Chereads / I Will Always Love You by Rizdhan / Chapter 10 - Chapter 10 : Kembali ke Masa Lalu

Chapter 10 - Chapter 10 : Kembali ke Masa Lalu

"Apa ini berarti aku benar-benar kembali ke masa lalu!?," tanyaku yang masih terkejut.

Setelah mengatakan itu, aku lalu mematikan alarm yang masih berdering di smartphoneku dan kemudian aku mulai mengoperasikan smartphoneku. Aku memeriksa aplikasi, foto, video, musik dan lainnya yang ada di smartphoneku itu.

"Aplikasi ini, foto ini, video ini dan lain-lainnya, aku masih mengingatnya. Semua ini memang ada di smartphoneku yang dulu. Tahun 2017, itu berarti ini hampir 10 tahun yang lalu dari tahun sekarang. Apa aku benar-benar kembali ke tahun 2017? Apa aku benar-benar kembali ke masa lalu?," tanyaku.

Aku masih tidak percaya kalau aku telah kembali ke masa lalu. Meski bukti-bukti yang aku lihat seperti penampilanku yang jadi lebih muda, lalu aku yang berada di kamarku yang dulu serta aplikasi dan tanggal yang tertera di smartphoneku sudah membuktikan kalau aku memang kembali ke masa lalu, tetapi aku masih tidak mempercayainya. Aku berpikiran kalau ini semua mungkin hanya mimpi saja. Tetapi jika ini hanyalah sebuah mimpi, entah kenapa ini terasa seperti nyata.

Untuk membuktikan apakah ini mimpi atau bukan, aku kemudian mencoba untuk mencubit pipi kananku dengan tangan kananku. Setelah mencubit pipi kananku, aku pun merasa sakit di pipi kananku itu.

"Aw," ucapku.

Karena aku merasa pipiku sakit setelah mencubit pipiku sendiri, aku beranggapan kalau ini bukanlah mimpi tetapi kenyataan. Meski begitu, aku kemudian mencoba untuk menyakiti diriku lagi untuk benar-benar memastikan kalau ini bukanlah mimpi. Aku menyakiti diriku lagi dengan menampar pipiku, memukul tanganku serta kakiku dan lainnya.

Setelah mencoba menyakiti diriku lagi, aku pun merasa kesakitan di beberapa bagian tubuh yang menjadi subjek percobaanku.

"Aw, aw, aw, ini benar-benar sakit. Jika aku merasakan kesakitan seperti ini, sudah jelas kalau ini bukanlah mimpi. Jadi aku benar-benar kembali ke masa lalu ya. Aku benar-benar tidak menyangkanya," ucapku yang masih terkejut.

Setelah mengatakan itu, aku lalu berkeliling kamarku untuk melihat dan memeriksa barang-barang apa saja yang ada di kamarku. Aku ingin memeriksa apakah semua barang yang ada di kamarku ini benar-benar sama seperti barangku yang ada di tahun 2017.

Beberapa menit kemudian, aku pun telah selesai melihat dan memeriksa barang-barang yang ada di kamarku itu. Barang-barang yang ada di kamarku itu benar-benar sama dengan barang-barang yang aku punya di tahun 2017, yang berarti ini semakin membuktikan kalau aku benar-benar telah kembali ke tahun 2017.

"Aku benar-benar tidak menyangka kalau aku bisa kembali lagi ke tahun 2017. Gadis itu benar-benar tidak berbohong ketika dia bilang kalau dia bisa membuat orang lain kembali ke masa lalu. Gadis itu benar-benar memiliki kekuatan supernatural,"

"Karena gadis itu benar-benar memiliki kekuatan supernatural, itu berarti orang-orang yang memiliki kekuatan supernatural benar-benar ada saat itu. Gadis itu bilang mereka lah penyebab banyaknya kejadian tidak masuk akal yang terjadi saat itu. Sebenarnya apa yang terjadi pada dunia saat itu? Bagaimana bisa ada orang-orang yang memiliki kekuatan supernatural di dunia ini? Padahal dunia ini seharusnya bukanlah dunia fantasi," ucapku.

Aku benar-benar memikirkan hal itu dengan serius apalagi setelah gadis yang aku temui itu benar-benar membuktikan kalau dia merupakan salah satu orang yang memiliki kekuatan supernatural dengan kekuatan yang bisa membawa orang lain kembali ke masa lalu.

Ketika aku sedang memikirkan itu, tiba-tiba aku mendengar suara ketukan pintu dan suara seseorang yang sangat familiar.

*Tok *Tok *Tok

"Rav, kamu sudah bangun?," tanya suara yang familiar itu.

Suara itu memang sangat familiar karena suara itu adalah suara ibuku atau lebih tepatnya mamahku karena aku memanggil ibuku dengan sebutan 'mamah'. Aku sedikit terkejut setelah mendengar suara ibuku. Tidak lama kemudian, aku lalu menghampiri pintu kamarku dan membuka pintu itu.

"Aku sudah bang-," ucapku sambil membuka pintu itu.

Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, aku langsung terkejut setelah melihat penampilan ibuku. Penampilan ibuku benar-benar menjadi lebih muda. Penampilannya sama seperti sekitar 10 tahun yang lalh. Ini semakin membuktikan kalau aku benar-benar telah kembali ke masa lalu.

Sementara itu, ibuku terlihat bingung ketika aku melihatnya dengan ekspresi yang terkejut.

"Kamu kenapa, Rav? Kenapa kamu melihat mamah sambil terkejut?," tanya ibuku.

