Hana Delfira Aurellia, ketika melihat sosoknya lagi, aku jadi mengingat tentang kenanganku bersamanya saat kami berdua berpacaran sewaktu SMA dulu. Tetapi di masa depan, aku tidak lagi berhubungan dengan Hana karena kami berdua sudah putus. Jadi bisa dibilang Hana merupakan mantan pacarku sewaktu SMA.
Tetapi meski aku bilang kalau kami berdua berpacaran saat SMA, kami baru mulai berpacaran di akhir September saat kami kelas 12, tepatnya setelah festival sekolah selesai diadakan. Saat ini, kami belum berpacaran karena sekarang masih bulan Juli. Tetapi ini hanya tinggal 2 bulan lagi sebelum Hana menembakku.
Benar, seperti yang aku bilang barusan, alasan kami berdua bisa berpacaran karena Hana yang menembakku lebih dulu. Saat SMA dulu, ketika hubunganku dengan Nadine sedang tidak akur, aku cukup akrab dengan beberapa murid perempuan, entah itu murid perempuan yang sekelas denganku, beda kelas atau beda angkatan denganku. Di antara murid perempuan yang cukup akrab denganku, Hana lah yang lebih akrab denganku. Apalagi kami berdua sudah akrab dan berteman sejak kelas 10 SMA karena kami merupakan teman sekelas.
Mungkin karena kedekatan dan keakraban kami itu lah yang membuat perasaan suka padaku mulai tumbuh dari dalam diri Hana. Karena perasaan sukanya itu sudah tidak tertahankan, akhirnya dia memberanikan diri untuk menembakku.
Aku awalnya juga menyukai Hana tetapi aku tidak berani untuk menembaknya, apalagi Hana merupakan salah satu murid perempuan populer di sekolah ini. Kemampuan akademik, kemampuan olahraga dan kepribadiannya sangatlah bagus. Selain itu, dia juga merupakan ketua OSIS di sekolahku saat ini sebelumnya jabatannya berakhir di semester baru nanti. Dia benar-benar berada di level yang berbeda denganku karena aku hanya murid biasa meskipun banyak yang bilang kalau aku merupakan salah satu murid laki-laki populer di sekolah ini. Mereka yang bilang seperti itu mungkin hanya untuk menyemangatiku saja. Faktanya aku memang hanyalah murid biasa. Kemampuan akademikmu meskipun tidak rendah tetapi juga tidak tinggi, hanya biasa saja.
Lalu, soal penampilan mungkin bisa dibilang kalau aku cukup tampan soalnya cukup banyak perempuan yang menaksir kepadaku. Tidak sedikit pula yang mengirim surat cinta atau menembakku secara langsung. Mereka yang menembakku pun berakhir dengan ditolak olehku karena aku tidak mempunyai perasaan yang sama kepada mereka. Jadi tidak mungkin aku menerima pernyataan mereka.
Satu-satunya hal yang paling bisa aku banggakan adalah kemampuan olahragaku. Aku sangat baik dalam berolahraga, apalagi olahraga futsal. Aku bergabung dengan ekskul futsal di sekolah ini dan aku menjadi pemain andalan dalam ekskul tersebut. Mungkin karena aku menjadi pemain andalan dalam ekskul futsal yang merupakan salah satu ekskul populer itulah yang membuat banyak orang menganggapku kalau aku merupakan salah satu murid laki-laki populer.
Meski banyak orang menganggapku begitu, aku justru tidak menganggap diriku begitu. Aku hanya menganggap diriku sebagai murid biasa. Maka dari itu, meskipun aku sebelumnya menyukai Hana, aku tidak bisa mengutarakan perasaanku atau menembaknya karena perbedaan level kita.
Dulu, setelah festival sekolah selesai diadakan, aku kebetulan sedang membantu Hana yang sedang membereskan dan membawa kembali barang-barang yang sebelumnya kelas kami pinjam untuk keperluan festival sekolah. Saat itu, kondisi langit sudah sore menjelang malam hari. Hana yang sebelumnya sudah disibukkan dengan pekerjaan OSIS terkait festival sekolah, memutuskan untuk membantu dalam mengurus kelas setelah festival sekolah. Padahal saat itu murid-murid yang lain sudah bilang kepadanya untuk tidak perlu membantu tetapi Hana tetap bersikeras untuk membantu. Sifatnya itulah yang membuatnya disukai oleh semua orang. Karena Hana bersikeras untuk ikut membantu, aku pun memutuskan untuk membantunya karena aku khawatir dia akan kelelahan.
