Aku pun terkejut setelah mendengar perkataan polisi itu.
"Informasi terbaru tentang kecelakaan yang telah menewaskan istri saya?," tanyaku.
"Iya, pak. Apa pak Aarav saat ini sedang berada di rumah?," tanya polisi itu.
"Tidak, saat ini saya sedang berada di luar rumah. Saya sedang bekerja di kantor," ucapku.
"Begitu ya. Kapan kira-kira pak Aarav tiba di rumah? Kami ingin memberitahukan tentang hal ini secara langsung kepada pak Aarav karena kami pikir tidak etis membicarakan hal ini lewat panggilan telepon," ucap polisi itu.
"Saya akan tiba di rumah kira-kira sekitar jam 8 malam, pak," ucapku.
"Kalau begitu nanti jam 8 malam kami akan pergi ke rumah pak Aarav. Pak Aarav tidak perlu memberitahukan alamat tempat tinggal bapak karena kami sudah mengetahuinya," ucap polisi.
"Baik, pak," ucapku.
"Itu saja yang ingin saya sampaikan, pak. Karena pak Aarav saat ini sedang bekerja jadi saya minta maaf karena telah mengganggu waktunya," ucap polisi.
"Tidak, pak. Bapak tidak perlu meminta maaf," ucapku.
"Ya sudah, kalau begitu saya akhiri dulu panggilan telepon ini. Permisi, pak," ucap polisi.
"Baik, pak," ucapku.
Setelah itu, panggilan telepon dari polisi itu pun berakhir. Setelah panggilan telepon itu berakhir, aku lalu melihat dan memperhatikan layar smartphone milikku yang masih menyala. Aku memperhatikan layar itu sambil memikirkan perkataan polisi yang meneleponku.
"Informasi terbaru tentang kecelakaan yang menewaskan Nadine, aku benar-benar penasaran tentang informasi tersebut," ucapku.
Setelah memikirkan itu, aku terus melihat dan memperhatikan layar smartphoneku sampai layar smartphoneku itu mati dengan sendirinya. Setelah layar smartphone itu mati, aku lalu menaruh smartphoneku kembali ke saku celanaku.
"Untuk sekarang lebih baik aku makan siang dulu," ucapku.
Setelah itu, aku lalu mulai memakan makanan yang barusan aku beli untuk makan siang. Beberapa menit kemudian, aku pun telah selesai melakukan makan siang dan kemudian aku langsung kembali ke kantorku.
-
Setelah terus bekerja selama beberapa jam, waktu pun akhirnya menunjukkan jam 6 petang, yang berarti jam kerja telah berakhir. Meski begitu, jika ada lembur, jam kerja bisa bertambah dan berakhir lewat dari jam 6 petang. Begitu waktu sudah menunjukkan jam 6 petang, aku kemudian bertanya ke pak Indra.
"Maaf, pak Indra. Saya ingin bertanya apakah hari ini ada lembur?," tanyaku.
Pak Indra pun langsung menjawabnya.
"Hari ini tidak ada lembur, Rav," ucapku.
Untungnya hari ini tidak ada lembur. Aku khawatir apabila ada lembur hari ini apalagi aku sudah berjanji dengan Noa dan juga polisi yang sebelumnya menghubungiku. Jika ada lembur, pak Indra biasanya sudah memberitahukannya sejak pagi atau siang hari. Tetapi terkadang beliau juga bisa memberitahukannya secara mendadak yaitu saat jam kantor sudah berakhir.
"Kalau begitu, apa saya boleh langsung pulang, pak?," tanyaku kepada pak Indra setelah mendengar perkataannya.
"Silahkan jika kamu ingin pulang, Rav," ucap pak Indra.
"Baik, pak. Terima kasih," ucapku.
Setelah itu, aku lalu membereskan peralatan dan barang-barang kantor yang aku pakai untuk bekerja. Setelah selesai membereskannya, aku lalu pamit kepada pak Indra, Tio, Sophie dan Alina yang kebetulan juga sedang beres-beres juga. Setelah pamit ke mereka, aku lalu bergegas pergi meninggalkan meja kantorku. Tidak hanya bergegas pergi meninggalkan meja kantorku saja, aku juga bergegas pergi meninggalkan kantorku untuk menuju tempat parkir dimana aku memakirkan motorku.
