Chereads / I Will Always Love You by Rizdhan / Chapter 11 - Chapter 11 : Suara Yang Familiar

Chapter 11 - Chapter 11 : Suara Yang Familiar

Ketika aku sedang memeluk Nadine dengan erat, aku merasakan kalau Nadine mulai sedikit berontak dan berusaha melepaskan diri dari pelukanku.

"Lepaskan..," ucap Nadine.

Meski begitu, entah kenapa aku sama sekali tidak ingin melepaskan pelukanku itu. Mungkin karena aku yang sebelumnya sangat merindukan Nadine kini berhasil bertemu dengannya kembali meskipun Nadine yang aku temui adalah Nadine saat masih SMA. Rasa rinduku ini benar-benar sangat tidak tertahankan sehingga aku terus memeluknya dan tidak berniat melepaskannya.

Tetapi berbeda denganku yang tidak berniat untuk melepaskan pelukanku, Nadine justru ingin segera melepaskan pelukanku. Awalnya dia hanya sedikit berontak tetapi lama kelamaan aku merasakan kalau dia mulai berontak dengan keras.

"Gw bilang lepaskan!!," ucap Nadine sambil sedikit teriak.

Aku pun sedikit terkejut saat mendengar suara Nadine yang sedikit berteriak dan itu membuatku mengurangi kekuatan pelukanku. Begitu tahu kalau aku sudah tidak memeluknya dengan erat, Nadine tiba-tiba langsung mendorongku dan itu membuatku melepaskan pelukanku sepenuhnya pada Nadine. Untungnya aku tidak terjatuh setelah didorong oleh Nadine, tetapi dorongannya itu membuat aku terdorong sekitar 2-3 langkah ke belakang.

Setelah didorong oleh Nadine, aku baru menyadari kalau apa yang aku lakukan barusan dengan tiba-tiba memeluknya sangatlah tidak sopan. Aku pun memutuskan untuk meminta maaf.

"Maaf, Nad-," ucapku.

Tetapi sebelum aku menyelesaikan perkataanku, Nadine tiba-tiba berbicara kepada dengan nada suara yang cukup keras.

"Apa-apaan lu barusan? Tiba-tiba meluk gw, itu gak sopan tau gak? Mesum lu," ucap Nadine dengan ekspresi yang terlihat marah.

Aku pun terkejut setelah mendengar perkataan Nadine. Aku tidak menyangka kalau Nadine akan bereaksi seperti itu. Aku tahu kalau kami di masa ini memang sedang tidak akur, tetapi aku tidak menyangka reaksinya akan seperti ini. Tetapi setelah dipikir-pikir, reaksi Nadine itu wajar. Orang lain juga pasti akan bereaksi seperti itu apabila dia tiba-tiba dipeluk oleh orang yang sedang tidak akur dengannya.

Meskipun aku sempat terkejut karena perkataannya itu, aku memutuskan untuk kembali meminta maaf setelah sebelumnya permintaan maafku belum sepenuhnya selesai karena lebih dulu dipotong oleh Nadine.

"Maaf, Nadine," ucapku.

Aku meminta maaf sambil melihat ke arah Nadine. Nadine yang sebelumnya marah pun langsung terkejut. Ekspresi terkejutnya itu terlihat jelas karena kami berdua saling bertatapan. Aku tidak tahu apakah Nadine terkejut setelah mendengar permintaan maafku atau terkejut karena melihat wajahku tetapi yang jelas ekspresi wajahnya sedang terkejut.

Saat aku sedang menatap wajahnya yang sedang terkejut, Nadine lalu menundukkan kepalanya sehingga wajahnya tidak terlihat lagi. Setelah itu, dia berjalan mendekatiku. Aku pikir dia berjalan untuk menghampiriku, tetapi ternyata pikiranku itu salah setelah mendengar Nadine mengatakan sesuatu kepadaku.

"Minggir!," ucap Nadine.

Mendengar itu, entah kenapa aku secara tanpa sadar langsung memberikan jalan kepada Nadine. Nadine kemudian melanjutkan langkahnya dengan berjalan melewatiku. Nadine lalu berjalan meninggalkan kelas tanpa menanggapi permintaan maafku yang sebelumnya sudah kuucapkan.