Ketika kami berdua sedang berada di lorong sekolah sambil membawa barang yang sebelumnya kelas kami pinjam untuk dikembalikan, kami berdua pun mulai mengobrol. Kami mengobrol seperti biasanya karena kami berdua memang sudah akrab saat itu. Lalu saat kami berdua sedang mengobrol, Hana tiba-tiba terdiam. Tidak lama kemudian, Hana tiba-tiba menembakku saat kami berdua masih berjalan sambil membawa barang.
"Rav, gw suka sama lu. Apa lu mau jadi pacar gw?,"
Aku mengingat dengan jelas perkataan Hana saat menembakku dulu. Saat itu, aku sangat terkejut setelah Hana tiba-tiba menembakku. Aku tidak menyangka kalau salah satu murid perempuan populer di sekolah ini yang disukai oleh banyak murid laki-laki tiba-tiba menyatakan cintanya kepadaku. Aku benar-benar tidak menyangkanya. Saking terkejutnya, aku bahkan sampai hampir menjatuhkan barang yang aku bawa tetapi untungnya barang itu tidak jatuh.
Setelah sempat terkejut karena Hana tiba-tiba menembakku, aku pun bertanya kepadanya untuk memastikan apakah dia benar-benar menyukaiku. Aku bertanya kepadanya kenapa dia menyukaiku, padahal menurutku aku hanya murid biasa saja dan bukan murid yang populer. Lalu dia menjawab kalau kedekatan dan keakraban kami berdua selama ini lah yang membuat dia menyukaiku. Selain itu, dia menganggap aku adalah orang yang baik karena selalu membantunya atau selalu menemaninya ketika ada perlu. Itu salah satu hal yang membuat dia suka padaku. Hana juga bilang kalau aku bukanlah murid biasa saja tetapi juga termasuk salah satu murid populer, apalagi karena aku merupakan pemain andalan di ekskul futsal. Tetapi dia bilang meskipun aku bukanlah salah satu murid populer dan hanya merupakan murid biasa saja, dia tetap akan menyukaiku karena dia sudah nyaman denganku selama ini.
Setelah mendengar perkataannya itu, aku merasa sedikit terharu. Aku tidak menyangka kalau ada perempuan lain yang menilaiku dengan detail seperti itu. Sebelumnya ketika ada perempuan yang menembakku, mereka bilang kalau mereka menembakku karena aku tampan, baik, populer dan jago main futsal. Mereka hanya menilaiku seperti itu saja. Yah itu wajar karena mereka yang menembakku sebelumnya tidak begitu mengenalku. Berbeda dengan Hana yang cukup mengenalku karena kami sudah berteman dan akrab dari kelas 10 SMA. Karena Hana sudah cukup mengenalku, aku berpikir kalau Hana tidak berbohong dalam menilaiku. Lagipula dia memang tidak pernah berbohong. Dia dikenal sebagai murid yang paling jujur di sekolah.
Setelah mendengar perkataannya itu juga aku memutuskan untuk menerima pernyataan cinta Hana. Lagipula aku juga menyukai Hana saat itu. Tidak, lebih tepatnya aku bukan menerima pernyataan cinta Hana, tetapi aku memilih untuk menyatakan cintaku kepadanya. Aku menganggap diriku lemah dan pengecut jika aku membiarkan perempuan yang aku suka saat itu menyatakan cintanya lebih dulu kepadaku. Jadi aku meminta Hana untuk membatalkan penyataan cintanya itu.
Hana awalnya terkejut saat aku memintanya untuk membatalkan pernyataan cintanya itu. Dia sepertinya menganggap kalau aku tidak bisa membalas pernyataan cintanya. Intinya dia menganggap aku telah menolak pernyataan cintanya itu. Dia pun hampir menangis setelah aku memintanya untuk membatalkan pernyataan cintanya itu. Namun, saat dia hampir menangis, aku lalu langsung menyatakan cintaku kepadanya.
"Hana, gw suka sama lu. Apa lu mau menjadi pacar gw?,"
Hana pun langsung terkejut sekaligus bingung setelah mendengar perkataanku itu. Dia bertanya kenapa aku melakukan itu, kenapa aku menyatakan cinta kepadanya padahal sebelumnya aku memintanya untuk membatalkan pernyataan cintanya itu. Aku memberitahunya kalau aku akan merasa sebagai laki-laki yang pengecut apabila membiarkan orang yang aku sukai menyatakan cintanya lebih dulu kepadaku. Jadi aku memintanya untuk membatalkan pernyataan cintanya itu agar aku bisa menyatakan cintaku kepadanya. Hana pun mulai meneteskan mata setelah mendengar penjelasanku itu.