Setelah sampai di tempat parkir gedung tempatku bekerja, aku langsung menaiki motorku, menyalakannya dan segera pergi meninggalkan gedung tempatku bekerja. Aku langsung pergi untuk memenuhi janjiku yaitu untuk sering-sering mengunjungi makam Nadine.
-
Sekitar 30 menit kemudian, aku akhirnya sampai di pemakaman tempat Nadine dimakamkan. Pemakaman tempat Nadine dimakamkan sekaligus rumah orang tuanya yang berada di dekat pemakaman itu berjarak cukup dekat dengan kantorku. Jadi waktu yang ditempuh pun tidaklah lama, hanya sekitar 30 menit jika jalanan lancar dan tidak macet. Untungnya saat aku menuju kesini jalannya lancar sehingga waktu tempuhnya hanya 30 menit.
Setelah sampai di pemakaman, aku kemudian memakirkan motorku di pintu masuk pemakaman itu. Akses jalan menuju pemakaman tempat Nadine dimakamkan masih bisa dilalui oleh motor, sementara untuk mobil cukup sulit untuk melaluinya karena jalan menuju pemakaman cukup sempit. Makanya kemarin kami membawa jenazah Nadine dengan berjalan kaki saja dibandingkan dengan menggunakan mobil jenazah. Lagipula jaraknya juga dekat, dengan berjalan kaki pun juga tidak masalah.
Lalu setelah memakirkan motorku, aku lalu turun dan melihat ke sekeliling pemakaman itu. Pemakaman itu terlihat sangat sepi, itu wajar karena sekarang sudah jam setengah 7 malam. Saat siang hari saja, pemakaman biasanya juga sepi, apalagi saat malam hari. Normalnya juga, orang-orang kebanyakan mengunjungi makam itu di siang hari, jarang yang mengunjungi makam di malam hari karena berbagai hal salah satunya mungkin karena takut. Tetapi aku tidak takut sedikitpun meskipun harus mengunjungi makam Nadine di malam hari, yang terpenting aku bisa memenuhi janjiku.
Setelah melihat ke sekeliling, aku lalu mulai memasuki pemakaman itu. Aku lalu berjalan menuju ke makam Nadine yang jaraknya tidak begitu jauh dari pintu masuk pemakaman. Aku berjalan sambil menggunakan senter yang berasal dari smartphoneku karena kondisi makam saat itu cukup gelap sehingga sulit berjalan tanpa cahaya.
Beberapa saat kemudian, aku akhirnya sampai di makam Nadine. Aku lalu berjongkok di samping makam Nadine. Kemudian, aku melihat dan memegang papan nama yang ada di makam Nadine.
"Aku datang untuk mengunjungimu, Nadine," ucapku sambil memegang papan nama yang ada di makam Nadine.
Setelah mengatakan itu, air mata mulai mengalir keluar dari kedua mataku. Aku tidak berusaha untuk mengusap air mata itu karena aku tahu selagi aku masih berada di makam Nadine, air mata akan selalu keluar dari kedua mataku. Kemudian, sambil mengeluarkan air mata, aku lalu mulai berbicara di makam Nadine. Aku membicarakan tentang apa yang terjadi hari ini dari mulai suara Nadine yang membangunkanku sampai aku tiba di makam Nadine untuk mengunjunginya. Aku membicarakan semua hal itu cukup lama, mungkin sekitar 15 menit. Setelah membicarakan hal itu, aku lalu mulai berdiri kembali setelah sebelumnya berjongkok.
"Itu saja yang ingin aku bicarakan denganmu, Nadine. Sekarang, aku pulang dulu ya. Aku tidak bisa berlama-lama disini karena nanti jam 8 malam aku sudah ada janji dengan pihak kepolisian. Seperti yang aku bicarakan denganmu sebelumnya, mereka akan memberitahukan informasi terbaru tentang kecelakaan yang membuatmu pergi meninggalkanku. Selain itu, nanti Noa dan Vyn juga akan datang ke rumahku. Jadi aku harus segera pulang ke rumah,"
"Kamu jangan khawatir, aku akan datang lagi besok untuk mengunjungimu," ucapku.
