannya yang mengisi hidupnya. Namun, di sudut pikirannya, ada firasat bahwa sesuatu yang besar akan terjadi. Ia tidak tahu, tapi malam itu adalah malam terakhir mereka di dunia modern.