"Jadi, lu juga suka sama gw, Rav?," tanya Hana.
"Iya. Jadi bagaimana, Hana? Apa lu mau menerima pernyataan cinta gw? Apa lu mau menjadi pacar gw?," tanyaku.
Sambil menangis, Hana pun langsung menjawab pertanyaanku.
"Iya, tentu saja. Gw dengan senang hati menerima pernyataan cinta lu. Gw mau menjadi pacar lu," ucap Hana.
Dengan Hana yang menerima pernyataan cintaku, itu menandakan kalau saat itu kami telah resmi berpacaran. Setelah itu, tanpa sadar kami berdua mencoba untuk berpelukan. Tetapi kami berdua pun menyadari kalau kami sedang membawa barang di kedua tangan kami, jadi mustahil bagi kami untuk berpelukan. Begitu menyadari hal itu, kami berdua pun langsung tertawa.
Setelah itu, kami pun melanjutkan langkah kami sambil membawa barang-barang itu untuk dikembalikan. Setelah mengembalikan barang itu, kami berdua pun segera kembali ke kelas kami. Ketika kami sedang berjalan di lorong sekolah untuk menuju ke kelas kami, begitu kami tahu kalau kondisi lorong tempat kami berjalan sedang sepi, kami pun langsung berpelukan setelah sebelumnya tidak bisa melakukannya.
Saat itu, kami benar-benar telah berpacaran. Kami saat itu belum memberitahu siapapun kalau kami berdua berpacaran. Baru keesokan harinya kami memberitahu kalau kami berdua telah berpacaran. Murid-murid di kelasku dan di seluruh sekolah pun terkejut begitu mengetahui kalau aku dan Hana telah berpacaran. Apalagi Hana yang merupakan salah satu murid perempuan populer di sekolah, berpacaran dengan aku yang dianggap sebagai murid laki-laki populer di sekolah. Saat itu, banyak yang menganggap kalau aku dan Hana merupakan 'Best Couple'.
Setelah itu, hubunganku dan Hana terus berjalan mulus tanpa adanya halangan. Setiap Minggu, kami selalu berkencan dan menghabiskan waktu bersama. Ada kalanya kami salah paham akan sesuatu tetapi tidak lama kemudian kami pun dapat menyelesaikan kesalahpahaman itu. Hubungan kami saat itu benar-benar seperti pasangan yang sangat serasi.
Tetapi hubungan itu hanya berlangsung sesaat saja. Itu karena di bulan Mei tahun 2018, setelah kelulusan SMA atau sebelum kami berlanjut ke jenjang pendidikan selanjutnya, Hana tiba-tiba bilang kalau dia ingin putus denganku. Dia bilang dia harus pindah ke luar negeri untuk mengikuti orang tuanya yang ditugaskan di luar negeri tersebut. Hana itu merupakan anak tunggal sama sepertiku. Selain itu, orang tuanya pun juga sangat perhatian dan sayang kepadanya. Orang tuanya tidak mau Hana tinggal terpisah bersama mereka, jadi mereka ingin membawa Hana sekalian pergi ke luar negeri.
Alasan dia ingin putus karena dia rasa dia tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh denganku. Selain itu, dia juga tidak tahu kapan harus kembali ke Indonesia lagi setelah tinggal di luar negeri. Dia berpikir kalau mungkin saja dia akan tinggal di luar negeri untuk selamanya.
Saat itu, aku sangat terkejut begitu mengetahui kalau dia ingin putus denganku. Meski begitu, aku paham alasannya ingin putus denganku. Aku pun juga merasa kalau aku tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh dengannya. Aku tidak tahan apabila tidak menemuinya atau menyentuhnya secara langsung. Selain itu, aku juga tidak bisa menyusulnya ke negara tempat dia akan pindah. Jadi aku pun juga merasa kalau mengakhiri hubungan kami mungkin adalah jalan yang terbaik.
Setelah itu, kami berdua pun telah resmi mengakhiri hubungan kami. Kami mengakhiri hubungan kami dengan baik-baik karena masing-masing dari kami memang telah menerimanya. Saat itu, aku dan Hana sama-sama menangis setelah mengakhiri hubungan kami. Kemudian, kami berdua pun saling berpelukan sebagai ucapan perpisahan.