Setelah itu, aku yang sudah berdiri kemudian memegang kembali papan nama yang ada di makam Nadine. Kemudian, aku mencium papan nama yang menampilkan nama Nadine itu.
"Aku pergi dulu ya, Nadine," ucapku setelah mencium papan nama itu.
Setelah itu, aku lalu berbalik dan mulai berjalan meninggalkan makam Nadine. Sambil berjalan, aku juga sambil mengusap air mata yang masih keluar dari kedua mataku. Tidak lama kemudian, aku pun telah sampai di pintu masuk pemakaman. Kemudian, aku menghampiri motorku yang diparkir di dekat pintu masuk pemakaman. Aku lalu menaiki dan menyalakan motor itu. Setelah itu, aku pun langsung pergi meninggalkan pemakaman itu dengan mengendarai motorku.
Hari ini, aku memutuskan untuk tidak mampir ke rumah kedua orang tua Nadine meskipun jarak dari pemakaman ke rumah kedua orang tua Nadine itu cukup dekat. Alasannya karena aku tidak mau terlambat dalam menepati janjiku dengan polisi dan juga Noa. Jadi aku memutuskan untuk segera pulang ke rumahku.
-
Sekitar 30 menit kemudian, aku akhirnya sampai di rumahku. Aku lalu langsung bergegas masuk ke pekarangan rumahku sambil mengendarai motorku. Setelah sudah masuk ke pekarangan rumah, aku lalu menaruh motorku di garasi. Kemudian, aku pergi menuju pintu rumah, membuka kuncinya dan segera masuk ke dalam rumah begitu pintunya sudah terbuka.
"Aku pulang," ucapku begitu aku baru masuk ke dalam rumah.
Tidak ada jawaban setelah aku mengatakan itu, sama seperti kemarin. Lalu setelah masuk ke dalam rumah, aku lalu melihat ke arah fotoku dan Nadine yang dipajang di dekat pintu rumah. Aku lalu tersenyum ketika melihat ke foto itu.
"Aku pulang, Nadine," ucapku sambil melihat foto itu.
Setelah itu, aku berjalan perlahan menyusuri bagian dalam rumahku sambil melihat foto-foto yang dipajang di dinding atau barang-barang khususnya barang-barang peninggalan Nadine. Aku terus tersenyum sambil memperhatikan foto-foto dan barang-barang itu.
Lalu, ketika aku sedang asik menyusuri bagian dalam rumahku sambil melihat foto-foto dan barang-barang, tak terasa tiba-tiba aku sudah berada di depan kamar mandi. Karena aku sudah berada di depan kamar mandi, aku lalu masuk ke dalam kamar mandi itu. Kemudian, aku membuka pakaian yang aku kenakan dan langsung mandi. Setelah mandi, sambil menunggu polisi atau Noa datang, aku memilih untuk beres-beres.
-
Waktu pun terus berlalu sampai akhirnya jam telah menunjukkan pukul 8 malam. Tepat saat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, bel rumahku tiba-tiba berbunyi. Selain bel rumah, aku juga mendengar adanya ketukan yang berasal dari pagar rumahku. Mendengar itu, aku pun langsung pergi keluar rumah untuk memeriksa siapa yang membunyikan bel dan mengetuk pagarku. Setelah aku sudah keluar dari rumah, aku melihat Noa dan Vyn yang sedang berdiri di depan pagar rumahku. Vyn terlihat sedang mengetuk pagar rumahku terus menerus tanpa henti.
Namun, begitu mereka melihatku sudah keluar dari rumah, Vyn pun langsung berhenti mengetuk pagar rumahku.
"Yo, bro," ucap Noa.
"Kalian berdua datangnya tepat waktu sekali," ucapku sambil berjalan menuju pagar rumahku.
"Tepat waktu lebih baik daripada terlambat," ucap Noa.
Setelah aku sudah sampai di pagar, aku lalu membukakan pagar itu. Setelah membuka pagar itu, aku lalu mempersilahkan Noa dan Vyn untuk masuk.
"Ayo masuk," ucapku.