"T-tidak, tidak apa-apa, mah," ucapku.

Mau tidak mau aku harus berbohong dan bilang kalau tidak ada apa-apa. Lagipula mana mungkin aku bilang ke ibuku kalau aku terkejut setelah melihat penampilannya yang kembali muda.

"Begitu ya," ucap ibuku setelah mendengar jawabannya.

"Iya, mah," ucapku.

"Ya sudah kalau begitu. Karena kamu sudah bangun, lebih baik kamu sekarang segera mandi dan sara- hmm tunggu sebentar," ucap ibuku yang tiba-tiba tidak jadi menyelesaikan perkataannya.

Aku pun bingung kenapa ibuku tidak jadi menyelesaikan perkataannya.

"Ada apa, mah?," tanyaku.

"Kedua pipimu itu kenapa berwarna merah?," tanya ibuku.

Aku sedikit terkejut setelah mendengar pertanyaan ibuku. Sepertinya sebelumnya aku telah mencubit dan menampar kedua pipiku dengan keras sehingga pipiku menjadi berwarna merah. Ibuku pun jadi mengetahui kalau pipiku menjadi berwarna merah. Sepertinya aku harus berbohong lagi karena tidak mungkin aku bilang kepada ibuku kalau aku sengaja mencubit dan menampar pipiku untuk membuktikan apakah aku sedang mimpi atau tidak.

"Ah ini, tadi sebelumnya ada nyamuk yang hinggap di kedua pipiku, mah. Jadi aku menamparnya dan sepertinya hasil tamparanku itu membuat pipiku menjadi merah," ucapku.

"Ada nyamuk yang hinggap di pipimu? Apakah kamu tidur tidak sambil menghidupkan AC di kamarmu?," tanya ibuku.

Di kamarku memang terpasang AC. Tidak hanya di kamarku saja, di beberapa ruangan yang ada di rumah orang tuaku juga terpasang AC. Keluargaku bisa memasang AC di rumah ini karena keluargaku bisa dibilang adalah orang yang cukup berada.

"Ah saat aku tidur tadi kelupaan untuk menghidupkan AC, mah. Tetapi sekarang aku sudah menghidupkannya karena ketika bangun tidur aku merasa udaranya cukup panas," ucapku.

"Hmmm begitu ya. Ya sudah sekarang kamu lebih baik segera mandi. Setelah mandi, kamu oleskan obat pereda nyeri di pipimu biar tidak tambah nyeri. Setelah itu, baru kamu sarapan," ucap ibuku.

"Baik, mah," ucapku.

Untungnya ibuku hanya melihat pipiku saja yang berwarna merah padahal aku tidak hanya melukai pipiku saja untuk membuktikan apakah aku sedang bermimpi atau tidak.

Setelah mengatakan itu, ibuku pun langsung berbalik dan berjalan pergi. Tetapi baru beberapa langkah ibuku berjalan, ibuku tiba-tiba kembali berbalik dan mengatakan sesuatu.

"Jangan lupa untuk mematikan AC nya sebelum kamu pergi meninggalkan kamarmu, Rav," ucap ibuku.

"Iya, mah," ucapku.

"Ya sudah, segeralah mandi biar kamu tidak terlambat," ucap ibuku.

Aku pun merasa bingung setelah mendengar perkataan ibuku.

"Terlambat kemana, mah?," tanyaku.

"Kok kamu malah tanya 'terlambat kemana'? Sudah jelas maksud mamah adalah terlambat ke sekolah. Jangan bilang kalau kamu lupa kalau hari ini merupakan hari pertama kamu masuk sekolah di tahun ajaran baru," ucap ibuku.

Setelah mendengar perkataan ibuku, aku pun langsung terkejut. Ketika melihat tanggal di smartphone sebelumnya, aku hanya terkejut kalau ternyata aku telah kembali ke 10 tahun yang lalu. Tetapi kini aku baru ingat kalau tanggal yang tertera di smartphoneku itu merupakan tanggal dimulainya tahun ajaran baru. Yang berarti hari ini adalah hari pertama aku bersekolah di tahun ajaran baru. Mengingat tahunnya berarti hari ini merupakan hari pertama aku bersekolah sebagai murid kelas 12 SMA. Aku benar-benar lupa soal itu dan baru mengingatnya setelah ibuku membicarakan tentang terlambat ke sekolah.

"Ah, tentu saja aku tidak lupa kalau hari ini merupakan hari pertama aku masuk sekolah, mah," ucapku.

Meskipun aku sempat terkejut setelah mendengar perkataan ibuku, untungnya aku bisa segera menanggapi perkataan ibuku. Tetapi lagi-lagi aku harus berbohong kepada ibuku kalau aku tidak lupa padahal aku sempat lupa kalau hari ini merupakan hari pertama aku masuk sekolah. Mau bagaimana lagi, jika aku menjawab jujur aku akan dicurigai oleh ibuku.

Sementara itu, setelah mendengar perkataanku, ibuku pun terdiam sesaat. Tidak lama kemudian, ibuku pun kembali berbicara.

"Ya sudah, cepat segera mandi," ucap ibuku.

Setelah mengatakan itu, ibuku pun langsung berbalik dan berjalan kembali meninggalkanku.

"Iya, mah," ucapku menanggapi perkataan ibuku yang telah berjalan pergi.