Nadine terus berjalan melewati setiap kelas 12 yang dilewatinya, sementara aku terus melihatnya yang sedang berjalan sambil terdiam. Aku hanya diam saja di tempatku berada tanpa berusaha untuk mengejar Nadine. Saat aku sedang terdiam, secara tanpa sadar aku tiba-tiba mengusap wajahku. Ketika aku mengusap wajahku, aku baru menyadari kalau ternyata air mata masih keluar dari kedua mataku. Aku pun langsung mengusap dan menyeka air mataku begitu aku menyadarinya.

Saat aku sedang menyeka air mataku, aku berpikir kalau mungkin Nadine sebelumnya terkejut ketika melihatku yang mengeluarkan air mata saat melihat ke arahnya. Tentu saja pasti dia akan terkejut karena orang yang selama ini tidak pernah berbicara dengannya tiba-tiba memeluknya dan mengeluarkan air mata saat melihat ke arahnya.

Setelah aku selesai menyeka air mataku sampai air mataku tidak keluar lagi, aku memutuskan untuk tidak mengejar Nadine dan memilih untuk masuk ke kelasku. Lagipula Nadine nanti akan kembali ke kelas ini lagi. Lalu, selama Nadine masih bersekolah di sekolah ini, aku masih bisa terus melihat dan menemuinya. Saat ini, bisa melihat dan bertemu kembali dengannya sudah cukup bagiku. Selanjutnya, aku tinggal memikirkan bagaimana cara agar aku bisa akur dan akrab kembali dengan Nadine.

Lalu, ketika aku sedang berjalan memasuki kelas, aku sedikit terkejut karena ternyata di kelasku itu sudah ada beberapa murid yang sudah datang. Aku sejak tadi hanya melihat dan memperhatikan Nadine, aku tidak melihat ke dalam kelas jadi aku tidak tahu kalau sudah ada beberapa murid lain yang sudah datang. Beberapa murid di kelasku itu saat ini sedang melihat ke arahku. Melihat mereka yang sedang melihat ke arahku, itu berarti mereka sepertinya juga melihat apa yang aku lakukan kepada Nadine sebelumnya. Mereka pasti sudah melihat aku yang sebelumnya memeluk Nadine. Firasatku mendadak jadi tidak enak saat melihat beberapa murid itu masih terus melihat ke arahku.

-

Beberapa menit kemudian.

Kelasku pun menjadi heboh. Murid-murid yang ada di kelasku saat ini sedang membicarakan aku yang sebelumnya tiba-tiba memeluk Nadine di depan pintu kelas. Awalnya hanya ada beberapa murid saja yang melihat kejadian itu. Tetapi beberapa murid itu memberitahu murid lain yang baru datang ke kelas sehingga murid-murid yang baru datang itu pun juga mengetahuinya. Kelasku menjadi heboh karena semua murid di kelasku sedang membicarakan kejadian itu.

Sementara itu, aku saat ini sedang pura-pura tertidur di mejaku yang berada di belakang kelas sambil menutup wajahku. Aku sedikit malu karena murid-murid di kelasku itu terus membicarakan hal itu. Lalu, saat aku sedang pura-pura tertidur, tiba-tiba aku mendengar suara yang sangat familiar.

"Pagi-pagi lu udah membuat heboh aja ya, bro," ucap suara itu.

Suara itu adalah suara seorang laki-laki dan aku sangat mengenal suara itu. Setelah mendengar suara itu, aku yang sedang pura-pura tertidur pun langsung bangun untuk melihat orang yang berbicara barusan. Ketika aku sudah bangun, aku melihat orang yang berbicara barusan sedang duduk di kursi yang ada di sebelahku. Sebelumnya, hanya mendengar suaranya saja aku sudah tau siapa orangnya, dan sekarang terbukti setelah melihat orang itu secara langsung. Orang yang sedang duduk di kursi yang ada di sebelahku adalah Noa. Tidak hanya Noa saja, ada Vyn juga yang saat ini sedang duduk di meja yang kursinya sedang diduduki Noa. Mereka berdua adalah sahabatku sejak aku masih SD. Mereka terus menjadi sahabatku bahkan sampai di masa depan. Mereka pun membantu menguatkanku setelah Nadine meninggal.

Ketika melihat mereka berdua, aku pun langsung terkejut. Apalagi saat ini wujud mereka berdua sama seperti wujud saat mereka SMA dulu.

"Noa..., Vyn.....," ucapku yang terkejut.

Sementara itu, Noa dan Vyn terlihat bingung kenapa aku terkejut saat melihat mereka.

"Kenapa lu malah terkejut saat melihat gw sama Noa, bro?," tanya Vyn.