Noa dan Vyn pun langsung masuk ke pekarangan rumahku setelah aku membuka pagarnya. Kemudian, aku pun berjalan menuju pintu rumahku sementara Noa dan Vyn juga ikut berjalan di belakangku. Ketika aku sedang berjalan menuju pintu, Noa yang berada di belakangku tiba-tiba berbicara kepadaku.
"Kelihatannya lu udh mendingan bro," ucap Noa.
Aku pun langsung menanggapi perkataan Noa.
"Yah jika dibandingkan dengan kemarin, gw sekarang sudah sedikit mendingan," ucapku.
"Syukurlah kalau begitu," ucap Noa.
Tidak lama kemudian, aku pun sampai di depan pintu rumahku. Pintu rumahku kebetulan masih terbuka setelah aku sebelumnya keluar untuk menjemput Noa dan Vyn yang sedang menunggu di depan pagar. Aku kemudian kembali mempersilahkan Noa dan Vyn untuk masuk ke dalam rumahku.
"Ayo masuk, Noa, Vyn," ucapku.
"Iya," ucap Noa dan Vyn.
Setelah itu, mereka berdua pun masuk ke dalam rumahku. Mereka lalu duduk di kursi yang berada di dekat pintu rumahku. Kursi yang berada di dekat pintu itu memang biasanya digunakan sebagai tempat duduk bagi tamu yang datang ke rumahku. Setelah mereka duduk di kursi itu, aku lalu menawarkan sesuatu kepada mereka.
"Lu berdua mau makan dan minum apa? Kebetulan gw belum makan malam jadi gw mau sekalian pesan makanan," ucapku.
"Gw juga belum makan malam. Kalau lu mau pesan makanan dan minuman, gw samain aja sama makanan dan minuman yang lu pesan," ucap Noa.
"Gw juga samain aja," ucap Vyn.
"Hmmm ya sudah. Gw pesen makanan yang sama dengan yang terakhir saat kita main bareng aja," ucapku.
"Oh makanan itu ya, boleh deh kalau lu mau pesan itu," ucap Noa.
"Kalau makanan itu sih kesukaan gw banget, setuju banget gw kalo lu mau beli makanan itu," ucap Vyn.
"Ya sudah gw pesen makanan itu saja," ucapku.
Setelah itu, aku mulai memesan makanan secara online dengan menggunakan smartphoneku. Setelah selesai memesan makanan dan tinggal menunggu makanannya tiba, aku lalu melihat kembali ke Noa dan Vyn. Ketika aku melihat ke arah mereka berdua, aku melihat mereka sedang melihat dan memperhatikan sekeliling bagian dalam rumahku. Aku pun bingung kenapa mereka melakukan itu.
"Ada apa, kalian berdua?," tanyaku.
Setelah aku menanyakan itu, Noa dan Vyn pun langsung berhenti melihat ke sekeliling bagian dalam rumahku. Setelah berhenti, Noa kemudian mulai menanggapi perkataanku.
"Tidak apa-apa, bro. Hanya saja gw nggak nyangka kalau foto-foto atau barang-barang peninggalan Nadine masih lu pajang. Gw kira lu bakal menyimpan barang-barang atau foto-foto itu," ucap Noa.
Aku pun langsung menanggapi perkataannya.
"Gw nggak akan menyimpan foto-foto atau barang-barang peninggalan Nadine. Gw bakal terus memajangnya supaya gw bisa ingat terus sama Nadine. Gw nggak mau melupakannya," ucapku.
"Begitu ya," ucap Noa.
Noa pun kemudian terdiam setelah mendengar perkataanku, begitupun juga dengan Vyn yang sejak tadi memang hanya diam. Melihat mereka yang terdiam, aku lalu kembali berbicara dengan mereka. Aku berbicara untuk memberitahukan mereka sesuatu.
"Ah ngomong-ngomong, gw belum memberitahu soal ini. Tadi siang ketika gw sedang kerja, pihak kepolisian menelpon gw dan mereka bilang kalau mereka akan datang jam 8 malam ke rumah gw. Karena sekarang sudah jam 8 malam, seharusnya sebentar lagi mereka sampai," ucapku.
Noa dan Vyn pun terkejut setelah mendengar perkataanku.
"Pihak kepolisian? Mau apa mereka datang ke rumah lu?," tanya Noa.