Setelah itu, aku lalu mengambil pakaian dan seragam sekolah yang ada di lemari kamarku. Untuk pakaian, aku akan bawa ke kamar mandi, sementara untuk seragam, aku taruh di tempat tidurku terlebih dahulu. Setelah itu, aku lalu mematikan AC yang ada di kamarku dan kemudian aku langsung pergi meninggalkan kamarku untuk menuju ke kamar mandi. Kamar mandi yang ada di rumah orang tuaku itu memang terpisah dari kamarku atau kamar-kamar yang lain yang ada di rumah itu, jadi jika mau ke kamar mandi harus keluar kamar terlebih dahulu. Selain itu, kamar mandi di rumah orang tuaku ini ada 2, salah satu kamar mandi berada di dekat kamarku. Kamar mandi ini berada di lantai 2, lantai yang sama dengan kamarku karena kamarku juga berada di lantai 2. Sementara satu kamar mandi yang lainnya berada di dekat ruang makan. Aku memilih untuk pergi ke kamar mandi yang berada di dekat kamarku daripada kamar mandi yang berada di dekat ruang makan meskipun nanti setelah mandi aku akan pergi ke ruang makan untuk sarapan. Alasannya selain dekat, ada kemungkinan kalau kamar mandi itu sedang digunakan entah oleh ayahku atau ibuku yang sebelumnya menghampiriku.

Rumah ini hanya berisi 3 orang saja yaitu ayahku, ibuku dan aku yang merupakan anak satu-satunya mereka. Meski begitu, rumah orang tuaku ini cukup besar dan luas. Bahkan saking luasnya ada beberapa kamar atau ruangan yang kosong dan tidak terpakai. Salah satu kamar atau ruangan yang kosong itu digunakan sebagai gudang sementara sisanya digunakan untuk kamar tidur bagi tamu yang ingin menginap. Biasanya saudara-saudaraku baik itu dari pihak ayahku dan ibuku sering datang ke rumah di rumah orang tuaku. Tak jarang mereka juga menginap di rumah orang tuaku dan mereka menggunakan kamar atau ruangan yang kosong itu sebagai kamar tidur mereka.

Karena rumah orang tuaku ini cukup luas juga, orang tuaku sampai menggunakan jasa asisten rumah tangga untuk membantu membersihkan dan merapihkan rumah ini. Asisten rumah tangga yang membantu di rumah orang tuaku berjumlah 1 orang. Dia merupakan salah satu tetanggaku jadi setiap dia menyelesaikan pekerjaan di rumah orang tuaku, dia tidak menginap dan memilih untuk pulang karena jarak rumahnya pun dekat dengan rumah orang tuaku.

Sementara itu, setelah aku telah sampai di kamar mandi yang berada di dekat kamarku, aku pun langsung masuk ke dalam kamar mandi itu begitu aku melihat kalau kamar mandi itu sedang kosong. Setelah masuk, tanpa basa basi aku pun langsung segera mandi.

Setelah selesai mandi, aku lalu langsung memakai pakaian baru yang sebelumnya aku bawa ke kamar mandi. Setelah selesai memakai pakaian, aku lalu pergi ruang makan untuk sarapan. Jika biasanya orang lain sarapan setelah sudah memakai seragam sekolah mereka, aku justru sarapan sebelum memakai seragam sekolahku. Aku baru memakai seragam setelah aku sarapan. Hal ini aku lakukan karena aku khawatir seragamku akan kotor jika aku sarapan dengan mengenakan seragamku. Meski aku sudah hampir 10 tahun lulus dari SMA, kebiasaanku ini ternyata belum hilang setelah aku kembali ke masa lalu.

Lalu, ketika aku sudah tiba di ruang makan, aku melihat ibuku yang sedang menata makanan di meja makan. Selain ibuku, aku juga melihat ayahku atau lebih tepatnya papahku karena aku biasanya memanggil ayahku dengan sebutan 'papah' sedang duduk sambil sarapan di meja makan. Aku pun kembali terkejut ketika melihat penampilan ayahku yang kembali muda, sama seperti ketika aku melihat penampilan ibuku. Meski aku sudah menyadari kalau aku benar-benar kembali ke masa lalu, aku masih terkejut ketika melihat penampilan orang-orang terdekatku juga ikut berubah seperti dulu.

Ketika aku sedang terdiam sambil terkejut ketika melihat ayahku, ayahku yang sedang sarapan tiba-tiba melihat ke arahku. Beliau kelihatan bingung ketika melihatku sedang terdiam sambil melihat ke arahnya.

"Hmmm, ada apa, Rav?," tanya ayahku yang bingung.

Aku yang sedang terdiam pun sedikit terkejut ketika ayahku tiba-tiba bertanya kepadaku. Namun, meski sempat sedikit terkejut, aku pun langsung menjawab pertanyaan ayahku.

"Tidak, pah. Tidak ada apa-apa," ucapku.

"Begitu ya," ucap ayahku.

Setelah itu, aku lalu menghampiri meja makan tempat ayahku yang sedang duduk. Kemudian, aku pun langsung duduk di kursi yang kosong yang ada di meja itu. Di bagian meja yang dekat dengan kursi yang aku duduki itu ada sepiring makanan yang sudah disiapkan untuk aku makan. Tanpa basa-basi aku pun langsung menyantap makanan itu.

Ketika aku sedang menyantap makanan itu, aku terasa nostalgia karena aku seperti kembali ke masa ketika aku masih sekolah dimana ibuku selalu membuatkanku makanan. Padahal kenyataannya saat ini memang aku sedang kembali ke masa itu. Perasaan nostalgia yang aku rasakan itu membuatku hampir menangis tetapi untungnya masih bisa aku tahan. Aku tidak mau nanti ayah atau ibuku menanyakanku kenapa aku tiba-tiba menangis saat sedang makan.