Hubunganku dengan Hana benar-benar berakhir saat itu. Setelah hubungan kami berakhir, kami berdua awalnya masih saling kontak atau berhubungan lewat media sosial. Tetapi seiring waktu, kami mulai jarang berhubungan hingga akhirnya kami sudah tidak saling berhubungan lagi. Bahkan di masa depan, di masa saat Nadine meninggal, aku tidak tahu bagaimana kabar Hana. Yah lagipula saat itu aku benar-benar sudah melupakannya. Tidak hanya saat itu saja, aku sepertinya sudah melupakan Hana saat semester ketiga atau tahun kedua saat aku berada di Universitas. Itu karena saat itu aku sudah mendapatkan pacar baru. Pacar baruku itu yang membuatku telah move on dari Hana. Kisah pacarku di Universitas akan aku ceritakan lain kali.
-
Kembali ke saat ini.
Aku masih terkejut saat melihat Hana yang saat ini sudah berada di hadapanku. Sementara Hana terlihat bingung karena aku melihatnya dengan ekspresi terkejut.
"Hmmm, ada apa, Rav?," tanya Hana.
Setelah mendengar pertanyaannya itu, aku yang awalnya sedang terkejut mencoba untuk merubah ekspresiku kembali normal seperti semula.
"Tidak, tidak ada apa-apa, Hana," ucapku.
Meski aku berkata seperti itu, Hana terlihat masih bingung ketika melihatku.
"Hmmm begitu ya," ucap Hana.
Melihat Hana yang masih bingung, aku lalu mencoba membicarakan hal lain agar Hana tidak bingung lagi. Dia seperti bingung karena dia sedang memikirkan tentang aku yang sebelumnya terkejut saat melihatnya. Aku tidak mau dia terus memikirkan hal itu.
"Daripada itu, bagaimana kabar lu, Hana?," tanyaku.
"Hmmm, ah gw baik-baik saja kok, sama seperti biasanya. Lu sendiri bagaimana?," tanya Hana.
"Gw juga baik-baik saja," ucapku.
"Syukurlah kalau begitu," ucap Hana.
Untungnya aku berhasil mengalihkan Hana agar tidak terus memikirkan hal itu.
"Ah ngomong-ngomong, gw dengar dari murid lainnya katanya lu tadi tiba-tiba meluk Nadine ya? Kok bisa lu tiba-tiba meluk Nadine?," tanya Hana.
Setelah itu, aku lalu menjelaskannya kepada Hana. Penjelasan yang aku berikan kurang lebih sama seperti penjelasan yang aku berikan sebelumnya kepada Noa dan Vyn. Selain itu, aku juga memberitahu Hana kalau aku dan Nadine dulunya adalah teman masa kecil dan kami berdua pun juga dulunya sangat dekat. Tetapi karena adanya kesalahpahaman yang terjadi di masa lalu, hal itu membuat hubunganku dan Nadine saat ini menjadi renggang.
Sebelumnya, di masa lalu, aku memang tidak memberitahu Hana soal hubunganku dengan Nadine saat masa kecil. Bahkan ketika aku dan Hana sudah berpacaran, aku tetap tidak memberitahunya tentang hubunganku dengan Nadine. Aku juga tidak memberitahu teman-temanku yang lain. Yang mengetahuinya hanyalah Noa dan Vyn yang memang merupakan sahabatku sejak kecil. Aku meminta mereka berdua untuk menjaga rahasia tentang hubunganku dengan Nadine agar tidak ada yang penasaran dengan hubunganku dengan Nadine. Aku tidak mau ditanya-tanya soal itu karena saat itu aku benar-benar membenci Nadine karena kesalahpahaman itu.
"Hmmm begitu ya. Jadi lu sama Nadine itu dulunya adalah teman masa kecil dan kalian pun dulu sangat akrab. Tetapi karena ada salah paham yang terjadi dulu, hubungan kalian pun berakhir seperti ini. Gw baru tahu soal ini," ucap Hana.
"Maaf karena tidak memberitahunya, Hana. Gw awalnya memang ingin merahasiakan soal ini tetapi karena kejadian tadi pagi, mau tidak mau gw memberitahu soal ini agar bisa dijadikan alasan kenapa aku bisa memeluk Nadine," ucapku.
"Lu nggak usah meminta maaf, Rav. Bukan berarti itu salah lu karena merahasiakan tentang hal itu dari gw, lagipula awalnya gw juga nggak pernah menanyakan tentang hubungan lu dengan Nadine. Meski awalnya gw curiga kenapa lu sama Nadine nggak pernah berinteraksi sama sekali. Tetapi kini gw jadi tahu alasannya. Jadi lu nggak perlu minta maaf," ucap Hana.