"Lu nggak terlibat dalam kejahatan sampai membuat polisi datang ke rumah lu kan, bro?," tanya Vyn.
Melihat mereka berdua yang terkejut, aku lalu mencoba untuk menenangkan mereka berdua.
"Tenanglah, kalian berdua. Pihak kepolisian datang ke rumah gw cuma untuk memberitahukan informasi terbaru tentang kecelakaan yang membuat Nadine tiada," ucapku.
Setelah mendengar perkataanku, mereka berdua pun menjadi tenang.
"Begitu ya, gw kira lu terlibat dalam kejahatan yang membuat polisi datang ke rumah lu," ucap Vyn.
"Gw nggak pernah melakukan kejahatan dan nggak akan pernah melakukan itu," ucapku.
Setelah itu, bel rumahku tiba-tiba berbunyi kembali. Aku, Noa dan Vyn sedikit terkejut ketika mendengar bel rumahku berbunyi.
"Sepertinya itu pihak kepolisian. Aku akan menghampiri mereka, kalian tunggu disini saja," ucapku.
"Iya," ucap Noa dan Vyn.
Setelah itu, aku pun langsung keluar dari rumahku untuk menuju pekarangan rumah. Begitu aku sampai di pekarangan rumah dan melihat ke depan pagar, ternyata benar kalau yang barusan membunyikan bel rumahku merupakan pihak kepolisian karena saat ini ada 3 orang polisi yang sedang berdiri di depan pagar rumahku. Aku kemudian langsung menuju pagar rumahku untuk menghampiri 3 orang polisi itu. 3 orang polisi mengetahui kalau aku telah keluar rumah dan sedang menuju ke arah mereka. Lalu ketika aku sudah berada di dekat pagar rumahku, 3 orang polisi itu lalu tersenyum kepadaku.
"Selamat malam, pak Aarav," ucap salah satu polisi yang kita sebut saja sebagai polisi A.
"Selamat malam juga, pak," ucapku.
"Pak Aarav sudah tahu kan tentang keperluan kami datang ke rumah bapak?," tanya polisi A.
"Sudah, pak. Ayo masuk, pak. Bapak bisa memberitahukan tentang informasi itu di dalam," ucapku sambil membuka pagar rumahku.
"Terima kasih, pak," ucap polisi A.
Setelah aku sudah membuka pagar rumahku, ketiga polisi itu lalu masuk ke pekarangan rumahku. Kemudian, dari pekarangan rumah, aku dan ketiga polisi itu lalu berjalan menuju pintu rumahku. Sebelum sampai ke pintu rumahku, aku terlebih dahulu memberitahukan kepada ketiga polisi itu kalau saat ini di rumahku sedang ada 2 orang teman.
"Maaf, pak. Di rumah saya saat ini sedang ada 2 teman saya. Apa tidak apa-apa jika mereka juga mengetahui tentang informasi yang akan bapak sampaikan nanti?," tanyaku.
"Kami, pihak kepolisian sendiri tidak keberatan apabila ada orang lain yang mengetahuinya. Bagaimana dengan pak Aarav sendiri?," tanya polisi A.
"Saya juga tidak keberatan, pak," ucapku.
"Ya sudah jika pak Aarav tidak keberatan," ucap polisi A.
Lalu tidak lama kemudian, aku dan ketiga polisi itu pun telah sampai di depan pintu rumahku. Karena pintu rumahku itu sudah terbuka, aku lalu langsung mempersilahkan ketiga polisi itu untuk masuk.
"Ayo masuk, pak," ucapku.
"Iya, pak Aarav," ucap polisi A.
Setelah itu, aku dan ketiga polisi itu pun langsung masuk ke dalam rumahku. Ketika aku sudah berada di dalam rumah, aku melihat Noa dan Vyn yang sebelumnya sedang duduk kini sudah berdiri dari tempat duduk mereka. Kemudian, aku pun memperkenalkan Noa dan Vyn kepada ketiga polisi itu. Noa dan Vyn lalu berjabat tangan dengan ketiga polisi itu. Setelah itu, aku mempersilahkan ketiga polisi itu untuk duduk di kursi. Kebetulan kursi yang berada di dekat pintu untuk menerima tamu jumlahnya cukup banyak, jadi semua orang baik itu aku, Noa, Vyn dan ketiga polisi itu tetap kebagian kursi jika ingin duduk.