Sekitar 7-8 menit kemudian, aku pun telah selesai menyantap makanan itu sampai habis. Setelah menyantap makanan itu, aku lalu membawa piring dan sendok yang barusan aku pakai untuk makan ke wastafel yang berada tidak jauh dari meja makan. Kemudian, aku mencuci piring dan sendok itu hingga bersih. Setelah mencucinya, aku lalu menaruh piring dan sendok itu ke tempatnya masing-masing.

Setelah itu, aku melihat ibuku yang sedang berada di dekat meja makan dan ayahku yang masih duduk di meja makan. Mereka berdua terlihat terkejut saat melihatku. Aku pun bingung kenapa mereka terkejut saat melihatku.

"Ada apa, pah, mah?," tanyaku.

"Papah terkejut karena kamu tiba-tiba mencuci sendiri piring dan sendok yang kamu pakai. Padahal sebelumnya kamu tidak pernah mencucinya sendiri," ucap ayahku.

"Mamah juga terkejut ketika melihatmu melakukan itu," ucap ibuku.

Setelah mendengar perkataan mereka, aku pun langsung terkejut. Aku baru mengingat kalau aku dulu saat SMA memang tidak pernah mencuci peralatan makanku sendiri. Aku baru mulai mencuci peralatan makanku sendiri saat aku sudah hidup sendiri yaitu ketika aku sudah lulus dari universitas.

Padahal sebelumnya aku masih mengingat tentang kebiasaanku yang sarapan terlebih dahulu sebelum mengenakan seragam, tetapi aku justru lupa tentang kebiasaanku yang lain yang tidak pernah mencuci peralatan makan. Karena masa dimana aku berada ini adalah hampir 10 tahun yang lalu, sepertinya wajar bagiku jika aku tidak bisa mengingat semua yang terjadi 10 tahun yang lalu. Mungkin aku hanya bisa mengingat sebagian saja tentang yang terjadi 10 tahun lalu.

Karena sekarang ayahku dan ibuku terlihat terkejut dan bingung ketika melihatku yang tiba-tiba mencuci peralatan makan sendiri, sepertinya aku harus mencari alasan agar tidak terlalu dicurigai.

"Ah ini, aku pikir mulai sekarang aku harus bisa mandiri, pah, mah. Jadi aku ingin melakukan beberapa pekerjaan sendiri meskipun pekerjaan itu hanyalah mencuci alat makan saja," ucapku.

Itulah alasan yang aku pikirkan agar tidak dicurigai mereka. Mana mungkin aku mengatakan dengan jujur kalau aku sudah terbiasa mencuci alat makan sendiri di masa depan, jadi kebiasaan itu terbawa saat ini.

Lalu setelah mendengar perkataanku itu, ayah dan ibuku terlihat senang dan bangga.

"Tidak masalah jika itu hanyalah mencuci alat makan saja, yang terpenting kamu sudah mau mandiri. Papah senang mendengar kalau kamu mau mulai mandiri," ucap ayahku.

"Mamah juga senang ketika kamu bilang kamu mau mulai mandiri," ucap ibuku.

Untungnya alasan yang aku buat itu dapat dipahami oleh ayah dan ibuku. Setelah itu, karena ayah dan ibuku tidak membicarakan soal aku yang mencuci alat makanku sendiri lagi, aku lalu pergi ke kamarku untuk mengenakan seragamku karena setelah ini aku harus segera pergi ke sekolah.

Setelah sampai di kamarku, aku lalu mengenakan seragamku. Tadi aku sudah melihat tanggal dan hari yang tertera di smartphoneku, lalu aku juga mengingat seragam apa yang harus aku kenakan hari ini, jadi seragam yang aku kenakan ini tidak mungkin salah. Setelah mengenakan seragam, aku lalu mengambil tasku yang digantung di dinding. Aku kembali merasa nostalgia ketika aku sudah mengambil tasku itu. Pasalnya tas itu merupakan tas yang aku pakai selama aku sekolah di SMA. Di masa depan, tepatnya di masa sebelum aku kembali ke masa lalu ini, tas ini sudah tidak ada karena sudah dibuang akibat sudah lama tidak terpakai.

Setelah mengambil tasku, aku lalu memasukkan alat tulis dan beberapa buku tulis kosong ke dalam tas. Aku tidak memasukkan buku pelajaran karena buku pelajaran memang belum dibagikan oleh pihak sekolah, apalagi hari ini baru hari pertama di semester baru. Buku pelajaran akan dibagikan secara bertahap nanti setiap harinya sesuai dengan mata pelajarannya. Misalnya jika hari ini terdapat mata pelajaran matematika di suatu kelas, maka buku pelajaran matematika akan langsung dibagikan kepada para murid di kelas tersebut. Aku masih mengingat tentang hal ini meskipun sudah hampir 10 tahun berlalu. Tetapi untuk mata pelajaran tiap harinya yang ada di kelasku, aku sedikit lupa tentang itu.

Setelah alat tulis, buku tulis dan alat keperluan sekolah lainnya sudah aku masukkan ke dalam tas, aku lalu menggendong tasku itu dan bersiap berangkat ke sekolah. Aku juga tidak lupa membawa smartphoneku ke sekolah. Aku lalu berjalan keluar dari kamarku, lalu menuruni tangga sampai akhirnya sampai di ruang makan. Ketika aku sampai di ruang makan, terlihat ayahku dan ibuku sedang duduk di meja makan sambil mengobrol. Tetapi obrolan mereka terhenti ketika mereka melihatku yang sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah.