"Nggak, gak papa, bro," ucapku.

Mana mungkin aku memberitahu mereka kalau aku terkejut setelah melihat wujud mereka di masa ini soalnya aku datang dari masa depan. Setelah aku mengatakan itu, Noa dan Vyn kembali berbicara kepadaku.

"Gw denger dari yang lain katanya tadi lu meluk Nadine secara tiba-tiba. Itu beneran, bro? Kok bisa lu tiba-tiba meluk Nadine?," tanya Noa.

"Gw juga denger yang lainnya terus ngomongin lu yang tiba-tiba meluk Nadine. Padahal sebelumnya lu nggak pernah bicara sama Nadine karena kejadian yang terjadi saat SD dulu, masa lu tiba-tiba meluk dia," ucap Vyn.

Karena Noa dan Vyn merupakan sahabatku sejak SD, mereka berdua pun juga berteman dengan Nadine saat SD. Itu karena aku, Noa, Vyn dan Nadine berada dalam 1 kelas saat SD sampai kami lulus. Selain itu, mereka juga tahu tentang kejadian yang membuat hubunganku dan Nadine menjadi tidak akur. Karena mereka juga mengetahuinya, mereka juga ikut mendiami Nadine sama seperti itu. Itu karena mereka kecewa terhadap apa yang dilakukan Nadine kepadaku. Padahal saat kejadian itu, aku bermaksud baik dengan memperingati Nadine. Tetapi Nadine justru mengabaikan peringatanku. Namun, yang membuat mereka berdua kecewa bukan karena Nadine mengabaikan peringatanku tetapi karena reaksi Nadine setelahnya. Nadine malah memarahiku dan menamparku setelah aku memperingatinya, itu yang membuat mereka berdua kecewa. Mereka berdua pun sampai saat ini tidak pernah berbicara dengan Nadine lagi. Mereka berdua juga mendiami Nadine sama sepertiku.

Tetapi setelah aku menikah dengan Nadine, mereka pun tidak mendiami Nadine lagi meskipun awalnya mereka juga mempertanyakan kenapa aku harus menikah dengan Nadine. Hubungan antara Noa, Vyn dan Nadine di masa depan pun semakin dekat setelah aku mulai bisa menerima Nadine sebagai istriku. Hubungan yang dekat itu terus berlangsung sampai Nadine meninggal di masa depan.

Lalu, setelah mendengar perkataan mereka berdua, aku lalu mulai menanggapi perkataan mereka.

"Entahlah. Ketika gw mau masuk ke kelas, tiba-tiba Nadine muncul dan gw pun langsung bertabrakan dengan Nadine. Setelah bertabrakan, entah kenapa gw tiba-tiba meluk Nadine. Gw sendiri bingung kenapa gw ngelakuin itu," ucapku.

Setelah aku mengatakan itu, aku mengalihkan pandanganku sejenak dari mereka berdua ke sebuah meja yang berada di pojok kanan depan kelas. Meja itu merupakan tempat duduk Nadine. Nadine saat ini terlihat sedang fokus membaca buku tanpa memperdulikan murid-murid yang lain yang sedang membicarakannya yang sebelumnya dipeluk olehku. Di sekitar Nadine juga ada beberapa temannya, 2 di antaranya adalah Karina dan Alisha. Mereka berdua adalah sahabat Nadine sejak SMP. Mereka terus bersahabat bahkan sampai di masa depan nanti. Mereka berdua bahkan datang ke rumah orang tua Nadine saat Nadine meninggal untuk melayat Nadine. Lalu setelah melihat ke arah Nadine sejenak, aku kembali menoleh ke arah Vyn dan Noa. Mereka berdu terlihat sedang terdiam setelah mendengar perkataanku sebelumnya. Entah mereka akan percaya atau tidak dengan perkataanku itu karena tidak mungkin aku memberitahu alasan sebenarnya kenapa aku tiba-tiba memeluk Nadine.

Setelah beberapa saat terdiam, Vyn mulai berbicara kembali sementara Noa masih terdiam.

"Apa mungkin lu tiba-tiba ngerasa kangen sama Nadine? Lu kan pas masih SD dulu sangat dekat sama dia sebelum kejadian salah paham itu. Jadi apa mungkin saking kangennya lu, jadi lu tiba-tiba memeluk Nadine pas Nadine ada di depan lu?," ucap Vyn.

"Hmmm mungkin iya kali. Apalagi belakangan ini gw mulai berpikir untuk berbaikan lagi dengan Nadine," ucapku.