Lalu setelah ketiga polisi itu telah duduk, aku, Noa dan Vyn pun juga ikut duduk. Kemudian, setelah kami semua telah duduk, polisi yang sebelumnya terus berbicara denganku pun kini mulai berbicara kembali.
"Terima kasih karena telah menerima kedatangan kami, pak Aarav. Selain itu, kami juga ingin meminta maaf karena telah mengganggu waktu bapak," ucap polisi A.
"Bapak tidak perlu minta maaf. Lagipula kedatangan bapak kesini untuk memberitahukan informasi terbaru terkait kecelakaan yang telah membuat istri saya meninggal," ucapku.
"Iya, sesuai perkataan pak Aarav, kedatangan kami kemari adalah untuk memberitahukan informasi terbaru terkait kecelakaan yang telah membuat istri anda meninggal. Kalau begitu, saya akan mulai untuk memberitahukannya,"
"Sebelumnya, kami pihak kepolisian sudah memberitahukan kepada pak Aarav kalau pengendara mobil yang menabrak mobil bapak sudah sadarkan diri setelah mengalami luka yang cukup parah akibat kecelakaan itu. Setelah pengendara mobil itu sudah tidak sadarkan diri, kami langsung menanyai tentang kecelakaan itu kepada pengendara mobil itu karena pengendara mobil itu bisa dibilang adalah tersangka dalam kecelakaan itu,"
"Sebelum menanyai pengendara mobil itu, awalnya kami menduga kalau kecelakaan itu diakibatkan oleh rem blong atau karena pengemudinya tidak fokus atau mengantuk dalam mengendara. Tetapi tidak ada bukti-bukti yang menunjukkan kalau kecelakaan itu diakibatkan oleh rem blong atau pengemudi yang tidak fokus. Kami sempat mengecek CCTV yang ada di perempatan lampu lalu lintas tempat terjadinya kecelakaan itu. Di CCTV itu menunjukkan kalau pengemudi mobil yang menyebabkan kecelakaan itu dalam kondisi sadar dan fokus saat sedang mengendarai mobilnya. Hanya saja, di CCTV itu menunjukkan kalau wajah dan ekspresinya terlihat sedang panik. Paniknya pengendara mobil itu awalnya kami kira karena adanya rem blong pada mobil itu, sehingga pengendara mobil itu panik atau dia sedang buru-buru atau dikejar sesuatu yang membuat dia panik, tetapi kami tidak menemukan bukti-bukti yang sesuai dengan dugaan kami tersebut. Bukti dugaan rem blong pun tidak kami temukan karena rem pada mobil itu ternyata masih berfungsi dengan baik,"
"Karena kami tidak menemukan bukti satupun atas dugaan kami itu, maka satu-satunya petunjuk yang bisa kami dapatkan adalah dengan menanyakan pengemudi mobil itu secara langsung. Begitu pengemudi mobil itu tersadar, kami pun langsung menanyainya tentang kecelakaan itu. Setelah menanyai pengemudi mobil itu, kami pun akhirnya mendapatkan petunjuk tentang kecelakaan itu," ucap polisi A.
Aku, Noa dan Vyn pun penasaran dengan petunjuk yang didapatkan oleh polisi itu.
"Petunjuk apa yang bapak dapatkan tentang kecelakaan itu?," tanyaku.
"Mungkin petunjuk ini sulit untuk dipercaya oleh pak Aarav, tetapi pengemudi mobil itu bilang kalau bukan dialah yang menyebabkan kecelakaan itu secara langsung," ucap polisi A.
Aku pun bingung dengan perkataan polisi itu.
"Bukan dia yang menyebabkan kecelakaan itu secara langsung?," tanyaku.
"Iya. Pengendara mobil itu bilang kalau penyebab kecelakaan itu adalah mobil miliknya yang tiba-tiba bergerak sendiri tanpa bisa dikendalikan olehnya," ucap polisi A.
Aku pun terkejut setelah mendengar perkataan polisi itu.
"Apa?!," ucapku.
-Bersambung