"Kamu sudah mau berangkat ke sekolah, Rav? Tumben sekali, biasanya setelah sarapan kamu tidak langsung berangkat ke sekolah," ucap ibuku.

Perkataan ibuku itu benar. Dulu, biasanya aku memang tidak langsung berangkat ke sekolah setelah sarapan. Aku biasanya bersantai terlebih dahulu dan baru berangkat ke sekolah 30 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Aku biasanya datang ke sekolah memang mepet dari jam pelajaran, tidak jarang aku hampir telat untuk datang ke sekolah karena kebiasaanku yang datang mepet itu. Tetapi sekarang, jam masih menunjukkan pukul 6 pagi yang mana masih ada 1 jam lagi sebelum pelajaran pertama dimulai. Wajar kalau ibuku heran melihatku yang bersiap untuk berangkat ke sekolah sekarang.

"Yah karena aku sekarang sudah kelas 12, aku berpikir kalau aku lebih baik datang lebih awal. Sebelumnya meskipun aku datangnya mepet dengan jam pelajaran pertama, aku tidak pernah sekalipun terlambat. Tetapi sekarang mungkin saja aku bisa terlambat jika aku datang terlalu mepet. Apalagi di jalan nanti bisa saja ada sesuatu yang membuatku terlambat apabila aku pergi ke sekolah seperti sebelumnya. Jika aku terlambat, nanti itu bisa mempengaruhi nilai kelulusanku, mah. Makanya sekarang aku ingin datang lebih awal,"

"Padahal tadi mamah menyuruhku untuk segera mandi dan sarapan agar aku tidak terlambat, tetapi ketika aku mau berangkat sekolah lebih awal, mamah malah heran," ucapku.

"Biasanya kan mamah memang seperti itu. Menyuruhmu segera mandi dan sarapan agar kamu tidak terlambat, tetapi kamu tetap aja berangkat 30 menit sebelum jam pelajaran dimulai," ucap ibuku.

Jika diingat lagi, ibuku memang seperti itu. Meskipun aku bangun jam 5, ibuku pasti akan langsung menyuruhku untuk mandi dan sarapan agar aku tidak terlambat. Padahal jam pelajaran pertama dimulai masih lama.

"Tetapi mamah senang mendengar alasanmu itu. Mamah senang kamu mulai berubah sedikit demi sedikit. Entah kenapa mamah berpikir kalau kamu telah menjadi lebih dewasa dari sebelumnya," lanjut ibuku.

Yah wajar saja jika ibuku bilang kalau aku telah menjadi lebih dewasa. Itu karena usiaku saat ini sebenarnya sudah 27 tahun, hanya saja aku saat ini telah kembali ke masa dimana aku masih berusia 17 tahun.

"Papah juga berpikir kalau kamu telah menjadi lebih dewasa. Papah jadi senang dan bangga sama kamu," ucap ayahku.

"Papah dan mamah bisa saja. Padahal menurutku, aku belum menjadi lebih dewasa. Tetapi jika papah dan mamah berpikir seperti itu ya apa boleh buat,"

"Ya sudah, pah, mah. Aku mau berangkat ke sekolah dulu," ucapku.

Setelah itu, aku pun pamit dengan ayahku dan ibuku.

"Iya, hati-hati ya, Rav," ucap ibuku.

"Hati-hati, Rav," ucap ayahku.

"Iya," ucapku.

Setelah berpamitan dengan mereka, aku lalu berjalan melewati mereka untuk menuju ke pintu rumah karena untuk pergi menuju pintu rumah harus melewati ruang makan yang berarti harus melewati ayah dan ibuku yang sedang duduk di meja makan.

Lalu, ketika aku sudah berjalan melewati ayah dan ibuku untuk menuju pintu rumah, ibuku tiba-tiba memanggilku kembali.

"Tunggu sebentar, Rav," ucap ibuku.

Karena ibuku memanggilku, aku pun langsung menghentikan langkahku dan berbalik menghadap ke meja makan.

"Ada apa, mah?," tanyaku.

"Kamu masih akur dan akrab dengan Nadine kan?," tanya ibuku.

Aku langsung terkejut setelah mendengar perkataan ibuku. Aku terkejut karena aku tidak menyangka kalau ibuku akan menyebut nama Nadine. Aku sempat lupa akan tujuanku ketika aku baru saja kembali ke masa lalu ini. Sebelumnya aku masih tidak percaya kalau aku telah kembali ke masa lalu. Aku pun sibuk membuktikan apakah aku benar-benar kembali ke masa lalu atau tidak. Setelah terbukti kalau aku memang telah kembali ke masa lalu, aku hanya bergerak menyesuaikan alur yang telah aku alami di masa lalu. Meski ada beberapa perbedaan, tetapi sebagian besar apa yang aku lakukan sama seperti yang pernah aku lakukan di masa lalu. Aku benar-benar lupa akan tujuanku datang ke masa lalu ini, sampai ibuku menyebut nama Nadine.

Ketika nama Nadine disebut, aku pun langsung mengingat tujuanku. Itu benar, tujuanku datang ke masa lalu adalah untuk bertemu kembali dengan Nadine yang telah meninggal di masa depan. Aku ingin memperbaiki hubunganku dengan Nadine. Aku ingin menjalin hubungan kembali dengannya. Untuk itulah aku berharap agar aku bisa kembali ke masa lalu dan kini harapanku pun bisa terkabul. Aku sedikit kecewa begitu aku menyadari kalau aku sempat lupa akan tujuanku itu. Tetapi kali ini aku berjanji kalau aku tidak akan lupa tentang tujuanku itu.