Untungnya Vyn sebelumnya berkata seperti itu, jadi aku bisa terus melanjutkan kebohonganku tentang aku yang sebelumnya memeluk Nadine. Tetapi berbaikan lagi dengan Nadine itu bukanlah kebohongan karena aku memang ingin berbaikan dengannya di masa ini. Kebohongannya adalah saat aku bilang 'belakangan ini', padahal sebenarnya aku baru terpikirkan hari ini karena hari ini merupakan hari dimana aku kembali ke masa lalu atau tepatnya masa kini.

Lalu setelah mendengar perkataanku, Vyn pun sedikit terkejut. Tidak hanya Vyn saja, Noa yang sebelumnya hanya diam pun juga sedikit terkejut.

"Lu serius ingin berbaikan dengan Nadine setelah apa yang dia lakukan kepada lu dulu? Dulu padahal lu sudah bermaksud baik dengan memperingatinya, tetapi Nadine malah memarahi lu dan juga menampar lu. Meski Nadine sudah melakukan itu kepada lu, lu masih ingin berbaikan lagi dengannya? Kalo gw sih sulit ya berbaikan dengan orang yang sudah melakukan hal kayak gitu ke gw," tanya Vyn.

"Vyn benar, gw pun juga sulit untuk berbaikan dengan orang seperti itu. Kenapa lu malah ingin berbaikan dengan Nadine, bro?," tanya Noa.

"Lu tahu sendiri kan kalau gw sama Nadine sudah berteman dekat sejak kecil sebelum kejadian salah paham itu. Gw pikir kayaknya lebih baik bagi gw untuk memperbaiki hubungan antara gw sama Nadine. Rasanya sangat disayangkan ketika kami berdua dulu sangatlah dekat, sekarang malah menjadi orang asing,"

"Apalagi meski hubungan kami saat ini sedang tidak akur, orang tua kami masih berhubungan dengan baik meskipun sudah tidak bertetangga. Gw nggak mau hubungan antara orang tua gw dengan orang tua Nadine menjadi buruk hanya karena hubungan kami yang sudah tidak akur lagi. Jadi gw ingin memperbaiki hubungan gw dengan Nadine. Gw ingin akur dan akrab lagi dengan Nadine," ucapku.

Noa dan Vyn pun terdiam setelah mendengar perkataanku. Namun tidak lama kemudian, mereka pun mulai berbicara kembali.

"Yah kalau mau lu begitu ya apa boleh buat. Gw akan tetap mendukung lu kalau lu mau berbaikan lagi dengan Nadine meski gw masih kecewa dengan Nadine karena memperlakukan lu dengan buruk padahal niat lu baik dengan memperingatinya," ucap Noa.

"Gw sama seperti Noa, gw juga masih kecewa dengan Nadine tetapi gw juga akan mendukung lu," ucap Vyn.

"Terima kasih kalau lu berdua mau mendukung gw. Lu berdua memang sahabat sejati gw," ucapku sambil tersenyum.

Vyn dan Noa pun kembali terkejut setelah mendengar perkataanku.

"Agak mengejutkan mendengar lu mengatakan itu," ucap Noa.

"Sama," ucapku.

"Hahaha,"

Aku pun tertawa setelah melihat respon mereka.

Saat ini, para murid yang lain masih heboh dan sibuk membicarakan tentang aku yang sebelumnya memeluk Nadine. Karena mereka sibuk membicarakan tentang itu, mereka pun tidak mendengar atau mengetahui tentang pembicaraan yang kami bertiga lakukan.

Setelah itu, kami bertiga pun terus melanjutkan pembicaraan kami.

"Ngomong-ngomong, jika gw nanti berhasil berbaikan dan akur kembali dengan Nadine, gw harap kalian bisa akur dan akrab kembali juga dengannya. Gw tahu kalian berdua kecewa sama Nadine atas responnya setelah gw memperingatinya, tetapi gw yakin Nadine punya alasan kenapa dia merespon seperti itu,"

"Mungkin karena dulu gw memperingati dengan keras dan bukan dengan lembut makanya dia membalas dengan merespon seperti itu. Jika gw memperingatinya dengan lembut, dia pasti tidak akan merespon seperti itu. Berarti kejadian salah paham yang terjadi dulu juga terjadi karena kesalahan gw juga.

"Kalian kan tahu sendiri Nadine itu dulunya bagaimana, dia itu orang yang baik dan lemah lembut. Dia tidak mungkin merespon seperti itu tanpa sebab," ucapku.