"Baiklah, Hana. Lu benar-benar teman yang baik, padahal gw udah meminta maaf tetapi lu bilang tidak usah," ucapku.
Setelah mengatakan itu, ekspresi Hana tiba-tiba berubah. Meski Hana terlihat masih tersenyum tetapi senyumannya berbeda dari yang biasanya.
"Teman ya," ucap Hana.
Noa dan Vyn mungkin tidak menyadarinya tetapi aku menyadari perubahan ekspresinya itu. Apalagi aku pernah berpacaran dengannya, jadi aku tahu mana senyuman Hana yang benar-benar asli.
Lalu dengan ekspresi yang masih belum berubah, Hana lalu tiba-tiba bertanya kepadaku.
"Ngomong-ngomong, Rav, lu bilang kalau lu ingin memperbaiki hubungan lu dengan Nadine, lu ingin akrab kembali dengan Nadine. Apa itu berarti lu menyukai Nadine?," tanya Hana.
"Hmmm entahlah. Untuk sekarang, gw cuma ingin akrab kembali dengan Nadine terlebih dahulu," ucapku.
"Begitu ya," ucap Hana.
Setelah itu, Hana pun terdiam. Ekspresinya masih sama seperti sebelumnya. Dia tersenyum tetapi senyumannya bukanlah senyuman yang biasa dia perlihatkan.
Sebelumnya, ketika Hana menanyakan apakah aku menyukai Nadine atau tidak, aku tidak langsung menjawabnya dan memberi jawaban yang gantung dengan menjawab 'entahlah'. Aku saat ini masih menyukai dan mencintai Nadine karena Nadine merupakan istriku di masa depan, tetapi tidak mungkin aku langsung menjawab 'Iya' atas pertanyaannya Hana. Mereka pasti akan curiga apabila aku menjawab kalau aku memang menyukai Nadine. Padahal selama SMA ini aku belum berinteraksi dengannya dan seolah mendiaminya jadi akan aneh apabila aku mengiyakannya.
Aku juga tidak mau menjawab 'tidak' karena aku tidak mau memberi Hana harapan. Aku tahu kalau saat ini Hana sudah menyukainya. Ekspresinya terlihat jelas ketika aku bilang kalau dia adalah temanku dan ketika aku menjawab 'entahlah' saat dia menanyaiku apakah aku menyukai Nadine atau tidak. Apalagi 2 bulan lagi Hana akan menembakku, jadi sudah pasti saat ini dia sudah menyukaiku.
Saat ini, aku sudah memiliki orang yang aku sukai atau cintai yaitu Nadine. Jadi aku tidak akan mengincar wanita lain atau menerima pernyataan cinta wanita lain. Aku memang cukup senang karena bisa bertemu dengan Hana lagi setelah di masa depan kita sudah tidak berhubungan lagi tetapi hanya sebatas itu saja. Lagipula aku sudah move on darinya. Di masa ini, aku tidak akan menjalin hubungan dengan Hana. Bukan karena aku sudah tahu kalau hubungan kami hanya akan bertahan sampai kelulusan SMA saja tetapi karena aku sudah memiliki wanita lain yang aku cintai.
Oleh karena itu, sebisa mungkin aku akan mencoba mengurangi interaksiku dengan Hana agar perasaan sukanya kepadaku secara perlahan mulai berkurang. Untungnya aku kembali ke masa lalu dimana aku belum berpacaran dengan Hana, akan repot jadinya jika aku telah berpacaran dengannya lalu tiba-tiba memeluk Nadine. Karena aku kembali ke masa lj dimana aku belum berpacaran dengan Hana, jadi aku hanya tinggal mengurangi interaksiku saja dengan Hana agar perasaan sukanya kepada berkurang.
Jika perasaan sukanya kepadaku berkurang, Hana pastinya tidak akan menyatakan perasaannya kepadaku. Tetapi jika Hana tetap menyatakan perasaannya kepadaku meskipun aku sudah mengurangi interaksiku kepadanya, maka aku tidak punya pilihan lain. Pilihan ini merupakan pilihan yang sulit karena membuatku tidak enak kepada Hana. Selain itu, Hana pasti akan sangat bersedih dan kecewa tetapi mau tidak mau aku harus melakukannya.
Jika Hana menyatakan perasaannya kepadaku, aku akan langsung menolaknya.
-Bersambung