"Padahal kamu sudah dipertemukan lagi oleh Nadine dan kamu bahkan 1 kelas dengannya dari kelas 10. Tetapi sampai sekarang kamu belum pernah mengajak Nadine main ke rumah ini. Orang tua Nadine pun juga bilang kalau Nadine tidak pernah mengajak kamu main ke rumahnya. Padahal dulu saat kalian masih kecil kalian sangatlah dekat. Kalian pun sering bermain bersama. Tetapi kenapa sampai saat ini mamah belum pernah melihat kalian main bersama lagi? Tidak hanya bermain, mamah belum pernah melihat kalian berbincang bahkan di sekolah. Apa kalian sedang tidak akur?," tanya ibuku.

Di masa ini, aku memang sedang tidak akur dengan Nadine karena kejadian yang terjadi saat aku dan Nadine masih SD, tepatnya sebelum Nadine dan orang tuanya pindah yang awalnya mereka bertetangga denganku. Tetapi aku menyembunyikan perihal aku yang tidak akur dengan Nadine dari orang tuaku. Itu karena aku tidak mau tidak akurnya aku dengan Nadine membuat hubungan antara kedua orang tuaku dan orang tua Nadine menjadi bermasalah karena hubungan mereka masihlah dekat meskipun orang tua Nadine sudah pindah. Nadine pun sepertinya juga menyembunyikan tentang hal itu dari orang tuanya.

Lalu, alasan kenapa orang tuaku dan orang tua Nadine tahu kalau aku 1 kelas dengan Nadine adalah karena saat aku baru masuk sekolah di SMA, ibuku dan ibu Nadine saling membicarakan tentang sekolah anak mereka yaitu aku dan Nadine. Dari pembicaraan itu, mereka tahu kalau aku dan Nadine 1 sekolah, bahkan 1 kelas. Setiap pembagian raport pun mereka saling bertemu dan berbincang di sekolah. Ketika mereka saling berbincang, aku dan Nadine pun juga diajak oleh mereka untuk berbincang. Tetapi aku memilih menghindari ajakan mereka dengan beralasan kalau aku ada urusan. Nadine pun juga menghindari ajakan mereka untuk berbincang jadi ketika pembagian raport di sekolah, hanya ibuku dan ibu Nadine saja yang berbincang. Aku dan Nadine tidak berbincang satu sama lain sejak awal kita bersekolah hingga kita lulus. Setidaknya itu yang terjadi di masa lalu.

Tetapi kini, karena aku sudah kembali ke masa lalu, aku memutuskan untuk merubah hal itu. Aku akan mengajak Nadine berbincang. Aku tidak akan mendiaminya lagi sama seperti dulu.

"Tidak, mah. Aku akur kok dengan Nadine. Soal kenapa aku tidak pernah mengajak Nadine main ke sini, itu karena baik aku dan Nadine punya kesibukan masing-masing. Mamah tahu sendiri kan kalau hari libur biasanya aku pergi main bersama dengan teman-temanku yang cowok? Nadine pun juga demikian, dia biasanya pergi main bersama teman-temannya yang cewek. Karena itu, baik aku dan Nadine tidak pernah saling main ke rumah," ucapku.

Soal aku yang sering bermain bersama teman-temanku saat libur itu adalah benar. Aku mengingatnya kalau saat aku SMA dulu, aku memang sering keluar rumah untuk bermain saat hari libur. Tetapi untuk Nadine, ucapanku itu adalah bohong karena aku tidak tahu apa yang biasanya dia lakukan saat hari libur ketika SMA. Aku harap ibuku mempercayai ucapanku itu.

"Hmmm begitu ya. Perkataanmu itu masuk akal juga. Ketika kamu punya teman baru, biasanya kamu lebih menghabiskan waktu bersama teman barumu itu. Waktu mamah sekolah dulu juga seperti itu. Tetapi bukan berarti mamah tidak akur atau mengabaikan teman lama mamah. Mamah tetap akur dengannya meskipun interaksi kami sudah jarang," ucap ibuku.

"Kurang lebih hubunganku dengan Nadine saat ini sama seperti mamah dulu," ucapku.

"Begitu ya. Ya sudah jika kamu bilang begitu. Tetapi kamu sama Nadine masih tetap akur kan?," tanya ibuku.

"Sesuai yang aku katakan sebelumnya, aku masih akur sama Nadine, mah. Kayaknya mamah tidak percaya sama aku," ucapku.

"Mamah percaya kok," ucap ibuku sambil tersenyum.

Meski ibuku bilang kalau beliau percaya dengan ucapanku. Entah kenapa aku merasa kalau ibuku tidak percaya sepenuhnya. Sepertinya aku harus mengatakan sesuatu agar ibuku percaya sepenuhnya kepadaku.

"Jika nanti aku dan Nadine sama-sama sedang tidak sibuk, aku berjanji untuk mengajak Nadine main kesini," ucapku.

Aku memutuskan untuk mengatakan itu kepada ibuku agar beliau percaya sepenuhnya. Lalu, setelah mendengar ucapanku, ibuku pun kembali tersenyum.

"Baiklah, mamah tunggu kabar baiknya," ucap ibuku.

"Iya. Ya sudah mah, pah, kalau begitu aku pergi dulu," ucapku.

"Iya, hati-hati, Rav," ucap ayah dan ibuku.