"Hmm perkataan lu ada benarnya. Dulu Nadine merupakan orang yang baik dan lemah lembut. Dia pun juga ramah kepada semua orang. Selain itu, dia bahkan tidak pernah berkelahi atau bertengkar dengan siapapun. Seharusnya tidak mungkin dia merespon peringatanmu seperti itu," ucap Noa.

"Memang masuk akal. Nadine dulu memang seperti itu tetapi sejak kejadian salah paham itu, Nadine kini sudah berubah. Dia sekarang tidak ramah kepada semua orang lagi. Dia sekarang sangat cuek dan jutek apalagi kalau sama cowok. Tidak hanya cowok saja, sama beberapa cewek pun dia juga cuek dan jutek. Mungkin sekarang dia menjadi lebih berhati-hati untuk ramah kepada orang lain," ucap Vyn.

Sesuai kata Vyn, Nadine di masa ini tepatnya di masa SMA memang sangat cuek dan jutek kepada orang lain. Berbeda dengan Nadine saat masih SD dulu ataupun saat di masa depan saat dia sudah menjadi istriku.

"Tetapi meski Nadine yang sekarang sangat cuek dan jutek, dia merupakan salah satu murid perempuan populer di sekolah ini. Terlepas dari sifatnya itu, dia itu merupakan murid yang pintar dan teladan. Tidak hanya jago di akademik saja, dia juga jago di olahraga apalagi dia merupakan salah satu pemain andalan di ekskul bola voli," ucap Vyn.

Setelah mendengar perkataan Vyn, aku baru ingat kalau Nadine saat SMA bergabung dengan ekskul bola voli dan menjadi salah satu pemain andalan di ekskul tersebut. Bola voli merupakan salah satu ekskul populer yang ada di sekolahku ini.

"Gw paham kenapa lu ingin akur dan akrab dengan Nadine lagi. Rasanya memang sangat disayangkan apabila lu tidak bisa akrab dengan salah satu murid perempuan populer di sekolah ini. Yah, meskipun soal kepopuleran Nadine masih di bawah 'putri es' dari kelas 12-A, setidaknya itu bagus jika lu menambah hubungan pertemanan lagi dengan salah satu murid perempuan populer setelah sebelumnya lu telah berteman dan akrab dengan Hana," ucap Vyn.

Setelah mendengar perkataan Vyn tepatnya saat dia menyebut nama 'Hana', aku pun langsung terkejut. Aku terkejut karena aku baru mengingat kalau aku memiliki hubungan dengan orang bernama Hana itu di masa ini tepatnya saat aku masih SMA.

Saat aku sedang terkejut, tiba-tiba aku mendengar suara perempuan yang familiar di telingaku. Aku kenal suara perempuan ini dan suara perempuan ini bukanlah suara Nadine.

"Kalian bertiga sepertinya sedang asik mengobrol. Apa yang sedang kalian bicarakan?," tanya suara perempuan itu.

Setelah mendengar suara perempuan itu, Noa dan Vyn pun langsung menoleh ke arah asal suara tersebut.

"Baru aja gw omongin, eh orangnya langsung muncul," ucap Vyn.

Setelah itu, kini giliranku yang menoleh ke arah asal suara perempuan tersebut. Ketika aku menoleh ke arah asal suara tersebut, aku melihat seorang murid perempuan berparas cantik yang sedang berjalan perlahan ke tempat kami bertiga. Perempuan itu memiliki rambut hitam panjang sedada. Perempuan itu juga mengenakan bando berwarna putih yang melingkar di kepalanya.

Aku pun kembali terkejut saat melihat murid perempuan itu sedang berjalan ke tempat kami bertiga. Aku terkejut karena aku mengenal murid perempuan itu.

Sementara itu, ketika murid perempuan itu sudah sampai di tempat kami bertiga, murid perempuan itu terlihat bingung karena aku melihatnya dengan ekspresi yang terkejut.

"Hmm, ada apa, Rav?," tanya murid perempuan itu.

Suara murid perempuan itu benar-benar lembut. Suaranya benar-benar membuatku nostalgia dan teringat dengan kenanganku bersamanya saat dulu. Ya, aku memang memiliki hubungan dengan murid perempuan yang ada di depanku ini. Murid perempuan itu bernama Hana Delfira Aurellia. Dia merupakan mantan pacarku saat aku SMA dulu.

-Bersambung