Setelah itu, aku pun bergegas pergi menuju garasi untuk mengambil motor milikku. Selama SMA, aku selalu pergi ke SMA sendiri dengan mengendarai motorku. Meski sekolahku melarang murid-murid untuk membawa motor sendiri, tetapi tetap banyak murid di sekolahku yang membawa motor ke sekolah. Tetapi mereka yang membawa motor tidak memarkirkan motornya di sekolah karena adanya larangan itu. Mereka memarkirkannya di parkiran umum yang jaraknya tidak jauh dari sekolah. Aku pun juga memarkirkan motorku disitu.

Ketika aku sedang berjalan ke garasi, aku sambil memikirkan perkataan yang aku ucapkan kepada ibuku sebelumnya. Perkataan tentang janjiku untuk mengajak main ke rumah orang tuaku ini. Aku memang berjanji untuk melakukan itu, tetapi sebelum itu, aku harus akur kembali dengan Nadine apalagi hubungan kami berdua saat ini sedang renggang. Tidak mungkin aku bisa langsung mengajaknya tanpa memperbaiki hubungan kami terlebih dahulu. Tetapi meski aku tidak berjanji seperti itu kepada ibuku, aku tetap ingin akur kembali dengan Nadine. Karena itu merupakan tujuanku datang ke masa ini.

Lalu setelah sampai di garasi, aku lalu membuka bagian depan tasku untuk mengambil kunci motor. Aku ingat kalau dulu semasa SMA dan bahkan kuliah, aku selalu menaruh kunci motorku di tas ketika aku sudah berada di rumah. Dan ternyata benar, ketika aku membuka bagian depan tasku, aku menemukan kunci motor di dalamnya. Aku pun langsung mengambil kunci motor itu dan memasukannya ke lubang kunci motorku. Kemudian aku menyalakan motorku dan menggerakkannya secara perlahan untuk menuju halaman rumahku dan juga untuk menuju ke luar rumah.

Meski aku bilang secara perlahan tetapi nyatanya aku menggerakkan motorku dengan terburu-buru. Tidak hanya saat menggerakkan motorku saja, sebelumnya ketika menuju garasi hingga menyalakan motorku, aku juga melakukannya dengan terburu-buru. Itu karena aku ingin secepatnya bertemu dengan Nadine di masa ini.

Di masa depan, sebelum aku kembali ke masa ini, aku ingin sekali bertemu kembali dengan Nadine yang sudah tiada. Makanya begitu aku kembali ke masa ini dan setelah aku mendengar ibuku menyebut nama Nadine, aku ingin secepatnya bertemu kembali dengannya. Sebelumnya setelah ibuku menyebut nama Nadine untuk pertama kalinya setelah aku tiba di masa ini, aku ingin sekali langsung pergi ke sekolah untuk menemui Nadine. Tetapi aku putuskan untuk menanggapi pembicaraan ibuku terlebih dahulu karena aku takut kalau ibuku akan curiga apabila aku langsung pergi setelah mendengar nama Nadine. Begitu pembicaraannya telah selesai, aku pun langsung bergegas pergi ke sekolah.

Lalu, setelah menggerakkan motorku dengan terburu-buru, aku pun akhirnya sampai di gerbang rumahku. Aku lalu membuka gerbang itu, lalu kembali menggerakkan motorku untuk melewati gerbang itu. Setelah melewati gerbang itu, aku pun menutup gerbang itu dari luar. Setelah menutup gerbang rumahku, aku lalu langsung mengendarai motorku untuk menuju ke sekolah.

Waktu tempuh dari rumahku menuju ke sekolah sekitar 15 sampai 20 menit, tergantung kondisi jalan yang dilalui. Jika jalanan yang dilalui sedang macet, waktu tempuh bisa sampai 25 menit. Waktu tempuh untuk menuju ke sekolahku cukup lama karena jarak rumahku ke sekolah itu cukup jauh. Rumahku, tepatnya rumah orang tuaku berada di salah satu daerah di Jakarta Timur yang berdekatan dengan wilayah Jakarta Selatan, sementara sekolahku berada di wilayah pinggiran Jakarta Selatan yang dekat dengan wilayah Jakarta Timur.

Ketika aku sedang mengendarai motorku di jalan, kondisi jalan saat ini cukup sepi dan tidak terlalu ramai. Mungkin karena aku berangkat lebih pagi dari biasanya, jadi kondisi jalannya tidak terlalu ramai. Jika aku berangkat di jam biasanya seperti dulu, kondisi jalannya sudah pasti bakal cukup ramai.

Meski kondisi jalan saat ini cukup sepi, aku tetap mengendarai motorku dengan terburu-buru meskipun jika aku mengendarai dengan santai, aku bakal tetap datang ke sekolah tepat waktu. Aku mengendarai motorku dengan terburu-buru karena aku ingin segera datang ke sekolah dan bertemu dengan Nadine kembali. Perasaan rinduku kepada Nadine benar-benar sudah tidak tertahankan lagi.

-

Sekitar 15 menit kemudian.

Aku pun kini telah tiba di parkiran umum yang jaraknya tidak jauh dari sekolahku. Kondisi parkiran umum tempatku berada saat ini masih cukup sepi. Hanya ada beberapa siswa saja yang baru datang dengan mengendarai motornya. Setelah tiba di parkiran umum itu, aku lalu mematikan motorku, menguncinya kembali lalu turun dari motorku. Kemudian, aku pun langsung bergegas pergi menuju ke sekolah. Aku pergi ke sekolah dengan terburu-buru. Aku benar-benar memfokuskan untuk pergi ke sekolah tanpa terpengaruh oleh kondisi sekitarku. Aku tidak tahu apakah aku bertemu dengan murid atau orang yang aku kenal ketika aku sedang berjalan menuju sekolah. Aku juga tidak tahu apakah ada yang memanggil atau menyapaku ketika aku sedang berjalan menuju sekolah. Aku benar-benar hanya fokus untuk pergi ke sekolah secepatnya agar aku bisa bertemu dengan Nadine.

Tidak lama kemudian, aku akhirnya sampai di gerbang sebuah sekolah yang memiliki 4 lantai. Di dekat gerbang itu, ada papan nama yang menunjukkan nama sekolah itu. Astraea National High School, itulah nama sekolahku. Begitu sampai di gerbang sekolahku, aku langsung bergegas melanjutkan langkahku untuk menuju ke kelasku. Aku ingat kalau saat kelas 12 aku berada di kelas 12-B dan lokasinya berada di lantai 2. Sekolahku ini memiliki beberapa anak tangga yang menghubungkan antar lantai, salah satu anam tangga berada di dekat gerbang sekolah. Aku memilih menaiki anak tangga itu untuk menuju ke lantai 2.

Sesampainya di lantai 2, aku terus melanjutkan langkahku untuk segera menuju ke kelasku. Kelasku berada hampir diujung lantai 2 ini, posisinya berada di antara kelas 12-A dan kelas 12-C. Sedikit informasi, tiap kelas di sekolahku itu dari kelas A sampai kelas H. Maklum, sekolahku ini merupakan salah satu sekolah terbesar dan favorit di Jakarta. Tiap tahunnya, banyak murid yang mendaftar di sekolahku jadi sekolahku membuat banyak kelas sampai kelas H agar banyak murid yang diterima masuk ke sekolahku. Namun, meski sudah membuat banyak kelas, tetap ada banyak juga murid yang gagal diterima di sekolahku.

Lalu lantai 2 tempatku berada ini merupakan tempat kelas 12 mulai dari kelas 12-A sampai 12-H berada. Di dekat anak tangga yang aku naiki tadi ada sebuah kelas yaitu kelas 12-H. Jadi untuk menuju ke kelasku, aku harus melewati kelas 12-H sampai 12-C. Aku pun terus melanjutkan langkahku untuk melewati setiap kelas itu. Kelas 12-E, kelas 12-D sampai akhirnya aku telah tiba di depan kelas 12-C. Tinggal sedikit lagi aku sampai di kelasku yaitu kelas 12-B. Aku terus melanjutkan langkahku sampai akhirnya aku sampai di depan kelas 12-B. Tanpa basa basi, aku pun langsung masuk ke dalam kelas itu.

Tetapi ketika aku mau masuk ke dalam kelas itu, tiba-tiba aku menabrak seseorang yang sedang ingin keluar kelas.

*Bruk

Aku menabrak orang itu tepat di pintu kelasku. Orang itu hampir terjatuh setelah aku tabrak tetapi untungnya dia masih sempat berpengangan dengan pintu kelasku sehingga dia tidak terjatuh. Aku yang tidak sengaja telah menabrak orang itu pun memutuskan untuk meminta maaf.

"Maaf, aku tidak senga-," ucapku.

Awalnya aku tidak tahu siapa orang yang aku tabrak itu. Tetapi ketika aku ingin meminta maaf ke orang itu, aku pun jadi melihat ke arahnya. Ketika melihat orang itu, aku pun sangat terkejut dan itu membuatku menghentikan perkataanku. Orang yang aku tabrak itu merupakan seorang murid perempuan. Seorang murid perempuan yang benar-benar sangat aku kenal.

"Aduh," ucap murid perempuan yang baru saja aku tabrak itu.

Suara murid perempuan itu pun benar-benar sangat aku kenal. Saat ini, murid perempuan itu sedang memegangi wajahnya dan membuat wajahnya tertutup. Sepertinya wajahnya sedikit kesakitan setelah bertabrakan denganku. Tetapi meski wajahnya tertutup, aku tahu siapa murid perempuan itu. Aku sangat mengenal murid perempuan itu. Murid perempuan dengan rambut panjang berwarna hitam hingga sepundak, aku benar-benar sangat mengenalnya.

Tidak lama kemudian, murid perempuan itu tidak lagi memegangi wajahnya. Aku pun jadi bisa melihat wajah murid perempuan itu. Ketika melihat wajah murid perempuan itu, tidak terasa air mataku pun langsung menetes.

"Nadine....," ucapku.

Murid perempuan yang baru saja aku tabrak itu merupakan Nadine, istriku di masa depan nanti. Meski yang ada di hadapanku itu merupakan Nadine saat masih SMA tetapi aku benar-benar sangat mengenal penampilannya itu.

Sementara itu, Nadine yang mendengar namanya tiba-tiba disebut olehku pun langsung menoleh ke arahku. Ketika melihat ke arahku, Nadine pun langsung terkejut. Sepertinya dia terkejut karena melihatku yang saat ini sedang mengeluarkan air mata.

"K-kenapa-," ucap Nadine.

Nadine sepertinya ingin mengatakan atau menanyakan sesuatu kepadaku. Tetapi sebelum dia menyelesaikan perkataannya itu, aku telah lebih dulu memeluknya. Ya, kini aku sedang memeluk Nadine dengan erat. Aku memeluk Nadine dengan air mata yang terus keluar dari kedua mataku.

"Nadine...," ucapku sambil memeluk Nadine.

-Bersambung